SAGOETV | BANDA ACEH – Isu perdagangan manusia yang melibatkan gadis-gadis Aceh kembali mencuat setelah Solidaritas Ummat Bansigom Aceh (SUBA) mengungkap kasus eksploitasi yang mengejutkan. Organisasi yang dibentuk oleh diaspora Aceh di Malaysia ini mengungkapkan fakta pahit tentang nasib para gadis yang dijual oleh agen-agen lokal ke negeri jiran.
Bukhari Ibrahim, tokoh Aceh yang aktif di SUBA, menyebutkan bahwa para korban kerap diberangkatkan melalui jalur transit seperti Tanjung Balai, Dumai, dan Batam. Setibanya di Malaysia, mereka sering kali terjebak dalam pekerjaan dengan kondisi eksploitasi, termasuk menjadi korban perdagangan seksual. “Ironisnya, sebagian pelaku yang mengirim mereka ke sana adalah orang Aceh sendiri,” ujar Bukhari dalam tayangan Podcast SAGOETV, Senin, (27/1/2025)
Ia menambahkan bahwa lemahnya pengawasan di jalur-jalur transit ini membuat praktik perdagangan manusia terus berulang. “Banyak korban yang tidak sadar bahwa mereka sedang dijebak. Tawaran pekerjaan yang menggiurkan menjadi pintu masuk ke dalam lingkaran eksploitasi ini,” imbuhnya.
Kemiskinan yang masih melanda sebagian wilayah Aceh menjadi salah satu penyebab utama tingginya kasus ini. Minimnya lapangan pekerjaan membuat masyarakat mudah tergiur oleh iming-iming pekerjaan di luar negeri. Namun, kenyataan pahit menanti mereka.
“Saat tiba di Malaysia, mereka kehilangan kendali atas hidupnya. Bahkan, sebagian dari mereka tidak menerima upah yang layak,” terangnya dalam tayangan dipandu langsung Host, Dr Mukhlisuddin Ilyas, M.Pd. selama 55 menit lebih.
SUBA, yang berdiri sejak tahun 2018, telah menjadi benteng terakhir bagi banyak korban perdagangan manusia. Organisasi ini memberikan tempat perlindungan sementara, bantuan hukum, serta dukungan medis bagi korban. Selain itu, SUBA juga aktif bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur untuk menangani kasus-kasus hukum yang melibatkan para korban.
“Kami menerima laporan dari masyarakat melalui media sosial dan saluran komunikasi yang kami sediakan. Begitu mendapatkan informasi, tim kami bergerak cepat untuk membantu korban,” ungkap Bukhari.
Tingginya Solidaritas
Meski menghadapi banyak tantangan, solidaritas masyarakat Aceh di Malaysia menjadi kekuatan besar dalam membantu sesama. Namun, tingginya arus migrasi dari Aceh ke Malaysia menjadi pekerjaan rumah besar. Setiap hari, kapal feri dari pelabuhan di Sumatra penuh dengan calon pekerja yang berharap mengubah nasib di negeri jiran.
Dalam upaya memberantas praktik perdagangan manusia, Bukhari Ibrahim menyampaikan harapan besar kepada pemerintah Aceh yang baru. Ia menekankan pentingnya penguatan kebijakan perlindungan terhadap warga Aceh di luar negeri.
“Pemerintah harus lebih peduli. Sediakan rumah singgah, tingkatkan pengawasan jalur migrasi, dan berikan edukasi kepada masyarakat agar tidak mudah terjebak,” tegasnya.“Perdagangan manusia adalah kejahatan besar yang merusak martabat manusia. Jika ini terjadi pada keluarga kita, tentu kita tidak akan tinggal diam. Mari bersama-sama melawan kejahatan ini,” pungkasnya. [cem]
Untuk lengkapnya nonton Link SAGOETV berikut ini :