SAGOETV | BANDA ACEH – Penjabat (Pj) Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal, tampil sebagai salah satu pembicara dalam seminar internasional yang digelar oleh Rumoh Pangan Aceh (RPA) bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK), Kamis (30/1/2025). Seminar yang berlangsung di Multipurpose Room Fakultas Pertanian USK ini mengusung tema “Regenerative Agriculture, Agrotourism and Food Security: Challenges and Opportunities”.
Seminar dibuka secara resmi oleh Rektor USK, dengan sambutan dari Konsulat Kedutaan AS Sumatera Utara, Bernard, melalui rekaman video. Almuniza dalam paparan presentasinya mengangkat topik “Urban Farming Berbasis Agrowisata di Aceh”. Menurut Almuniza, urban farming berbasis agrowisata adalah konsep yang menggabungkan pertanian perkotaan dengan sektor pariwisata, menciptakan destinasi wisata edukatif yang menarik bagi masyarakat dan wisatawan. Konsep ini dinilai memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani kota serta mendukung ekonomi hijau.
Untuk mewujudkan Banda Aceh sebagai kota berbasis agrowisata berkelanjutan, Almuniza menekankan pentingnya sejumlah strategi, seperti investasi dalam teknologi pertanian kota, penguatan komunitas petani perkotaan, serta promosi produk pertanian kota ke pasar domestik maupun internasional.
Meskipun bukan seorang ahli pertanian, Almuniza mengungkapkan kecintaannya terhadap dunia pertanian yang dimulai sejak kecil. Ia bercerita, sejak kecil ia sudah terbiasa melihat kedua orangtuanya memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam kangkung dan beternak bebek. “Dari kecil saya sudah akrab dengan pertanian, hingga saat ini,” ujarnya.
Almuniza menjelaskan bahwa Kota Banda Aceh memiliki luas wilayah terbatas, hanya 61 km². Kendati demikian, terbatasnya lahan pertanian tidak menjadi halangan bagi Pemko Banda Aceh untuk menggulirkan program urban farming. Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) menjadi solusi untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan membentuk kelompok tani dan membangun kebun yang dikelola bersama. Program ini juga mencakup sekolah urban farming, pelatihan, serta pemberian alat pertanian dan bibit tanaman kepada masyarakat.
“Program ini mendorong masyarakat untuk menanam berbagai tanaman kebutuhan pokok di pekarangan rumah mereka. Ini menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga, terutama di tengah terus bertambahnya jumlah penduduk,” imbuh Almuniza.
Almuniza juga menyoroti keberhasilan program urban farming di beberapa kawasan, salah satunya di Desa Lampulo. Menurutnya, program yang dijalankan oleh warga di desa tersebut dapat menjadi contoh bagi warga lain. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa program ini masih menghadapi beberapa kendala, salah satunya adalah rendahnya tingkat partisipasi masyarakat, yang sebagian besar masih didominasi oleh kaum ibu. Selain itu, masalah pasar juga menjadi tantangan, di mana hasil panen harus segera dipasarkan karena masa simpannya yang terbatas.
“Saya berharap Rumoh Pangan dapat bekerja sama dengan Pemko Banda Aceh untuk mencari solusi, terutama dalam hal pemasaran produk pertanian,” harap Almuniza.
Seminar ini juga menampilkan pembicara lainnya, seperti Denzel Mitchel Jr. dari Farm Alliance of Baltimore (FAB), yang berbagi pengalaman mengenai pertanian regeneratif di Amerika Serikat. FAB telah membantu petani kecil di Baltimore untuk meningkatkan produksi dan menyediakan pangan segar serta sehat bagi masyarakat kota. Pembicara lainnya, Alison Worman, membahas strategi pemasaran produk pertanian di AS dengan fokus pada keunggulan produk organik dan dampaknya terhadap keberlanjutan lingkungan. CEO RPA, Rivan Rinaldi, juga memaparkan bagaimana pertanian regeneratif bisa menjadi solusi untuk ketahanan pangan di Aceh, dengan tetap mempertahankan keseimbangan ekosistem di tengah tantangan perubahan iklim.
Rumoh Pangan Aceh (RPA), sebagai organisasi sosial, berperan aktif dalam mengurangi ketidaksetaraan pangan serta mendukung upaya nasional untuk mencapai kedaulatan pangan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Seminar ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan komunitas petani dalam mengembangkan pertanian regeneratif di Aceh, demi terciptanya sistem pertanian yang lebih tangguh dan berkelanjutan. [C/*]