SAGOETV | BANDA ACEH – Ahmad Alfarid, mahasiswa asal Malaysia yang kini menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, berbagi kisah inspiratifnya dalam meraih beasiswa penuh. Selain aktif di bidang akademik, ia juga menekuni seni tari dan lukis sebagai bagian dari perjalanannya di Aceh. Hal itu terungkap dalam Podcast ditayangkan Sagoetv, Senin (17/03/2025) dipandu Host Linawati.
Farid awalnya berencana melanjutkan studi di Malaysia melalui sistem UPU, portal penerimaan mahasiswa di negaranya. Namun, karena kendala administrasi, ia tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri di Malaysia. Saat mencari alternatif, seorang kerabat yang menjadi dosen di Politeknik Lhokseumawe menyarankan untuk mendaftar ke USK.
Setelah menggali informasi, ia mengetahui bahwa USK memiliki program kelas internasional yang menawarkan beasiswa penuh bagi mahasiswa asing. Selain biaya kuliah yang ditanggung sepenuhnya, biaya hidup di Aceh juga lebih terjangkau dibandingkan Malaysia. Setelah melalui proses seleksi, Farid akhirnya diterima dan resmi menjadi mahasiswa di Aceh.
Adaptasi Budaya dan Akademik
Awalnya, orang tua Farid sempat ragu mengizinkannya kuliah di Aceh. Namun, mereka akhirnya memberi restu karena melihat Aceh sebagai daerah yang kuat dalam nilai-nilai Islam. Ketika tiba di Aceh, Farid mengaku sempat terkejut karena ekspektasinya berbeda dari kenyataan. Ia membayangkan semua mahasiswa pria mengenakan peci dan perempuan bercadar, namun gaya berpakaian mahasiswa USK ternyata cukup beragam dan modern.
Dari segi akademik, kendala utama yang dihadapi adalah bahasa. Meskipun kuliah menggunakan bahasa Inggris, beberapa dosen terkadang menggunakan bahasa Indonesia dalam penjelasan. Farid pun harus beradaptasi cepat untuk memahami istilah-istilah akademik dalam bahasa Indonesia.
Selain fokus pada studi, Farid juga aktif di bidang seni. Sebagai seorang dancer, ia tertarik dengan seni tari Aceh yang kaya akan makna dan filosofi. Ia mengaku kagum dengan keunikan seni tari tradisional Aceh yang memiliki gerakan khas dan harmonisasi yang indah.
Sebagai seorang pelukis, ia juga menemukan inspirasi dari budaya Aceh. Menurutnya, nilai seni dalam budaya Aceh sangat mendalam dan memiliki keunikan tersendiri. Melalui lukisan, ia mencoba mengekspresikan keindahan budaya Aceh yang ia pelajari selama tinggal di Banda Aceh.
Farid juga bergabung dengan Obliviate Dance, komunitas tari yang didirikan pada tahun 2018. Awalnya, komunitas ini berfokus pada K-pop dance, tetapi kini berkembang ke genre lain seperti hip-hop dance dan tari kreasi, yang menggabungkan unsur modern dan tradisional.
Menurut salah satu anggota komunitas, belajar tari tradisional menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang terbiasa dengan tari modern. Gerakan tari tradisional lebih terstruktur dan memiliki teknik khas. Sebagai contoh, untuk menguasai Tari Zapin Melayu, dibutuhkan waktu sekitar tiga minggu agar dapat memahami gerakan serta komposisi tari dengan baik.

Selain menari, beberapa anggota komunitas ini juga aktif dalam seni rupa dan bergabung dengan Besttech, komunitas seni di Fakultas Ekonomi USK yang menaungi seni tari, teater, musik, seni rupa, dan vokal.
Tertarik Budaya Aceh
Farid bukan satu-satunya mahasiswa Malaysia yang tertarik kuliah di Aceh. Selain biaya pendidikan yang lebih terjangkau, banyak mahasiswa Malaysia tertarik dengan sejarah dan budaya Aceh. Sejak sekolah, Farid sudah mengenal sejarah Kesultanan Aceh dan perannya dalam membantu Johor melawan Siam, serta sejarah Samudera Pasai sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara.
Selama kuliah, ia juga aktif mengikuti kegiatan internasional. Pada tahun 2023, ia mengikuti program Student Mobility Exchange di Thailand serta acara World Class University di Malaysia. Dalam forum tersebut, ia berkesempatan memperkenalkan seni dan budaya Aceh kepada peserta dari berbagai negara.
Ke depan, Farid berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan beasiswa ke Eropa. Ia ingin terus mendalami seni dan budaya, serta memperkenalkan kekayaan budaya Aceh ke kancah internasional.
“Banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan di Aceh, baik dari sisi akademik maupun seni. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari komunitas ini,” ujarnya. []