Oleh: Satia Zen.
Guru Sekolah Sukma Bangsa Bireuen-Aceh, dan Mahasiswi Program Doktoral Fakultas Pendidikan dan Budaya, Universitas Tampere, Finlandia.
Pagi itu, saya sedang menunggu bis di halte terdekat dari tempat kami tinggal. Kebetulan halte tersebut terletak di depan sebuah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang dikelola oleh Kota Tampere, Finlandia. PAUD ini menerima anak-anak dari usia 2 sampai 5 tahun dengan jumlah sekitar 60 anak setiap tahunnya.
Jika saya menunggu bis di pagi hari sekitar pukul 9, biasanya anak-anak sedang bermain di luar. Ada lapangan bermain di depan sekolah dimana saya bisa melihat langsung dari halte bis. Terdapat beberapa permainan seperti ayunan dan jungkat-jungkit. Juga ada beberapa pohon dan perdu, namun terdapat area cukup luas dimana anak-anak dapat bermain dengan leluasa.
Sejauh yang saya lihat, anak-anak selalu bermain di segala cuaca dengan perlengkapan baju yang disesuaikan. Di musim semi dimana salju mulai meleleh dan tanah sangat becek dan berlumpur, anak-anak tetap diizinkan bermain di luar di atas tanah becek dan berlumpur. Tentu saja anak-anak sangat senang dan gembira.
Di musim gugur, dimana hujan sering turun dan daun-daun berguguran, anak-anak akan bermain dengan air dan daun hingga puas.
Di musim salju, meskipun cuaca sangat dingin hingga di bawah 0 derajat celcius, anak-anak tetap bermain dengan salju, membentuk salju dalam beragam rupa atau berseluncur di atas salju. Para guru selalu mendampingi setiap kali anak bermain di luar, memastikan mereka tidak membahayakan diri sendiri dan temannya.
Ketentuan kurikulum PAUD disini memang mensyaratkan anak untuk bermain minimal dua jam setiap hari di sekolah yang dibagi menjadi beberapa waktu bermain terpisah. Dengan syarat temperatur masih belum dibahwa 20 derajat. Tidak heran saya selalu melihat mereka bermain. Jadi apa sebenarnya yang dipelajari anak-anak jika mereka bermain?
Salah satu kunci belajar dari bermain menurut teman saya seorang guru PAUD asal Finlandia adalah kegembiraan (joy) dan dialog. Biasanya ketika anak-anak bermain, mereka akan merasa gembira. Momen kegembiraan ini adalah waktu yang pas untuk para guru melakukan percakapan dengan anak-anak, baik ketika bermain ataupun setelahnya.
Percakapan dimulai dengan pertanyaan sederhana mengenai apa yang dilakukan sang anak ketika bermain hingga menanyakan kepada anak apa yang dia amati dari permainannya.
Ketika bermain pun, anak-anak tidak segan menanyakan kepada guru mengenai apa yang mereka amati, misalnya kenapa salju dapat dibentuk seperti bola tetapi jika dibawa ke dalam ruangan bentuknya berubah. Atau mengapa daun gugur ke tanah? Mengapa hujan turun dalam bentuk air? Dan lain sebagainya. Menurut teman saya ini, banyak sekali kesempatan anak untuk belajar dari permainan mereka sehari-hari. Dari bermain, anak-anak bisa belajar dan bersosialisasi. Lebih jauh lagi, bermain juga membantu anak tetap sehat dan kreatif.
Saya sempat mengunjungi salah satu PAUD dimana teman saya ini bekerja, yang terletak lebih dekat dengan pusat kota. Di dalam salah satu kelas, ada satu orang guru dan dua orang asisten untuk sekitar 15 orang anak. Guru biasanya memiliki kualifikasi lulusan pendidikan guru dari unviersitas setingkat S1. Sedangkan asisten guru memiliki sertifikat yang didapatkan setelah menempuh kursus di lembaga vokasional ataupun politeknik dan mengambil ujian sertifikasi. Bersama-sama, guru dan asisten guru memandu kegiatan anak-anak setiap hari.
Di dalam salah satu kelas di PAUD tesebut, saya melihat anak-anak sedang melakukan kegiatan meronce kalung menggunakan manik-manik kayu yang besar. Ada yang duduk tertib, ada yang sambil berjalan-jalan. Guru dan asisten guru terlihat mendampingi anak-anak yang tersebar di beberapa meja dan sudut ruang. Anak-anak yang sudah menyelesaikan kalungnya nampak memamerkan karya mereka kepada gurunya.
Saya melihat, guru tidak hanya memuji karya tersebut namun juga bertanya kepada anak, apa saja warna yang ada di kalung tersebut? Mengapa manik-manik dengan warna tersebut yang digunakan, tidak yang lain? Terkadang warna tertentu mengingatkan anak pada benda tertentu dan anak akan diminta menceritakan dimana dia menemui benda tersebut. Jawaban yang diberikan memang kadang tidak terduga namun juga kaya dan beragam. Saya melihat guru dan asisten guru melakukan percakapan sepanjang kegiatan dan setelah kegiatan dengan anak-anak.
Saya pikir, mungkin percakapan menjadi kunci bagi anak untuk memaknai kegiatan bermain mereka sehari-hari. Dari percakapan sederhana inilah anak-anak dipandu oleh guru, belajar dan menghubungkan pengalaman bermain mereka dengan pengetahuan-pengetahuan tertentu.
Anak-anak akan senang bercerita mengenai pengalaman mereka dan gemar mencari tahu mengenai apa yang mereka alami. Dari sinilah guru PAUD mempunyai pintu untuk mengenalkan anak-anak kepada ilmu pengetahuan secara sederhana. Lebih jauh lagi, disinilah anak-anak mengenal diri mereka sendiri kemudian lingkungannya. Dan selanjutnya didukung untuk berimajinasi dan berkreasi.
Seni melakukan percakapan dan dialog dengan anak menjadi salah satu ketrampilan wajib guru disamping juga pengetahuan mengenai pedagogi bermain. Dan yang terpenting menurut teman saya adalah mengakui setiap anak memiliki sudut pandang mereka yang unik dan khas, sehingga dengan melakukan percakapan, guru akan mendapatkan sekelumit gambaran akan dunia anak tersebut. Dan lanjutnya, dari sini dia menyadari bahwa ternyata bermain itu adalah kegiatan belajar yang sangat serius untuk anak-anak.[]