SAGOE | BANDA ACEH – Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk “Wacana Pemikiran Siddiq Fadzil dan Ali Hasjmy” bertempat di aula rektorat kampus setempat, Darussalam, Kota Banda Aceh, Aceh, Kamis (21/11/2024). Acara ini dibuka oleh Rektor UIN Ar-Raniry, yang diwakili oleh Kepala Pusat Layanan Internasional (PLI), Asyraf Muzaffar.
Seminar internasional tersebut menghadirkan dua pemateri utama, yakni Dr Mawardi MA, akademisi UIN Ar-Raniry Aceh, dan Dato’ Paduka Ahmad Kassim, Ketua Syura Wadah-Abim-PKPIM Negeri Kedah, Malaysia.
Dalam sesi pertama, Mawardi mengupas tema “Kebangkitan Perjuangan Dakwah Prof Ali Hasjmy di Aceh”. Ia menyoroti peran Prof Ali Hasjmy sebagai ulama, sastrawan, dan pendidik yang membawa kebangkitan dakwah moderat di Aceh.
Dikatakan, salah satu pencapaian penting Ali Hasjmy adalah memperoleh gelar profesor dalam bidang dakwah pada tahun 1975 dari IAIN Ar-Raniry, yang menjadi tonggak sejarah dalam perjalanan hidupnya.
“Sebagai ulama dan pendidik, Ali Hasjmy berhasil memadukan tradisi dan modernitas dalam dakwahnya. Melalui ceramah, karya ilmiah, dan sastra, ia memberikan dampak signifikan pada pengembangan pendidikan Islam dan budaya di Aceh,” ujar Mawardi.
Ia mengatakan, Ali Hasjmy juga dikenal sebagai Gubernur Aceh periode 1957–1964. Ia aktif meningkatkan kesadaran keagamaan masyarakat melalui berbagai media, serta menerbitkan 18 karya sastra, lima buku terjemahan, dan 20 karya tulis lainnya.
“Kontribusi Ali Hasjmy meliputi pengembangan madrasah dan pesantren, serta pemberdayaan generasi muda. Visi dakwahnya, yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan modernitas, relevan untuk menjawab tantangan zaman,” ujarnya.
Sementara itu, Dato’ Paduka Ahmad Kassim membawakan materi “Kepentingan Hidup Damai Bersama dan Perjuangan Global Prof Dr Siddiq Fadzil”. Ia mengulas pemikiran Siddiq Fadzil yang progresif dalam integrasi ilmu agama dan sains, pendidikan, serta keadilan sosial.
“Siddiq Fadzil menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu agama dan sains modern untuk membentuk individu yang matang secara spiritual dan intelektual. Beliau juga kritis terhadap pemikiran tradisional yang kurang relevan di era modern, sembari tetap menghormati warisan keilmuan Islam,” jelasnya.
Ia juga memaparkan peran pendidikan sebagai agen perubahan, kesadaran sosial, dan pendekatan progresif terhadap pemikiran Islam kontemporer, yang menjadi ciri khas pemikiran Siddiq Fadzil.
Seminar ini diharapkan menjadi wadah diskusi untuk menggali kembali gagasan dua tokoh besar, Siddiq Fadzil dari Malaysia dan Ali Hasjmy dari Aceh, Indonesia, khususnya dalam memperkuat wawasan Islam yang moderat, inklusif, dan relevan dengan tantangan global. []