SAGOETV | BANDA ACEH – Dosen asal Pattani, Thailand, Abdul Razak Panaemalae, mengungkapkan apresiasinya terhadap peran Sagoe TV dalam membangun literasi dan memperluas ruang edukasi di Aceh. Hal ini disampaikannya dalam podcast yang berlangsung pada Sabtu (19/4/2025).
Dalam podcast tersebut, Abdul Razak menceritakan pengalamannya berkunjung ke Aceh serta kekagumannya terhadap karya-karya penulis Indonesia, termasuk novel-novel Buya Hamka yang menurutnya memiliki kedalaman pemikiran. Ia juga menekankan pentingnya sastra dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
“Sastra adalah ramuan seluruh pemikiran manusia. Di dalamnya terdapat geografi, sejarah, filsafat, psikologi, bahkan politik. Sastra penting, bahkan bagi seorang dokter sekalipun. Dokter yang membaca sastra akan lebih memahami hati pasiennya,” ujar Abdulrazak, Dosen Walailak University, Thailand.
Podcast dipandu Pemimpin Umum Sagoe TV Dr Mukhlisuddin Ilyas bersama Dr Sulaiman Tripa, akademisi Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala. Mereka membahas peran media literasi dalam membentuk karakter generasi muda.
Menurut Abdul Razak, Sagoe TV bukan hanya relevan bagi masyarakat Aceh, namun juga memberikan kontribusi nyata dalam pembinaan peradaban lintas negara dan generasi. “Saya bangga dengan apa yang dilakukan Sagoe TV. Ini merupakan sumbangan penting dalam pembangunan bangsa,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya ruang diskusi yang terbuka dan inklusif untuk mempertemukan berbagai latar belakang usia, agama, dan kebangsaan. “Banyak pelajar dan akademisi dari luar negeri datang ke sini, termasuk dari Thailand, Malaysia, dan Filipina, untuk berbagi pengetahuan. Ini membuktikan bahwa Sagoe TV telah menjadi ruang pergulatan pengetahuan yang melampaui batas-batas geografis,” ujarnya.
Dalam perbincangan tersebut, ia menyinggung rendahnya minat baca di era digital. Ia mendorong agar budaya membaca dan menulis ditanamkan sejak dini. “Menulis adalah proses panjang, dan membaca adalah fondasinya. Tidak mungkin melahirkan penulis hebat tanpa kebiasaan membaca,” ujarnya.
Abdul Razak juga membahas kondisi penerbitan buku di Indonesia. Menurutnya, penurunan angka cetak buku menjadi salah satu indikator menurunnya daya baca masyarakat. “Bukan daya beli yang bermasalah, melainkan daya baca,” ucapnya. Ia menambahkan, jika dahulu cetakan pertama sebuah buku bisa mencapai 5.000 eksemplar, kini hanya sekitar 500 eksemplar—dan itu pun belum tentu habis terjual.
Sebagai penulis dan dosen yang aktif membina komunitas menulis di Thailand, ia berpesan bahwa setiap orang memiliki peran dalam membangun bangsa. “Bukan hanya politisi, tapi juga penulis, dosen, penerbit, bahkan karyawan biasa—semua punya kontribusi dalam pembentukan peradaban,” kata Abdul Razak.
Menutup perbincangan, ia mengajak masyarakat untuk mengenal dirinya melalui karya tulis. “Jika ingin mengenal saya lebih dalam, bacalah buku saya Pantai Ini Lautnya Dalam Jumlah. Di sana, pikiran saya tinggal lebih lama,” ujarnya. []