SAGOETV | BANDA ACEH – Akademisi UIN Walisongo Semarang sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Al-Khawarizmi, Prof. Dr. Syamsul Ma’arif, M.Ag., menyebeutkan pentingnya keterlibatan ulama dan santri dalam dunia politik sebagai kekuatan moral yang mendorong perubahan positif. Hal ini disampaikan dalam podcast yang dipandu langsung oleh CEO Sagoetv, Dr. Mukhlisuddin Ilyas, M.Pd.
Prof. Syamsul menjelaskan bahwa di Pulau Jawa, santri yang menjadi pemimpin daerah seperti bupati dan gubernur sudah lazim, sementara di Aceh hal tersebut masih jarang terjadi. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri agar ulama dan pimpinan pesantren di Aceh dapat berani terjun ke ranah politik dengan niat tulus sebagai pembawa kebaikan.
“Politik bukanlah sesuatu yang harus dijauhi oleh ulama dan pesantren. Justru mereka harus menjadi moral force, kekuatan moral yang membawa perubahan ke arah kebaikan,” ujarnya dalam tayangan Podcast Sagoetv, Rabu,(14/05/2025).
Dalam pendidikan pesantren, kata Prof. Syamsul, bukan hanya ilmu yang ditransfer, melainkan juga karakter dan moral yang harus dibentuk. Oleh sebab itu, pesantren memiliki peran strategis sebagai pengawal moral bangsa yang harus tetap dijaga dan dikembangkan.
Prof. Syamsul menambahkan, keterlibatan ulama dalam politik harus didasarkan pada prinsip etika dan moral yang kuat, sehingga dapat menjadi teladan dan membawa nilai positif dalam masyarakat. Ia juga mengingatkan pentingnya membangun paradigma inklusif seperti yang pernah ditunjukkan ulama abad pertengahan, yang menyatukan agama dan ilmu pengetahuan.
Mengenai kondisi Aceh yang menerapkan syariat Islam, Prof. Syamsul menilai bahwa selama membawa kemaslahatan dan orientasi ke peradaban kemanusiaan, hal tersebut sangat baik. Namun, harus tetap menegakkan inklusivitas dan saling menghargai perbedaan.
Selain itu, Prof. Syamsul juga menyoroti pentingnya pendidikan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek intelektual, tetapi juga spiritual, emosional, dan sosial. Pendidikan semacam ini diyakini mampu mencegah radikalisme dengan membentuk insan kamil yang seimbang.
“Pesantren adalah tempat ideal untuk mengajarkan nilai-nilai saling menghormati, cinta kasih, dan toleransi,” katanya.
Prof. Syamsul juga menekankan pentingnya menjaga harmoni dan kebahagiaan sebagai sumber kekuatan yang mempererat persatuan masyarakat, terutama di tengah tantangan sosial dan ekonomi yang ada saat ini.
Ia mengajak seluruh masyarakat untuk memulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat dalam menciptakan kesadaran bersama akan pentingnya saling menerima dan menjaga harmoni demi keutuhan bangsa. []