• Tentang Kami
Monday, October 13, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Tradisi Meugang Semakin Kabur

Risnawati binti Ridwan by Risnawati binti Ridwan
March 24, 2025
in Artikel
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Risnawati binti Ridwan
Penulis adalah Alumnus STKS Bandung dan ASN Pemko Banda Aceh.

Ramadan tinggal menghitung hari, artinya beberapa hari lagi akan ada kesibukan yang berkaitan dengan kegiatan meugang atau makmeugang. Tradisi merayakan hari meugang bagi masyarakat Aceh merupakan tradisi yang telah dijalani sejak ratusan tahun. Menurut riwayat, tradisi meugang lebih menguat  pada masa pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Iskandar Muda (1607 – 1963).

BACA JUGA

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Tradisi meugang  saat ini masih dilaksanakan oleh rakyat Aceh,  baik itu di tanah rencong atau penduduk Aceh yang bertempat tinggal di luar Aceh. Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, meugang merupakan tradisi pengikat pada jiwa leluhur. Sehingga mempunyai kenangan dan rasa yang sulit dihilangkan.

Namun demikian, seiring berjalannya waktu dan perkembangan sosial budaya masyarakat, terjadi perubahan  tradisi meugang sedikit demi sedikit. Perubahan ini tanpa disadari sehingga bagi sebagian orang yang tidak melakukan tradisi meugang bukan karena ketidakcintaannya terhadap tradisi daerah namun bisa jadi disebabkan banyaknya faktor sehingga tidak dapat  melaksanakan tradisi meugang  ini.

Menjelang Ramadan Tahun 2020 lalu merupakan salah satu peristiwa yang mempengaruhi tradisi meugang dan sangat “mengganggu” perasaan orang Aceh. Dimana kondisi pandemi sedang parah-parahnya dengan banyaknya korban Covid-19, sehingga  melarang untuk beraktifitas yang menyebabkan kerumunan. Tradisi meugang dimana dilaksanakan 2 hari menjelang puasa ramadhan mengharuskan masyarakat “berkerumun” di pasar untuk berbelanja kebutuhan meugang.

Namun demikian pemerintah juga tidak melarang tradisi meugang secara eksplisit, tetapi himbauan dan larangan berkerumun menyebabkan masyarakat juga kuatir untuk berbelanja ke pasar. Sehingga suasana meugang  yang biasanya dirasakan oleh masyarakat agak sedikit “kabur” karena berkurangnya keramaian saat-saat belanja di pasar tersebut.

Baca Juga:  Gatot, Gaduh, Gebuk, dan Gerbong

Selain peristiwa-peristiwa seperti tahun 2020 yang lalu, tradisi meugang juga telah mengabur tanpa disengaja.  Misalkan, seseorang tidak melaksanakan tradisi meugang  di keluarganya karena adanya kesibukan lain yang tidak dapat di tinggalkan. Tradisi meugang  sangat ditentukan oleh ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai pengurus keluarga. Kesibukan orang tua yang sama-sama pekerja di luar rumah menjadikan acara masak memasak di hari meugang  menjadi terganggu.

Artinya kegiatan meugang tidak dapat dilakukan oleh keduanya karena aktifitas bekerja tidak dapat ditinggalkan. Bagi anak-anak zaman milineal sekarang, tradisi meugang tidak menjadi kewajiban bagi mereka. Karena suasana meugang itu sendiri belum mereka rasakan secara mendalam.

Tradisi meugang dilaksanakan pada hari menjelang ramadhan baik itu sehari atau dua hari sebelum ramadhan. Bagi masyarakat pemerintahan ada yang disebut dengan meugang kantor. Artinya ada tradisi dimana pihak kantor juga menyediakan sumbangan daging bagi pegawainya sebagai bentuk dukungan merayakan tradisi meugang. Tetapi pemerintah daerah juga tunduk kepada pemerintah pusat dimana tidak adanya libur khusus bagi pegawai yang bekerja di perkantoran dalam wilayah Provinsi Aceh.

Tidak adanya libur khusus meugang ini menjadikan ibu-ibu pekerja sulit untuk mengadakan kegiatan meugang  di rumah. Butuh waktu sehari untuk berbelanja, mengolah dan memasak menu olahan daging. Dengan tanggung jawab bekerja maka sangat sulit untuk ibu-ibu pekerja meminta ijin pada atasannya di tempat bekerja.

Jika ibu tidak dapat melakukan aktivitas tradisi meugang, teuntunya tradisi ini akan semakin mengabur dalam ingatan dan kenangan anak-anak sekarang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi  meugang  ini sedikit banyak terpengaruh dari aktivitas selama ini yang dilakukan oleh masyarakat modern.

Hal lain yang menjadi kaburnya rasa meugang adalah kemampuan masyarakat dalam memakan makanan daging-dagingnya. Tradisi meugang merupakan adat membeli, mengolah, hingga menyantap daging bersama keluarga. Jika beberapa dekade silam, memakan menu olahan daging dilaksanakan pada hari-hari perayaan saja seperti meugang, maulid Nabi Muhammad SAW dan khanduri-khanduri  lainnya.

Baca Juga:  Perencanaan Pembangunan Aceh Lemah

Tetapi sekarang, masyarakat telah mampu untuk membeli daging untuk di olah menjadi menu keluarga. Jika pun tidak mampu membeli banyak dan memasak di rumah untuk keluarga, menu daging dapat dibeli hanya sepotong untuk sekali makan. Kemampuan membeli daging ini menyebabkan bahwa anak-anak dan keluarga telah terbiasa makan menu olahan daging, bukan menu olahan “mewah” yang jarang di rasakan. dan jika sesekali tidak merasakan masakan menu olahan daging saat meugang bukan hal yang besar dan bermasalah.

Tradisi meugang juga menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh orang tua yang berada di kampung. Bagi mereka, anak-anak yang pergi merantau akan pulang kampung saat meugang. Pulang kampung bukan hanya dilakukan pada Hari raya Idul Fitri saja, namun juga dilakukan pada hari meugang sebelum ramadhan.

Orang tua akan memasak segala jenis makanan yang dulunya menjadi kesukaan anak-anak mereka. Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua saat anaknya sampai ke rumah dari perantauan. Tradisi meugang bagi orang tua menjadi kabur jika anaknya tidak dapat pulang karena kesibukan pekerjaan atau sekolahnya. Namun demikian tidak mengurangi cinta orang tua bagi anaknya yang tidak pulang saat meugang  tiba.

Sejatinya, tradisi meugang adalah bentuk syukur keluarga dalam masyarakat Aceh, bahwa sebentar lagi datangnya bulan rahmat yaitu ramadhan. Dengan menjalankan tradisi meugang ini juga menunjukkan bahwa rasa kekerabatan dalam berkumpul bersama sebelum ramadhan adalah ajang meminta maaf agar ibadah ramadhan dapat dilaksanakan dengan lancar. Meugang  juga membagi rezeki dari orang mampu kepada mereka yang tidak mampu.

Seperti yang tercantum dalam Qanun Meukuta Alam tentang Meugang pada masa Sultan Iskandar Muda, bahwa sultan akan membagi bantuan kerajaan kepada seluruh fakir miskin, anak yatim, orang sakit, disabilitas dan lanjut usia. Bantuan sultan ini berupa pakaian, daging dan sejumlah uang untuk biaya selama ramadhan. Artinya kita telah diajarkan untuk selalu berbagi dengan sesama dalam kondisi apapun. Sehingga kita berharap agar tradisi meugang ini tidak hilang makna digerus zaman. []

Baca Juga:  Cara Isaiah Berlin Menukilkan Pemikiran Johan Gottfried Herder
Tags: acehMeugangRamadan
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Risnawati binti Ridwan

Risnawati binti Ridwan

Penulis adalah Alumnus STKS Bandung dan Penyuluh Sosial Ahli Muda di Dinas Sosial Kota Banda Aceh

Related Posts

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?
Artikel

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

by SAGOE TV
July 19, 2025
Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Artikel

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

by SAGOE TV
July 5, 2025
Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh Fakta yang Jarang Diketahui!
Artikel

Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh: Fakta yang Jarang Diketahui!

by SAGOE TV
July 3, 2025
Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh
Artikel

Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh

by SAGOE TV
July 1, 2025
Dua Dekade Damai Aceh
Artikel

Dua Dekade Damai Aceh

by SAGOE TV
June 27, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem

October 9, 2025
Gubernur Aceh Lantik Fajran Zain, Abdul Manan, dan Teuku Ardiansyah sebagai Deputi BPKS

Gubernur Aceh Lantik Fajran Zain, Abdul Manan, dan Teuku Ardiansyah sebagai Deputi BPKS

October 11, 2025
Gubernur Aceh Lantik Pejabat Struktural Baru, Berikut Daftar Kepala SKPA dan Pesan Mualem soal Anggaran

Gubernur Aceh Lantik Pejabat Struktural Baru, Berikut Daftar Kepala SKPA dan Pesan Mualem soal Anggaran

October 10, 2025
Saiful Bahri Resmi Terpilih jadi Ketua Umum KONI Aceh 2025-2029

Saiful Bahri Terpilih Jadi Ketua Umum KONI Aceh 2025-2029

October 9, 2025
Ummi Arongan Meninggal Dunia, Gubernur Aceh Mualem Sampaikan Duka Mendalam dan Kenang Jasa Besarnya

Ummi Arongan Meninggal Dunia, Gubernur Aceh Mualem Sampaikan Duka Mendalam dan Kenang Jasa Besarnya

October 7, 2025
Aceh di Persimpangan Energi dan Budaya: Cerita Tentang Martabat, Pembangunan, dan Harapan Baru

Aceh di Persimpangan Energi dan Budaya: Cerita Tentang Martabat, Pembangunan, dan Harapan Baru

October 7, 2025
Wakil Ketua DPRK Musriadi Sambut HUT PAN ke-27 dengan Aksi Sosial, Olahraga, dan Lomba Karya Ilmiah

Wakil Ketua DPRK Banda Aceh Dorong Pemerintah Tuntaskan Flyover Pango Raya

October 9, 2025
Harga Tiket Persiraja vs Garudayaksa FC Resmi Dirilis, Mulai Rp30 Ribu

Pelatih Akhyar Ilyas Harap Dukungan Suporter, Persiraja Siap Tampil All Out Lawan Bekasi City

October 11, 2025
Masyarakat Aceh Kini Tak Perlu ke Luar Daerah, RSUDZA Miliki MRI 1,5 Tesla

Masyarakat Aceh Kini Tak Perlu ke Luar Daerah, RSUDZA Miliki MRI 1,5 Tesla

October 8, 2025

EDITOR'S PICK

Gerakan Pangan Murah Digelar di Aceh Timur

Gerakan Pangan Murah Digelar di Aceh Timur

March 14, 2025
Kapolri Listyo Sigit Nikmati Kupi Khop di Stan Bhayangkari Aceh

Kapolri Listyo Sigit Nikmati Kupi Khop di Stan Bhayangkari Aceh

July 28, 2025
Tempo Mendapat Kiriman Kepala Babi, Pemred Bentuk Teror terhadap Kebebasan Pers

Teror Kepala Babi ke Jurnalis Tempo Serangan Berbahaya terhadap Kemerdekaan Pers

March 20, 2025
Refleksi Idul Fitri: Jangan Hanya Borong Kue, Tapi Juga Ibadah

Refleksi Idul Fitri: Jangan Hanya Borong Kue, Tapi Juga Ibadah

March 30, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.