SAGOE | JAKARTA – Pembaruan materi ajar pada mata pelajaran IPS di Kurikulum Merdeka saat ini masih menjadi fenomena gunung es yang berupaya untuk diformulasikan solusinya. Pelajaran IPS sendiri dalam kancah kurikulum pendidikan di Indonesia sejak tahun 1975, merupakan integrasi dari matapelajaran Ilmu Sosial seperti: Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi/Antropologi. Kondisi ini cukup menyulitkan bila yang mengajar mata pelajaran IPS tidak memiliki keahlian dari ilmu yang dimaksud.
Inovasi media ajar pun kini menjadi topik hangat yang diperbincangkan sebagai salah satu jalan menghadirkan pembelajaran IPS yang lebih bermakna bagi kehidupan peserta didik masa sekarang dan yang akan datang.
Seperti upaya yang dilakukan oleh Program Studi Magister (S2) Pendidikan IPS, Sekolah Pascasarjana-Uhamka pada Selasa, (27/08), mengadakan FGD dengan tema “Penggunaan Peta Buta Sebagai Media Pembelajaran IPS Kontekstual dan Interaktif” yang berlangsung di SMP Negeri 45 Jakarta.
Kegiatan tersebut terlaksana atas kerjasama dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS Wilayah Jakarta Barat 1.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua MKKS SMP Wilayah Jakarta Barat 1, Satar Muharja, M.Pd., Ketua MGMP IPS Wilayah Jakarta Barat 1, Agus Hariyanto, M.Pd. dan Ketua Prodi Magister (S2) Pendidikan IPS-Uhamka, Prof. Dr. Suswandari, M.Pd. Serta, Dr. Lelly Qodariah, M.Pd. selaku salah satau Dosen di Program Studi Magister Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana-Uhamka.
Dalam sambutannya, Satar Muharja menyambut baik inovasi media ajar berbasis sejarah lokal yang diusung dengan latar Kawasan Cagar Budaya Kotatua, Jakarta Barat.
“Saya turut mengapresiasi inovasi yang sudah dihadirkan. Karena dalam kurikulum terbaru saat ini, guru sangat didorong untuk terus berinovasi dalam menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan pada siswa.” Sebut Satar.
Senada dengan apresiasi tersebut, Agus Hariyanto, M.Pd., selaku Ketua MGMP IPS Wilayah Jakarta Barat 1, turut mengajak para guru yang tergabung dalam komunitas belajar tersebut untuk berupaya memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sarana pembelajaran.
“Saat ini kita dihadapkan pada sebuah formulasi pembelajaran yang berdiferensiasi. Dalam kegiatan tersebut, anak-anak harus dapat kita bimbing untuk dapat memahami informasi yang dimilikinya. Serta mampu menghadirkan luaran dari yang mereka pahami.” jelas Agus.
Serta, pada kesempatan yang sama Ketua Prodi Magister (S2) Pendidikan IPS-Uhamka, Prof. Dr. Suswandari, M.Pd. turut mengajak para guru IPS untuk berinovasi seiring dengan perubahan yang bergulir dalam dunia pendidikan tanpa mengubah peran dasar sebagai seorang pendidik.
“Misi besar yang kita jalani bersama sebagai pendidik IPS adalah menyiapkan anak-anak kita menjadi warga negara yang demokratis, terbuka pada perbedaan, dan sebagainya. Sehingga sebagai seorang pendidik, kita juga harus menyadari Filosofi mendasar dari apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai guru IPS, agar kita adaptable dengan segala perubahan yang terjadi.” – pungkas Suswandari.
Kegiatan FGD yang diisi oleh paparan materi dari Dosen Prodi Magister (S2) Pendidikan IPS-Uhamka, Dr. Lelly Qodariah, M.Pd. dengan judul “Penggunaan Peta Sebagai Bagian Dalam Menyelesaikan Pembelajaran IPS Abad-21” menyampaikan, sekalipun kini pembelajaran yang dilangsungkan tidak lagi berpusat pada guru, tetapi guru juga harus sedia memdampingi dalam beberapa ranah, seperti: memvalidasi informasi, hingga mencontohkan cara mengkomunikasikan informasi pada masyarakat di sekitarnya dengan baik.
“Memang saat ini, pembelajaran yang berlangsung di kelas tidak lagi terpusat pada guru. Namun perlu kita ingat bersama, bahwa guru sebagai pendidik juga masih tetap memiliki tanggung jawab dalam mendampini anak-anak kita dalam memvalidasi informasi yang mereka dapatkan. Hingga kita juga harus mencontohkan pada anak-anak cara mengkomunikasikan informasi tersebut.” – jelas Lelly.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Ketua MGMP IPS Kec. Kalideres, Ibu Khosriyati, M.Pd. menyuratkan bahwa inovasi media ajar dengan berbasis sejarah lokal kini perlu dihadirkan dalam ruang belajar di sekolah.
Urgensi hadirnya media ajar tersebut tidak hanya sebatas sebagai alat bantu penyampaian materi di kelas. Lebih dari itu, media ajar tersebut akan menstimulasi siswa untuk peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Serta mulai melatih diri untuk mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di tengah masyarakat sekelilingnya.(*)