Oleh: Naira Tanzila Naaz
Mendaftar beasiswa bagi saya bukan sekadar soal administrasi, tetapi momentum untuk menegaskan arah, komitmen, dan kontribusi di bidang yang kerap dipertanyakan relevansinya—tata kelola seni. Sebagai perantau dari Aceh yang menempuh studi di Yogyakarta, proses menulis esai Beasiswa Unggulan menjadi ruang reflektif yang mengajarkan bahwa karya hebat tak selalu berwujud besar, melainkan bisa berupa tekad dan komitmen yang konsisten dirawat. Melalui pengalaman ini, saya ingin mengajak siapa pun yang masih ragu untuk percaya diri, berani mencoba, dan mulai mempersiapkan diri sejak dini—karena langkah kecil hari ini bisa menjadi fondasi kontribusi besar di masa depan.
Sebagai mahasiswa jurusan Tata Kelola Seni di Institut Seni Indonesia Yogyakarta sekaligus perantau dari Aceh, proses menyiapkan diri untuk mendaftar Beasiswa Unggulan 2024 saya maknai lebih dari sekadar upaya memenuhi persyaratan administratif. Ini menjadi ruang refleksi yang mendalam—untuk meninjau ulang arah langkah yang saya ambil, mempertegas komitmen pribadi, sekaligus merumuskan kembali bentuk kontribusi yang ingin saya berikan di ranah seni dan budaya. Melalui esai yang menjadi komponen utama dalam proses seleksi, saya diberikan ruang untuk menyampaikan secara jujur visi dan misi yang selama ini saya yakini dan perjuangkan.
Bagi saya, mendaftar Beasiswa Unggulan bukan hanya soal teknis administrasi, tetapi juga merupakan momentum penting untuk meneguhkan kembali mengapa saya memilih bidang Tata Kelola Seni, dan bagaimana saya ingin terus menekuninya secara serius, konsisten, dan berkelanjutan demi kontribusi nyata bagi masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Saya menyadari bahwa jalur yang saya tempuh kerap dipandang sebelah mata, baik dari segi peluang kerja maupun relevansinya dalam pembangunan bangsa. Namun, justru karena itulah saya terdorong untuk mendaftar Beasiswa Unggulan. Saya ingin menunjukkan bahwa pendidikan seni—terutama di bidang tata kelola—memiliki peran yang strategis. Seni bukan sekadar bentuk ekspresi, tetapi juga sarana untuk menjaga, mengelola, dan memperkenalkan budaya sebagai identitas bangsa ke tingkat global secara bermakna dan menguntungkan.
Dalam proses penulisan esai untuk Beasiswa Unggulan 2024, saya dihadapkan pada tema “Karya Hebatku untuk Indonesia”. Tema ini kerap diasosiasikan dengan sesuatu yang konkret—seperti buku, teknologi, atau karya seni rupa. Namun saya memilih melihatnya dari perspektif yang berbeda. Bagi saya, karya hebat tidak selalu harus berwujud fisik, melainkan dapat berupa komitmen dan tekad yang terus dijaga. Saya memaknai karya hebat sebagai dedikasi jangka panjang untuk melestarikan, mengelola, dan mempromosikan seni budaya Indonesia secara berkelanjutan dan berdampak nyata.
Tentu, apa yang saya sampaikan dalam esai tersebut tidak lahir dari angan-angan semata. Pengalaman mengikuti program pertukaran budaya (cultural exchange) dengan siswa-siswi dari Jepang pada 2022 hingga 2024 semasa SMA telah menginspirasi saya untuk mengembangkan kegiatan serupa, baik di dalam negeri maupun lintas negara. Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku dengan adat dan budaya yang sangat beragam. Menginisiasi pertukaran budaya di dalam negeri bukan hanya akan memperkaya wawasan generasi muda, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjembatani perbedaan, memperkuat identitas kebangsaan, dan menumbuhkan toleransi di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.
Dalam esai saya, saya juga menegaskan bahwa bentuk kontribusi nyata yang ingin saya capai adalah meningkatkan nilai ekonomi dan penghargaan terhadap karya seni serta budaya lokal. Saya membayangkan masa depan di mana seniman, pengrajin, dan pelaku budaya memperoleh penghidupan yang layak dan mendapatkan ruang apresiasi yang luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Saya juga bercita-cita untuk turut mendorong pertumbuhan industri budaya dan pariwisata berbasis komunitas melalui promosi yang berkelanjutan dan berpihak pada nilai-nilai lokal.
Menulis esai untuk Beasiswa Unggulan telah menjadi momen penting bagi saya untuk meluruskan kembali arah, tujuan, dan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa seni. Saya ingin menjadi bagian dari generasi yang tidak hanya mencintai budaya, tetapi juga siap merawat, mengelola, dan mengembangkannya secara berkelanjutan. Harapan saya, dengan dukungan beasiswa ini, saya dapat memperluas dampak dari ilmu dan pengalaman yang telah saya peroleh, agar seni dan budaya bangsa tidak hanya lestari, tetapi juga diakui dan dihargai secara global. Bagi saya, pengelolaan seni yang baik bukan sekadar soal mendukung seniman, melainkan bagian dari misi yang lebih besar: merawat jati diri bangsa. []
Tentang Penulis:
Naira Tanzila Naaz lahir dan besar di Aceh. Saat ini ia menempuh studi di Program Studi Tata Kelola Seni, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dengan fokus pada manajemen seni, kuratorial, dan pengembangan ruang seni berbasis komunitas. Ia memiliki pengalaman dalam program pertukaran budaya serta terlibat aktif dalam kegiatan kepanitiaan pameran dan inisiatif seni kolaboratif.
Editor: Ari J. Palawi