SAGOETV | BANDA ACEH – Perkembangan sektor migas dan energi terbarukan di Aceh menjadi sorotan dalam podcast Sagoetv yang tayang pada Minggu, 18 Mei 2025. Perbincangan menghadirkan narasumber utama Dr. Surya Darma, Ketua Pusat Studi Energi Terbarukan Indonesia, yang dipandu oleh akademisi Universitas Syiah Kuala, Tgk. H. M. Adli Abdullah, SH, M.CL, Ph.D.
Dalam diskusi tersebut, Surya Darma menyampaikan bahwa menarik investor ke Aceh bukanlah hal yang sulit, terutama jika didukung dengan kearifan lokal masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi nilai budaya “Peumulia Jamee Adat Geutanyoe” atau memuliakan tamu sebagai bagian dari tradisi.
“Nilai-nilai adat yang ramah dan terbuka terhadap tamu bisa menjadi kekuatan sosial dalam membangun relasi yang baik dengan para investor,” ujarnya.
Tren Energi Global
Surya menegaskan bahwa tren global saat ini semakin kuat mengarah pada penggunaan energi terbarukan. Ia merujuk pada laporan International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (IRENA) yang memperkirakan penggunaan energi fosil akan turun drastis setelah tahun 2050.
“Diprediksi pada tahun 2060, energi terbarukan akan menyumbang 60 hingga 70 persen dari total kebutuhan energi dunia,” jelasnya.
Ia juga mencontohkan pesatnya perkembangan kendaraan listrik sebagai bagian dari inovasi energi bersih. “Mobil listrik saat ini sudah memiliki kualitas yang sangat baik, bahkan melampaui kendaraan berbahan bakar minyak,” tambahnya.
Surya Darma merupakan putra asli Aceh yang berasal dari Kecamatan Peusangan. Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di Aceh, lalu melanjutkan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Perjalanan akademiknya kemudian membawanya ke berbagai forum internasional.
“Dulu untuk sampai ke Bandung butuh waktu hampir seminggu. Sekarang anak-anak muda jauh lebih mudah dan harus punya mimpi yang lebih besar,” katanya.
Ia mengaku telah mengunjungi hampir 70 negara dalam kapasitasnya sebagai ahli energi terbarukan. Pada Januari 2025 lalu, ia diundang menghadiri pertemuan tahunan IRENA di Abu Dhabi bersama para pemimpin energi dunia.
Di tingkat nasional, Surya pernah menjabat sebagai Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) selama dua periode (2015–2022) dan Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia sejak tahun 2004. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Direksi International Geothermal Association (IGA) selama empat periode.
“Saya pernah mendapat suara terbanyak dalam pemilihan dewan IGA, bahkan sempat ditawari posisi Presiden IGA oleh profesor dari Stanford University, namun saya tolak karena keterbatasan waktu,” ungkapnya.
Potensi Panas Bumi Aceh
Menurut Surya, Aceh memiliki potensi besar dalam pengembangan energi panas bumi. Namun demikian, tantangan terbesar terletak pada kesiapan daerah dalam membangun iklim investasi yang kondusif.
“Aceh memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memadai. Tinggal bagaimana kita menyiapkan sistem dan strategi untuk menarik investasi,” tegasnya.
Sebagai Ketua Indonesia Center for Renewable Energy Study, lembaga non-profit yang ia dirikan, Surya aktif menjembatani komunikasi antara mitra internasional dan Indonesia. Lembaga tersebut berperan sebagai platform netral yang dipercaya oleh banyak pihak untuk membangun kerja sama di bidang energi.
Di akhir diskusi, Surya berpesan kepada generasi muda Aceh untuk memiliki semangat juang dan pandangan global.
“Gigih itu bukan hanya soal tenaga, tapi juga soal strategi. Jangan hanya jadi generasi ‘pewarung’, tapi jadilah ‘petarung’ di panggung global,” tutupnya. []
Lebih lengkap simak lingk berikut ini :