SAGOETV | BANDA ACEH – Istilah legacy atau legasi semakin sering didengar dalam berbagai diskusi, terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan dan warisan yang ditinggalkan seseorang. Secara sederhana, legasi adalah warisan yang ditinggalkan oleh generasi terdahulu untuk dikenang, diingat, dan memberi manfaat bagi generasi berikutnya.
Hal itu disampaikan Guru Besar UIN Ar Raniry, Prof Dr Tgk Muhammad Yasir Yusuf, MA dalam Kajian dan Halaqah Subuh di Masjid Raya Baiturrahman, Rabu (12/3/2025).
Dalam halaqah subuh tersebut, Prof Yasir menyebutkan bahwa bisa berupa aset fisik seperti bangunan dan infrastruktur, maupun nilai-nilai yang diwariskan dalam bentuk kebijakan, disiplin, kejujuran, dan keberanian.
Dalam konteks kepemimpinan, jelas Wakil Rektor III UIN Ar Raniry ini, legasi seseorang akan terus dikenang melalui dampak kebijakan dan pengaruh yang ia berikan selama menjabat. Meskipun seseorang telah berpindah tugas atau bahkan meninggal dunia, nilai-nilai yang telah ia tanamkan dapat terus hidup dan menjadi inspirasi bagi orang-orang setelahnya.
Menurutnya, konsep legasi ini juga sejalan dengan ajaran Islam. Dalam Al-Qur’an, surah Yasin ayat 12 menegaskan bahwa Allah mencatat semua perbuatan manusia, baik yang telah dikerjakan maupun dampaknya yang terus dirasakan setelah mereka tiada. Dalam Tafsir Al-Qurthubi, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan asar atau jejak seseorang adalah segala hal yang kekal dan dikenang setelah seseorang tidak lagi menjabat atau bahkan setelah wafatnya.
Hadis Rasulullah SAW juga menguatkan konsep ini. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika seseorang meninggal dunia, amalnya akan terputus kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya. Ini menunjukkan bahwa warisan seseorang tidak hanya berupa harta benda, tetapi juga bisa berupa kontribusi ilmu dan amal baik yang terus mengalir pahalanya.
Ia menyebutkan, salah satu contoh nyata dari legasi dalam Islam adalah wakaf yang diberikan oleh para dermawan di masa lalu. Di Aceh, nama Habib Bugak dikenal sebagai seorang yang telah mewakafkan tanah di Mekah bagi jemaah haji asal Aceh. Hingga kini, manfaat dari wakaf tersebut masih dirasakan oleh masyarakat Aceh, terutama dalam bentuk dana bantuan dari Baitul Asyi yang diberikan kepada jemaah haji asal Aceh. Meski Habib Bugak telah lama wafat, amal jariahnya terus mengalir dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Untuk itu, papar Prof Yasir, legasi tidak harus selalu berbentuk fisik. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap disiplin, kejujuran, serta kebijakan yang membawa manfaat bagi masyarakat juga merupakan bagian dari legasi yang berharga. Bahkan sebuah senyuman pun dapat menjadi bentuk sedekah, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW dalam hadisnya, ”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
Bagi mereka yang diberi amanah kepemimpinan, penting untuk membangun legasi yang dapat membawa kebaikan bagi banyak orang. Kebijakan yang adil dan berpihak pada kesejahteraan umat dapat menjadi warisan yang terus dikenang, bahkan setelah seseorang tidak lagi menjabat.
Di sisi lain, kata dia, peran orang tua dalam membangun legasi bagi anak-anaknya juga tidak kalah penting. Seorang ayah yang menanamkan nilai-nilai agama dan kebaikan dalam keluarganya akan meninggalkan legasi yang berharga bagi anak-anaknya. Islam mengajarkan bahwa warisan yang paling utama bukanlah harta benda, melainkan nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan hidup bagi generasi selanjutnya.
Dengan memahami pentingnya legasi dalam Islam, setiap individu diharapkan dapat meninggalkan warisan yang bermanfaat, baik dalam bentuk harta maupun nilai-nilai kebaikan yang akan terus mengalir pahalanya hingga akhirat kelak. []