• Tentang Kami
Wednesday, October 22, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Harmoni Sebagai Jalan Pulang Aceh

Mengapa Musik dan Budaya Adalah Bahasa Baru Pembangunan Aceh

SAGOE TV by SAGOE TV
October 20, 2025
in Analisis
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Membaca Ulang Arah Pendidikan Tinggi di Aceh

Ari J. Palawi. (Foto: dokumentasi pribadi)

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Ari Palawi
Musisi, Pegiat Budaya dan Akademisi Universitas Syiah Kuala)

Ada masa ketika Aceh berbicara lewat bunyi—bukan sekadar lewat kata. Dari rapa’i yang menggetarkan tanah, lantunan zikir yang meneduhkan malam, hingga kidung didong yang menyatukan masyarakat di kampung-kampung. Setiap denting seurunee bukan hanya hiburan, melainkan cara Aceh mendengarkan dirinya sendiri. Di balik ritme dan harmoni itu tersimpan tata nilai: kedisiplinan, kebersamaan, dan kesadaran untuk menempatkan diri dalam keseimbangan. Namun kini, di tengah hiruk pikuk modernitas dan derasnya arus digitalisasi, Aceh seperti kehilangan sebagian nadanya. Ia masih bicara, tetapi belum sepenuhnya mendengar dirinya lagi.

Beberapa tahun terakhir, melalui serangkaian tulisan reflektif di ruang publik, saya mencoba menelusuri pertanyaan mendasar, yakni: Apakah mungkin membangun peradaban dengan bahasa musik—bukan dalam arti bunyi, melainkan cara berpikir yang harmonis?

BACA JUGA

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem

Ancaman Ranjau di Aceh: Catatan 20 Tahun Damai Aceh

Pertanyaan itu melahirkan gagasan tentang “Aceh Harmony Society” (AHS) dan “Aceh Philharmonic Orchestra” (APO): dua ruang gerak sosial-budaya yang berupaya menata kembali harmoni Aceh, baik dalam bentuk praksis maupun kesadaran kolektif. Kini, gagasan itu berkembang menjadi gerakan lintas bidang, mencakup pendidikan, riset, ekonomi kreatif, dan diplomasi budaya. Ia bukan proyek seremonial, melainkan kerja panjang untuk menjadikan budaya sebagai infrastruktur sosial.

Musik, dalam pengertian peradaban, adalah sistem kerja yang paling jujur. Tidak ada satu pun alat musik yang berkuasa atas yang lain. Setiap nada memiliki ruang, dan keindahan hanya lahir ketika setiap suara tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam.

Di situlah letak nilai sosial musik. Musik adalah pelajaran tentang tata kelola, etika, dan tanggung jawab. Aceh membutuhkan pelajaran itu—karena pembangunan bukan hanya soal angka, tapi soal ritme hidup bersama.

Baca Juga:  Paradoks Ketiadaan Bank Konvensional di Aceh

AHS dan APO berangkat dari keyakinan bahwa harmoni bukan sekadar estetika, tapi strategi pembangunan yang berakar pada kearifan lokal. Selama berabad-abad, masyarakat Aceh telah memiliki sistem sosial yang berbasis budaya: meuseuraya, peumulia jamee, dan adat bak Po Teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala—semuanya mengandung prinsip keseimbangan antara spiritualitas, rasionalitas, dan kemanusiaan. Namun dalam praktik pembangunan modern, nilai-nilai itu sering terpinggirkan oleh birokrasi dan efisiensi teknokratis yang kering makna. Melalui AHS, harmoni dikembalikan sebagai asas moral pembangunan. Jadi bukan untuk melawan modernitas, tetapi untuk mengisinya dengan jiwa.

Dari sisi pendidikan, banyak riset global menunjukkan bahwa pelatihan musik meningkatkan kemampuan kognitif, empati sosial, dan disiplin diri. Negara-negara maju menjadikan seni sebagai bagian penting dari kurikulum untuk membentuk manusia yang utuh—bukan sekadar cerdas, tapi peka. Jika prinsip ini diterapkan di Aceh, maka pendidikan musik tidak hanya melahirkan pemain biola atau penabuh rapa’i, tetapi generasi yang tahu mendengar, memahami tempo, dan menghargai perbedaan.

Bayangkan sebuah sekolah di mana anak-anak belajar membaca Al-Qur’an dan partitur dengan rasa yang sama: khusyuk, tertib, dan penuh tanggung jawab. Di situlah pendidikan menjadi harmoni, bukan kompetisi.

Namun, kebudayaan tak akan bertahan tanpa ekonomi. Itulah mengapa AHS merancang sistem co-financing—kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk menghidupi ekosistem seni dan budaya. Melalui Aceh Creative Lab, generasi muda dilatih menciptakan karya yang bernilai ekonomi tanpa kehilangan akar lokal: musik digital, film dokumenter, kriya, dan produk kreatif berbasis adat. Pendekatan ini sejalan dengan arah pembangunan ekonomi global, di mana sektor budaya berkontribusi hingga 3% terhadap PDB dunia dan menjadi lapangan kerja strategis bagi generasi muda. Aceh pun memiliki potensi serupa,termasuk energi kreatif, tradisi kuat, dan identitas yang khas. Yang dibutuhkan hanyalah sistem yang menghubungkan nilai, pengetahuan, dan produksi.

Baca Juga:  Jalan Baru Menuju Kebangkitan Ekonomi Aceh

Dalam konteks sosial, harmoni adalah bentuk tertinggi dari inklusivitas.
AHS dan APO bukan milik kelompok elit, melainkan ruang bagi semua. Dari anak muda di desa, perempuan, penyandang disabilitas, dan komunitas adat. Di sini, budaya bukan milik masa lalu, tapi alat untuk memperjuangkan masa depan yang setara. Gerakan ini percaya bahwa setiap orang memiliki nada yang pantas didengar, dan hanya dengan mendengar bersama kita dapat membangun keseimbangan sosial yang beradab.

Optimisme ini bukan romantisme, tetapi rasionalitas baru. Aceh memiliki kapasitas fiskal, sumber daya manusia, dan landasan budaya untuk membangun ekosistem kreatif yang sehat. Yang dibutuhkan adalah koordinasi, transparansi, dan kepercayaan—bahwa budaya bukan beban subsidi, melainkan investasi sosial jangka panjang. AHS dan APO berdiri di atas prinsip itu, yakni: terbuka untuk evaluasi publik, realistis secara finansial, dan terukur dalam dampak sosialnya. Inilah praktik pembangunan yang etis dan modern sekaligus. Menjadikan budaya sebagai alat ukur kesejahteraan manusia, bukan sekadar pertumbuhan ekonomi.

Sebagaimana sebuah orkestra, pembangunan Aceh tidak mungkin berjalan hanya dengan satu instrumen. Pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan masyarakat sipil harus duduk dalam ruang yang sama, membaca partitur yang sama, dan percaya pada harmoni yang sama.

Kita semua adalah bagian dari satu simfoni besar. Aceh yang sedang belajar mendengar dirinya sendiri. Dan ketika Aceh mendengar dirinya, dunia pun akan mendengar Aceh—bukan sebagai wilayah konflik, tetapi sebagai laboratorium kemanusiaan yang berhasil menata perbedaan menjadi keindahan.

“Harmoni sebagai Jalan Pulang” bukan sekadar semboyan; ia adalah arah pulang Aceh menuju dirinya sendiri. Pulang ke akar nilai, lalu melangkah ke masa depan dengan kepala tegak dan hati yang tenang. Karena bangsa yang bisa mendengar dirinya, adalah bangsa yang tak akan kehilangan arah, seberapa keras pun dunia berbunyi.[]

Baca Juga:  Industri Kreatif Aceh: Panggung Kosong, Sistem Palsu
Tags: acehBudayaMakin Tahu IndonesiaMusik AcehPembangunansagoetv
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem
Analisis

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem

by SAGOE TV
October 9, 2025
Ancaman Ranjau di Aceh: Catatan 20 Tahun Damai Aceh
Analisis

Ancaman Ranjau di Aceh: Catatan 20 Tahun Damai Aceh

by SAGOE TV
October 1, 2025
Pengalaman Meliput Perang dan Damai Aceh; Laku Lancung Pemilik Senjata, Kamu Jurnalis Apa?
Analisis

Pengalaman Meliput Perang dan Damai Aceh; Laku Lancung Pemilik Senjata, Kamu Jurnalis Apa?

by SAGOE TV
September 28, 2025
Pandai Merasa Bukan Merasa Pandai
Analisis

Tantangan Berhukum dengan Cinta: dari MoU ke UUPA

by SAGOE TV
September 27, 2025
Strategi Ekonomi Aceh: Optimalisasi Potensi Lokal dan Ekspansi ke Pasar Global (bagian 2)
Analisis

Jalan Baru Menuju Kebangkitan Ekonomi Aceh

by SAGOE TV
September 22, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Mualem Gagas Aceh Airlines, Investor Arab Saudi Siap Pasok Delapan Pesawat

Mualem Gagas Aceh Airlines, Investor Arab Saudi Siap Pasok Delapan Pesawat

October 17, 2025
Dodaidi yang Kian Sunyi: Mencari Suara Ibu di Tengah Tidur Anak Zaman Kini

Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

October 20, 2025
Ini Bakal Calon Rektor USK Periode 2026-2031

Ini Bakal Calon Rektor USK Periode 2026-2031

October 21, 2025
Momen Haru Mualem di Depan Ka’bah, Doakan Rakyat Aceh Diberkahi dan Sejahtera

Momen Haru Mualem di Depan Ka’bah, Doakan Rakyat Aceh Diberkahi dan Sejahtera

October 17, 2025
Daftar 21 Pemain Persiraja untuk Lawan Persikad Depok: Tim Tetap Solid Meski Alami Insiden Penerbangan

Daftar 21 Pemain Persiraja untuk Lawan Persikad Depok: Tim Tetap Solid Meski Alami Insiden Penerbangan

October 18, 2025
Dari Tanah Suci, Mualem Gaet Investor Timur Tengah untuk Bangun Aceh Lebih Maju

Dari Tanah Suci, Mualem Gaet Investor Timur Tengah untuk Bangun Aceh Lebih Maju

October 17, 2025
Gubernur Aceh Lantik Fajran Zain, Abdul Manan, dan Teuku Ardiansyah sebagai Deputi BPKS

Gubernur Aceh Lantik Fajran Zain, Abdul Manan, dan Teuku Ardiansyah sebagai Deputi BPKS

October 11, 2025
Setelah 44 Tahun, Aceh Kembali Ajukan Diri Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional 2028Setelah 44 Tahun, Aceh Kembali Ajukan Diri Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional 2028

Setelah 44 Tahun, Aceh Kembali Ajukan Diri Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional 2028

October 15, 2025
Komdis PSSI Jatuhkan Empat Sanksi ke Persiraja, Total Denda Tembus Rp110 Juta

Komdis PSSI Jatuhkan Empat Sanksi ke Persiraja, Total Denda Tembus Rp110 Juta

October 15, 2025

EDITOR'S PICK

Gubernur Aceh dan Dubes Inggris Tinjau Program Konservasi Gajah di Lahan Prabowo

Gubernur Aceh dan Dubes Inggris Tinjau Program Konservasi Gajah di Lahan Prabowo

June 19, 2025
UIN Ar-Raniry Banda Aceh, PBNU dan Kemenag Gelar Seminar Sistem Istinbath Hukum Islam

UIN Ar-Raniry Aceh, PBNU dan Kemenag Gelar Seminar Sistem Istinbath Hukum Islam

August 12, 2024
Dosen Thailand Apresiasi Peran Sagoe TV dalam Mendorong Literasi di Aceh

Dosen Thailand Apresiasi Peran Sagoe TV dalam Mendorong Literasi di Aceh

April 20, 2025
Persiraja vs Dejan FC Jadi Laga Perpisahan Mukhlis Nakata

Persiraja vs Dejan FC Jadi Laga Perpisahan Mukhlis Nakata

January 5, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.