SAGOETV | ACEH BESAR – Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Prof Wildan, mengatakan peran penting ISBI sebagai satu-satunya perguruan tinggi seni dan budaya di Aceh.
“ISBI Aceh masih muda, baru berusia sepuluh tahun, namun kami siap melangkah ke kancah global dengan membawa ciri khas keacehan, kemelayuan, dan keislaman,” ujar Wildan dalam sambutan di depan ratusan hadirin, termasuk pejabat daerah, akademisi, dan komunitas seni, Senin, 13 Januari 2025. Acara ini sekaligus menandai peluncuran buku autobiografi Rektor ISBI Aceh dan diskusi budaya dengan sejumlah tokoh nasional.
Dalam sambutannya, Prof Wildan menjelaskan bahwa kampus ISBI Aceh berdiri di atas lahan seluas 30 hektar, hibah dari Pemerintah Aceh Besar. Namun, keterbatasan infrastruktur menjadi tantangan utama. “Hadirin mungkin sempat melihat lahan kosong saat memasuki kampus, di mana hewan seperti kerbau, monyet, hingga babi hutan kerap berkeliaran,” kata Rektor sambil berkelakar. Ia berharap lahan tersebut dapat segera berpagar untuk dikembangkan menjadi area konservasi rusa sekaligus objek wisata berbasis alam.
Menteri Kebudayaan hadir, menurut Rektor, karena terinspirasi oleh konsep pengembangan seni dan budaya madani di ISBI. “Kami sangat berterima kasih atas perhatian beliau, yang meluangkan waktu untuk hadir dan mendukung pengembangan seni dan budaya lokal,” sebutnya.
Dalam kesempatan itu, Rektor ISBI Aceh menyampaikan empat usulan kepada Menteri Kebudayaan untuk mendukung pengembangan seni dan budaya di Aceh. Pertama, menjadikan ISBI Aceh sebagai tuan rumah berbagai acara kebudayaan nasional. Kedua, mempercepat pembangunan kampung budaya, serupa Taman Mini Aceh Indah. Ketiga, mendukung digitalisasi seni dan budaya Aceh untuk melestarikan karya tradisional dan budaya lisan yang berisiko punah. Keempat, memberikan beasiswa khusus bagi seniman dan budayawan yang ingin melanjutkan studi di ISBI.
“Kami siap berkontribusi dalam program-program Kementerian Kebudayaan dan berkomitmen memajukan kebudayaan berbasis kearifan lokal Aceh,” tegasnya.
Mengakhiri sambutanyya, Rektor membaca sebuah pantun:
Kota Jantho indah berseri,
Alam yang asri dipandang mata,
Budaya endatu kita lestari,
Budaya dan seni peradaban bangsa.
Burung merak terbang tinggi,
Hujan badai bukan penghalang
Salam hangat dari kami ISBI,
Kampus seni terus cemerlang.
Hadir dalam acara itu antara lain Paduka YM Lembaga Wali Nanggroe Aceh, Penjabat Gubernur Aceh, Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh terpilih, Ketua DPRA, serta sejumlah pejabat sipil dan militer. Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon juga menyampaikan apresiasi atas semangat ISBI Aceh dalam mengangkat seni dan budaya ke tingkat nasional dan internasional.
Selain memberikan kuliah umum, Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga menjadi saksi peluncuran buku autobiografi Rektor ISBI Aceh. Acara ini turut menghadirkan tiga narasumber ternama, yakni Dr. M. Nasir Djamil, anggota DPR RI dapil Aceh; Annisa Rengganis, staf khusus bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional; serta Prof Marwan, Rektor Universitas Syiah Kuala.
Sementara itu, Annisa Rengganis, yang semula dijadwalkan menjadi pembicara, harus kembali ke Jakarta untuk mendampingi Menteri Kebudayaan. Prof Marwan sendiri memberikan ulasan mendalam terkait kontribusi buku autobiografi dalam mempromosikan ISBI Aceh. []