SAGOE TV | MEULABOH – Dalam forum strategis bertema “Meuseuraya: Membangun Ekosistem Pendidikan yang Berakhlak Islami, Kolaboratif, dan Kompetitif,” yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Barat pada Senin (23/6/2025), Guru Besar Antropologi Agama UIN Ar-Raniry, Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Ph.D atau yang akrab disapa KBA, menyampaikan pemikiran mendalam mengenai urgensi pembentukan karakter Islami di tengah perubahan sosial akibat era digital.
Dalam paparannya yang berjudul “Penguatan Pendidikan Karakter dan Akhlak Islami di Lingkungan Masyarakat”, Prof KBA menegaskan bahwa perubahan nilai, norma, dan etika masyarakat kini tidak lagi dibentuk oleh interaksi sosial tradisional, melainkan oleh sistem informasi global yang tersebar melalui media digital.
“Hari ini, karakter anak-anak kita lebih dibentuk oleh algoritma daripada oleh komunitas,” ujarnya.
Ia menjelaskan fenomena hyper mind connected society dan emotional society, di mana masyarakat terhubung secara konstan dan respons sosial banyak digerakkan oleh emosi sesaat, bukan melalui pemikiran yang matang. Kondisi ini, lanjut Prof KBA, berkontribusi pada munculnya disorder society dan social hypocrisy, di mana individu mengalami krisis identitas antara persona digital dan kehidupan nyata.
“Kita tidak bisa menghindari lingkungan digital, tetapi kita harus memahami dan mengelolanya. Ini bukan tentang pelarangan, tapi penguasaan,” kata KBA.
Sebagai solusi, Kamaruzzaman menawarkan konsep Rekayasa Sosial Islami sebagai paradigma baru dalam pendidikan karakter. Konsep ini menekankan perlunya penanaman kesadaran nilai-nilai Islami melalui pemanfaatan tokoh lokal, isu aktual, dan media digital, dengan pendekatan yang tidak sekadar bersifat normatif, tetapi sistemik dan strategis.
“Rekayasa sosial Islami bukan kampanye moral sesaat. Ia adalah proses sadar untuk membangun lanskap sosial Islami yang menghubungkan aspek ritual, budaya, ekonomi, dan pendidikan,” ujarnya.
Ia juga mendorong peran aktif pemerintah daerah dalam mendukung regulasi, platform kolaboratif, serta insentif bagi komunitas dan media yang memproduksi konten Islami yang membangun.
“Membangun masyarakat Islami bukan nostalgia romantik. Ini strategi masa depan untuk peradaban yang bermartabat,” tuturnya.
Forum ini turut dihadiri oleh Wakil Bupati Aceh Barat, Said Fadheil, S.H., Kepala Dinas Pendidikan Aceh Marthunis, S.T., D.E.A., dan tokoh pendidikan Dr. Anas M. Adam, M.Pd.
Ketua MPD Aceh Barat, Drs. Adami Umar, M.Pd., juga menegaskan bahwa kurikulum Islami yang sedang disusun merupakan fondasi untuk mencetak generasi Aceh yang unggul secara spiritual dan intelektual, serta mampu bersaing secara global.
Rangkaian kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam upaya menyatukan visi pendidikan Aceh yang progresif, berkarakter, dan Islami. []