SAGOETV | BANDA ACEH – Dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, umat Islam dianjurkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai amalan ibadah. Salah satunya adalah salat Subuh berjamaah, yang menjadi penyempurna dari ibadah lainnya seperti puasa, qiyamul lail, dan tadarus Al-Qur’an.
Pada Halaqah Subuh yang berlangsung di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Sabtu (29/03/2025), Wakil Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman, Tgk H. Munawir Darwis, Lc, MA, menyampaikan ceramah mengenai perbedaan antara Islam dan iman sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalam ceramahnya, Tgk Munawir mengisahkan seorang laki-laki dari Bani Asad yang datang menemui Rasulullah SAW dan menyatakan bahwa dirinya telah beriman. Namun, Rasulullah SAW menegurnya dan menyarankan agar ia cukup mengatakan bahwa dirinya telah berislam. Hal ini menunjukkan bahwa iman bukan sekadar ucapan, tetapi harus mencakup keyakinan yang mendalam serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tgk Munawir mengutip hadis riwayat Abu Hurairah RA dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, yang menyebutkan bahwa iman memiliki 60 hingga 70 cabang. Cabang tertinggi adalah mengucapkan kalimat tauhid La ilaha illallah, sementara cabang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Hadis ini menegaskan bahwa keimanan tidak hanya tercermin dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam kepedulian terhadap lingkungan dan sesama manusia.
Lebih lanjut, ia membahas fenomena kemunafikan yang pertama kali muncul dalam sejarah Islam setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Saat itu, ada orang-orang yang mengaku masuk Islam demi keuntungan duniawi, seperti menghindari pajak atau mendapatkan perlindungan. Padahal, Islam yang sejati menuntut keselarasan antara perkataan dan perbuatan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Dalam ceramahnya, Tgk Munawir juga menyoroti pentingnya rasa malu (al-haya’) sebagai tanda keimanan. Ia mengutip sabda Nabi SAW, “Al-haya’ minal iman” (Malu adalah sebagian dari iman). Seorang mukmin sejati akan merasa malu untuk melakukan perbuatan tercela dan senantiasa menjaga akhlaknya dalam pergaulan.
Selain itu, ia menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang sangat berkaitan dengan akhlaknya. Dalam hadis riwayat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW menyatakan bahwa seorang muslim tidak akan mencapai kesempurnaan iman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Nabi SAW juga mengingatkan bahwa seseorang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan, maka imannya belum sempurna.
Di akhir ceramah, Tgk Munawir menekankan bahwa indikator utama kesempurnaan iman seseorang adalah akhlaknya. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” Kesempurnaan iman tidak hanya diukur dari kesalehan individu dalam beribadah, tetapi juga dari tanggung jawab sosial dan kebaikan terhadap keluarga serta masyarakat sekitar.
Dengan memahami makna iman yang sejati, diharapkan setiap muslim dapat mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Ramadan menjadi momentum yang tepat untuk memperbaiki diri, meningkatkan kepedulian sosial, dan meneguhkan keimanan agar menjadi mukmin sejati di hadapan Allah SWT. []