SAGOETV | BANDA ACEH – Umat Islam di seluruh dunia merayakan Idulfitri sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan. Hari raya ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kembali nilai-nilai kebaikan, ketakwaan, serta kesadaran moral yang telah dilatih selama Ramadan.
Dalam Kajian dan Halaqah Magrib yang digelar pada Sabtu (12/4/2025) di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Akademisi Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry, Tgk H Fakhruddin Lahmuddin, S.Ag, M.Pd, menyampaikan bahwa ibadah puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan sarana pendidikan akhlak dan moral yang sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang muslim.
“Orang Arab biasa mengucapkan ‘Eid Mubarak’ dan juga ‘Kullu ‘aamin wa antum bikhair’, yang artinya semoga setiap tahun kita berada dalam keadaan baik, sehat jasmani, tenteram jiwa, lapang rezeki, dan hidup dalam kebaikan,” ujar Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Aceh tersebut.
Lebih lanjut, Tgk Fakhruddin menjelaskan bahwa puasa adalah lembaga pendidikan moral terbesar, sebagaimana dijelaskan oleh ulama kenamaan Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab fiqihnya yang masyhur. Menurut Syekh Wahbah, puasa mengajarkan manusia untuk mengendalikan diri dan membentuk karakter yang tangguh dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
“Ibadah puasa adalah proses pelatihan ruhani. Seperti halnya sebuah lembaga pendidikan, yang dinilai bukan hanya dari prosesnya, tetapi dari hasilnya—yakni bagaimana seseorang dapat menjadi pribadi yang unggul dan bermanfaat di tengah masyarakat,” katanya.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan puasa tidak hanya dilihat dari kemampuan seseorang menahan lapar dan haus, tetapi dari sejauh mana nilai-nilai yang dilatih selama Ramadan dapat diterapkan dalam kehidupan setelahnya. Bila selama Ramadan seseorang mampu menjauhi kebohongan, kecurangan, serta berbagai bentuk kemaksiatan, maka nilai-nilai tersebut seharusnya tetap dijaga sepanjang waktu.
Dalam ceramahnya, Tgk Fakhruddin juga mengutip hadis riwayat Imam Bukhari, di mana Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan ia meninggalkan makan dan minumnya.”
Ia pun mencontohkan situasi sehari-hari, seperti seseorang yang berpuasa tetapi bersikap curang saat membeli makanan untuk berbuka, misalnya mengambil lebih banyak dari yang dibayar. Menurutnya, perilaku semacam ini meskipun terlihat sepele, bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan puasa.
“Tujuan utama dari puasa, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa. Maka penting bagi kita semua untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai tersebut setelah Ramadan berakhir,” ujar Tgk Fakhruddin.
Ia mengingatkan bahwa Idulfitri bukanlah akhir dari perjalanan ibadah, melainkan awal untuk membuktikan hasil dari latihan spiritual selama sebulan penuh. Umat Islam diharapkan dapat terus menjaga kualitas diri, baik secara moral, sosial, maupun spiritual dalam kehidupan sehari-hari. []