• Tentang Kami
Monday, May 19, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
  • News
  • Podcast
  • Olahraga
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Nasional
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

Mustafa Marwidin by Mustafa Marwidin
April 18, 2025
in News
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

Tgk. Haekal Afifa, mantan Ketua Majelis Akreditasi Dayah (MADA) dalam diksusi Film Bid'ah yang digelar PB RTA, Selasa (15/4/2025).

Share on FacebookShare on Twitter

SAGOETV | BANDA ACEH – Film Bid’ah memicu perdebatan publik terkait isu kekerasan seksual di institusi keagamaan. Namun bagi Tgk. Haekal Afifa, mantan Ketua Majelis Akreditasi Dayah (MADA) Aceh, realita yang terjadi di Aceh jauh lebih memprihatinkan dari film tersebut. Ia menilai, predator seksual tak mengenal identitas, termasuk di lingkungan dayah.

Hal itu diungkapkan Tgk. Haekal yang juga Pendiri Institut Peradaban Aceh (IPA) dalam diskusi tentang film Bid’ah atau yang populer belakangan ini karena menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. “Namun, menurut saya pribadi, film ini justru menjadi cerminan dari realitas sosial yang terjadi di sekitar kita, khususnya di Aceh,” ujarnya dalam diskusi digelar Pengurus Besar Rabithah Thaliban Aceh (PB RTA) Selasa (15/4/2025), sebagaimana ditayang Podcast Sagoe TV pada Kamis (17/4).

BACA JUGA

Iskandar Usman Al-Farlaky Lepas Jemaah Haji Kloter 2: Doakan Aceh di Tanah Suci

Masa Tunggu Haji di Aceh Capai 34 Tahun, PPIH Harapkan Penambahan Kuota

Haekal menegaskan bahwa jika menyoal apakah praktik yang ditampilkan dalam film itu adalah bid’ah, saya sepakat—bahkan lebih dari sekadar bid’ah, karena hal itu merupakan bentuk nyata kemungkaran. Film ini mengangkat kisah fiksi, namun yang ia pantulkan adalah cermin atas problematika serius yang sedang kita hadapi di ruang-ruang tertutup, terutama di lingkungan berasrama seperti dayah atau pesantren.

Menurutnya, masyarakat sering terkejut karena merasa “isu seperti ini tidak ada di Aceh.” Padahal, persoalan predator seksual juga ada di sini. “Bahkan, dalam catatan kami saat saya menjabat di Majelis Akreditasi Dayah, terdapat 7 hingga 8 dayah yang tersandung kasus pelecehan seksual terhadap santri, baik oleh pimpinan maupun dewan guru,” ungkapnya dengan nada sedih penuh serius.

Baca Juga:  Rendahnya Kesadaran Warga, Puluhan Relawan Bersihkan Pantai Ujong Blang

Yang menjadi sorotan, kata Pemerhati Dayah dan Aktivis Perlindungan Santri Aceh ini adalah bahwa praktik predator seksual ini tidak memiliki agama, warna, atau identitas tertentu. Ia bisa terjadi di dayah salafiyah, dayah khalafiyah, bahkan di institusi pendidikan umum seperti kampus atau lembaga asrama seperti polisi dan militer. Namun ketika terjadi di dayah, sorotan publik menjadi lebih tajam karena dayah diposisikan sebagai penjaga moral umat. “Sama seperti polisi; ketika melanggar hukum, efek sosialnya lebih besar karena ia adalah simbol hukum itu sendiri” papar dia memberi tamsilan.

Para pemateri dalam diskusi Film Bidaah dan Serbuan Predator Seksual di Aceh yang digelar PB RTA, Selasa (15/4/2025).

Ia mengaku menyesal bahwa banyak kasus ditutup rapat-rapat. Bahkan, pernah terjadi satu kasus di Pidie Jaya, di mana pihak korban justru ditekan oleh aparat gampong, mukim, hingga camat, agar tidak menyebarkan informasi. Pelaku malah dilindungi, sementara korban harus dipindahkan. Ini adalah bentuk kemungkaran yang nyata.

Dari sisi regulasi, lanjut Alumni Dayah MUDI Mekkar Bekasi ini bahwa Qanun Dayah Aceh Nomor 9 Tahun 2018 memang sudah ada. Namun, dari 27 Peraturan Gubernur (Pergub) yang seharusnya diturunkan dari kanun tersebut, hanya 6 atau 7 yang terealisasi. Tidak ada Pergub tentang Renstra (rencana strategis), tidak ada tentang pengawasan, bahkan tidak ada kewenangan bagi pemerintah untuk mencabut izin operasional dayah bermasalah. Akhirnya, Majelis Akreditasi Dayah hanya bisa melakukan blocking terhadap usulan akreditasi dari dayah yang terbukti bermasalah.

Hal lainnya, kata dia, banyak alumni dayah yang membuka lembaga sendiri tanpa pengawasan dari dayah induk. Ini berbahaya. Apalagi jika secara moral, ilmu, dan spiritualitas belum selesai. Ada juga pola rekrutmen dewan guru di banyak dayah yang masih longgar. Siapa saja bisa masuk mengajar tanpa filter kuat. Ini membuka celah masuknya oknum yang tidak aman bagi anak-anak.

Baca Juga:  Sepeda Listrik GOGO Bakal Wira-wiri di Lingkungan Universitas Syiah Kuala

Dalam kondisi demikian, tidak mengherankan jika korban-korban lebih memilih mencari perlindungan ke lembaga bantuan hukum seperti LBH. Karena di internal dayah belum tersedia sistem advokasi dan perlindungan korban yang bisa diandalkan.

Film yang dianggap “bid’ah” oleh sebagian pihak itu, menurut saya justru berhasil menyentil kita untuk berani bersuara tentang hal-hal yang lebih bid’ah dari film itu sendiri. Kita perlu membuka mata dan telinga, serta memperkuat langkah preventif—baik melalui pengawasan internal dayah, penguatan regulasi, maupun edukasi tentang perlindungan anak dalam sistem pendidikan berasrama. []

 

Tags: acehBid'ahBidaahDiskusiFilmMalaysia
ShareTweetPinSendShare
Seedbacklink
Mustafa Marwidin

Mustafa Marwidin

Sarjana Komunikasi UIN Ar-Raniry dan Jurnalis sagoetv.com

Related Posts

Iskandar Usman Al-Farlaky Lepas Jemaah Haji Kloter 2 Doakan Aceh di Tanah Suci
News

Iskandar Usman Al-Farlaky Lepas Jemaah Haji Kloter 2: Doakan Aceh di Tanah Suci

by SAGOE TV
May 18, 2025
Masa Tunggu Haji di Aceh Capai 34 Tahun, PPIH Harapkan Penambahan Kuota
News

Masa Tunggu Haji di Aceh Capai 34 Tahun, PPIH Harapkan Penambahan Kuota

by SAGOE TV
May 18, 2025
Dosen UNISAI Tampil di Orasi Ilmiah Nasional 2025
News

Dosen UNISAI Tampil di Orasi Ilmiah Nasional 2025

by Mustafa Marwidin
May 18, 2025
393 Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Aceh Resmi Diberangkatkan Menuju Tanah Suci
News

393 Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Aceh Resmi Diberangkatkan Menuju Tanah Suci

by SAGOE TV
May 18, 2025
gempa
News

Gempa Terkini di Aceh: Simeulue Diguncang M4,8, BMKG Catat 1 Aftershock

by SAGOE TV
May 18, 2025
Load More

POPULAR NEWS

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

Waled Landeng: Prioritaskan Non-ASN R2 dan R3 Jadi PPPK Penuh Waktu

February 21, 2025
Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

Gampong Lam Geu Eu Raih Juara Pawai Takbir Idul Fitri 1446 H Aceh Tahun 2025

March 31, 2025
UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

UIN Ar-Raniry Buka Prodi Manajemen Industri Halal, Mulai Terima Mahasiswa Baru

April 18, 2025
Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

Realitas di Aceh Lebih ‘Bid’ah’ dari Filmnya

April 18, 2025
Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

Wali Nanggroe, Waled Landeng dan Cap Sikureung di Malaya

February 21, 2025

EDITOR'S PICK

Dilantik Jadi Bupati Gayo Lues, Suhaidi Fokus Peningkatan Sektor Pertanian

Dilantik Jadi Bupati Gayo Lues, Suhaidi Fokus Peningkatan Sektor Pertanian

February 17, 2025
Rektor USK

Universitas Syiah Kuala Bakal Kukuhkan 32 Profesor Baru di 2025

December 31, 2024
Menjelang Pemilu 2024, PWNA DKI Jakarta Himbau Tolak Politik Uang

Menjelang Pemilu 2024, PWNA DKI Jakarta Himbau Tolak Politik Uang

October 20, 2023
Pemko Banda Aceh Ingatkan Hotel yang Langgar Syariat

Pemko Banda Aceh Ingatkan Hotel yang Langgar Syariat

January 18, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.