Oleh: Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad.
Dosen UIN Ar-Raniry, Kopelma Darussalam, Banda Aceh.
Dalam perjalanan intelektual saya, nama yang kerap muncul dalam bacaan saya adalah Hegel. Itupun setelah membaca beberapa karya Charles Taylor. Akan tetapi, begitu membaca karya-karya Berlin, muncul nama lain yang dimulai dengan huruf ‘H’ juga, yaitu Herder, kendati ada juga tulisan Berlin tentang Hegel.
Kemunculan Herder dalam bacaan saya melalui telaah terhadap pemikiran Berlin seakan-akan memberikan satu nuansa baru dalam membongkar pemikiran di Eropa, khususnya ketika memahami tentang Era Pencerahan. Hegel lebih bergema, dibandingkan dengan Herder. Akan tetapi ketika Berlin menggemakan Herder tentu ada sesuatu yang menarik dari sosok Herder. Esai ini mengupas apa yang menarik dari Herder, hingga Berlin menulis beberapa tulisannya tentang filsuf ini.
Adapun nama lengkapnya adalah Johan Gottfried Herder (25 Agustus 1744 – 18 Desember 1803). Disebutkan bahwa Herder adalah murid Kant, teman sekaligus berguru pada Hamann, dan guru kepada Goethe. Tiga nama tersebut tentu tidak asing bagi peminat sejarah filsafat di Jerman. Herder tampaknya sezaman dengan beberapa filsuf terkemuka dari Jerman. Kendati demikian, studi terhadap Herder masih belum begitu banyak dilakukan, terlebih lagi dalam bahasa Indonesia. Karena itu, ketika mengkaji Isaiah Berlin, saya juga berupaya untuk memperkenalkan tokoh-tokoh yang distudi oleh Isaiah Berlin, termasuk di dalamnya Herder.
Pertama kali menjumpai nama ini ketika membaca karya Berlin yang berjudul The Proper Study of Mankind. Dalam karya ini, Henry Hardy menempatkan study Berlin terhadap Herder dalam bagian sejarah ide-ide. Akan tetapi, tulisan Berlin tentang Herder juga ditemukan dalam Three Critics of the Eglightenment dan Vico and Herder: Two Studies in the History of Ideas. Paling tidak, ada dua kata kunci yang melingkari Herder dalam studi Berlin: sejarah ide-ide dan Pencerahan. Menurut Kevin Hilliard, “Johan Gottfried Herder (1778-1803) is a figure of signal importance in Isaiah Berlin’s thought.”
Berlin merupakan filsuf yang berada di ujung sebagai pengkritik Era Pencerahan. Dalam Three Critics of the Enlightenment, selain Herder, Berlin juga menjadikan Vico dan Hamann sebagai pemikir yang dikaji oleh Berlin untuk mengkritik Pencerahan. Berlin dipandang memberikan pemahaman, kendati dia tidak memperkenalkan konsep Kounter Pencerahan, dia telah menarasikan tentang kegagalan Pencerahan, dalam pandangan Berlin, memiliki tendensi untuk menjadikan universalisme dan kesatuan di dalam kemanusiaan secara terburu-buru. Pencerahan, cenderung menganggap keadaan manusia tidak berubah dan permanen, dalam hal baik dan buruk di dalam masyarakat sebagai sesuatu yang sudah mapan dan nilai-nilai yang abadi.
Berlin ketika menjelaskan tentang pluralitas nilai, menulis bahwa: “…G.J. Herder with great brilliance, in my view, understood the differences of cultural, and the values that belong to them, even though men in one culture were perfectly capable of having an empathetic insight into and understanding of the values of other cultures, bot in the past and in other part of the world.” Dalam perjalanan intelektualnya, Berlin menyebutkan bahwa: “Herder is the father of cultural nationalism. He is not a political nationalist …but he believed in the independence of culture and the need to preserve each in its uniqueness.” Di tempat lain, Berlin menulis tentang sosok Herder sebagai berikut: “Herder is one of the originators of the secular doctrine of the unity of fact and value, theory and practice, ‘is’ and ‘ought’, intellectual judgement and emotional commitment, thought and action.”
Beberapa kutipan di atas menunjukkan bahwa signifikansi Herder begitu penting, bagi Berlin untuk mendiskusikan kelompok yang anti-Pencerahan. Jadi, sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa Herder dimasukkan sebagai kategori filsuf yang menghadang Era Pencerahan bersama Hamann dan Vico. Namun demikian, fokus tentang Herder tampaknya lebih kebudayaan dan nasionalisme, dimana Berlin mendasarkan pemikiran tentang Herder. Setiap budaya memiliki keunikan tersendiri. Di sini dimunculkan konsep tentang aksi simpati imajinatif (act of imaginative sympathy), dimana Herder menggunakan istilah Einfühlung (empati). Dalam bahasa Berlin, “Herder is the father of cultural nationalisme … he believed in the independence of cultures and the need to preserve each of its uniqueness.”
Alasdair MacIntyre ketika memberikan Kata Pengantar untuk Concepts and Categories mengatakan bahwa kemampuan Berlin dalam menjelaskan beberapa filsuf telah membantu kita untuk memperkenalkan beberapa di antara mereka yang selama ini termarjinalkan, tidak terkecuali untuk kasus Herder. Berlin menuangkan karyanya tentang Herder dalam beberapa tulisanya, yakni: “Herder and the Enlightenment” yang dimuat dalam beberapa karyanya. Tulisan ini terbit pada tahun 1965 dimana awal pengkajian Berlin terhadap Herder dimulai pada tahun 1960. Setelah terbit pertama kali pada tahun 1965, setelah itu mulai dipublikasikan dalam beberapa buku Berlin atau kumpulan tulisannya. Namun demikian, dalam Pendahuluan Vico and Herder, Berlin mulai menjelaskan mengapa penting untuk memahami Herder. Berlin menggambarkan bahwa Herder berusaha untuk memahami berbagai ranah ilmu pengetahuan pada masa kehidupannya. Berlin mencatat bahwa ranah yang dimasuki oleh Herder adalah: sains dan seni, metafisika dan teologi, epistemologi dan etika, kehidupan sosial, sejarah, antropologi, psikologi.
Demikianlah narasi awal ketika Isaiah Berlin memperkenalkan Herder kepada pembaca di Barat. Tampak bahwa posisi Herder bagi Era Pencerahan adalah untuk mengatakan tidak boleh ada upaya penyamarataan sesuatu untuk kepentingan apapun. Karena apapun yang terjadi dalam kehidupan di dunia ini memiliki keunikan tersendiri, yang sangat boleh jadi, akan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Telaah mendalam terhadap pemahaman Isaiah Berlin di dalam menjelaskan pemikiran Herder, mungkin tidak akan saya sajikan dalam esai ini. Paling tidak, esai ini ingin mengatakan bahwa tidak ada yang keliru, ketika anda berbeda dengan sesuatu yang ada di sekitar anda yang dipaksakan ke dalam alam berpikir anda.[]