SAGOETV | BANDA ACEH – Universitas Syiah Kuala (USK) yang terletak di Kota Banda Aceh kini menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Meski Aceh kerap disebut sebagai provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi, kehadiran USK menjadi bukti bahwa kualitas pendidikan di daerah ini tetap terjaga bahkan berkembang pesat.
USK tidak hanya menjadi pusat pendidikan unggulan di Aceh, tetapi juga menarik perhatian mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Dalam tayangan Podcast Sagoetv yang ditayangkan pada 18 September 2024, akademisi USK, Dr. Tgk. M. Adli Abdullah, SH, MCL, menyampaikan bahwa nama “Syiah Kuala” masih sering disalahartikan oleh masyarakat luar.
Akademisi USK, Dr. Tgk. M. Adli Abdullah SH, MCL dalam tayangan Podcast Sagoetv, 18 September 2024,
“Banyak orang keliru menyebut ‘Syiah Kuala’ seolah berkaitan dengan mazhab Syiah. Padahal, nama ini diambil dari ulama besar Aceh abad ke-17, yaitu Syekh Abdur Rauf As-Singkili,” jelas Adli.
Syekh Abdur Rauf dikenal sebagai tokoh penting dalam penyebaran Islam dan pengajaran Al-Qur’an di Nusantara. Ia juga merupakan penerjemah Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Jawi, serta pengembang tarekat Syattariyah. Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai mufti di Kesultanan Aceh dan meninggalkan banyak karya monumental dalam dunia keilmuan Islam.
Dalam podcast tersebut, Dr. Adli juga menyinggung eratnya hubungan sejarah dan budaya antara Aceh dan wilayah Semenanjung Malaysia seperti Johor, Pahang, dan Perak. Ia mencontohkan sosok Tun Sri Lanang, seorang bangsawan Johor yang hijrah ke Aceh dan berperan penting dalam penyusunan kanun pelabuhan serta penguatan adat Kesultanan Aceh.
“Hubungan Aceh dan Semenanjung bukanlah hubungan biasa. Ini adalah hubungan budaya yang telah terjalin jauh sebelum datangnya penjajahan Belanda dan Inggris,” ujar Adli.
Kesamaan dalam budaya, seni, pakaian tradisional, hingga kuliner menjadi bukti kuatnya hubungan historis tersebut. Ia menyebut, senjata tradisional rencong dikenal di kedua wilayah, begitu pula dengan kuliner seperti kue karah yang juga ditemukan di Langkawi, Malaysia.
Dr. Adli juga menilai, keberadaan dua perguruan tinggi besar di Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala (USK) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, mencerminkan transformasi dari masa konflik menuju masa damai—dari darul harb menjadi darussalam. Kedua kampus ini dinamai berdasarkan nama dua ulama besar Aceh yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu keislaman di Nusantara.
Sebagai wujud penghargaan atas hubungan budaya dan sejarah tersebut, ia mengusulkan pendirian universitas baru dengan nama Universitas Tun Sri Lanang.
“Ini bisa menjadi simbol ikatan emosional dan intelektual antara Aceh dan Semenanjung. Sebuah jembatan budaya yang memperkuat kerja sama di masa depan,” tutupnya.[]