SAGOE TV | BANDA ACEH – Operasi Patuh Seulawah 2025 di Aceh resmi berakhir pada 27 Juli 2025. Meski jumlah pelanggaran lalu lintas (Lalin) meningkat 23,2 persen dibandingkan tahun lalu, angka kecelakaan lalu lintas (Laka) justru turun signifikan hingga 60,7 persen.
Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Joko Krisdiyanto menyampaikan, selama Operasi Patuh Seulawah 2025 di Aceh, jumlah kecelakaan lalu lintas (Laka) tercatat 20 kasus, turun drastis dari 51 kasus pada tahun 2024. Penurunan ini mencapai 60,7%, dan mencerminkan hasil nyata dari upaya preventif dan penegakan hukum di lapangan.
“Penurunan angka kecelakaan ini merupakan bukti bahwa pendekatan edukatif dan humanis yang dilakukan personel di lapangan cukup efektif. Ini adalah bentuk keberhasilan bersama antara Polri dan masyarakat,” kata Joko, Selasa (29/7/2025).
Ia merincikan data kecelakaan dengan korban meninggal dunia (MD) pada tahun 2024 sebelas orang, pada tahun 2025 sembilan orang (turun 18,2%). Kemudian korban luka berat pada tahun 2024 sepuluh orang, pada tahun 2025 juga sepuluh orang.
Sedangkan korban luka ringan pada tahun 2024 sebanyak 85 orang, dan pada tahun 2025 berjumlah 24 orang (turun 71,8%). Sementara kerugian materiil pada tahun 2024 sebanyak Rp205.900.000, dan pada tahun 2025 sebanyak Rp84.700.000 (turun 58,9%).
Kemudian untuk data pelanggaran lalu lintas (Lalin), lanjut Joko, Polda Aceh mencatat kenaikan jumlah pelanggaran sebesar 23,2% atau 795 kasus lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang tercatat 3.423 pelanggaran.
“Kenaikan angka ini bukan semata-mata karena peningkatan pelanggaran, tetapi karena pendekatan penegakan hukum yang lebih aktif, khususnya melalui penindakan manual,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Operasi Patuh Seulawah merupakan operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia. Di Aceh, fokus penindakan diarahkan pada pelanggaran lalu lintas kasat mata, seperti tidak memakai helm SNI bagi pengendara roda dua, tidak menggunakan safety belt bagi pengendara mobil, melawan arus, berkendara menggunakan ponsel, pengemudi di bawah umur, kecepatan tinggi, dan mengemudi di bawah pengaruh alkohol.
Dari tujuh sasaran prioritas pelanggaran penyebab laka lantas atau fatalitas korban. Pelanggaran tidak menggunakan Helm SNI dan tidak menggunakan safety belt bagi pengendara mobil merupakan pelanggaran tertinggi selama pelaksanaan operasi.
Joko juga mengimbau masyarakat untuk terus menjadikan keselamatan sebagai budaya dan kebutuhan bersama, serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas demi menekan potensi kecelakaan di jalan raya.
“Operasi telah berakhir, tetapi upaya menjaga keselamatan lalu lintas adalah tanggung jawab kita bersama setiap hari,” ujarnya. []