SAGOETV | BANDA ACEH – Taqwa bukan semata-mata persoalan akhirat. Dalam kajian dan halaqah Subuh yang digelar di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Rabu (2/7/2025), Guru Besar UIN Ar-Raniry Darussalam, Prof. Dr. Tgk. H. Muhammad Yasir Yusuf, MA, menjelaskan bahwa taqwa juga merupakan bentuk mitigasi terhadap berbagai risiko dalam kehidupan dunia.
“Risiko adalah segala sesuatu yang mungkin terjadi dan berdampak buruk bagi kehidupan. Maka, mitigasi risiko berarti upaya kita untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut,” ujar Prof. Yasir.
Ia mencontohkan, saat seseorang memiliki rumah lalu mulai merancang jalur evakuasi jika terjadi kebakaran atau gempa, itu sudah merupakan langkah mitigasi. Menurutnya, Islam mendorong umatnya untuk bersikap proaktif dalam mengantisipasi bahaya sebagaimana yang diajarkan Al-Qur’an.
Mengutip Surah Al-Hasyr ayat 18, ia menyampaikan bahwa ayat tersebut memuat pesan mitigasi dua dimensi: risiko kehidupan dunia, dan risiko kehidupan setelah kematian.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok…”
“Apakah hari esok akan membawa kebaikan atau keburukan? Apakah kita sudah siap menghadapi kematian?” tanyanya kepada para jamaah untuk merenung lebih dalam.
Lebih jauh, Prof. Yasir mengutip Surah At-Talaq ayat 2-3, bahwa Allah menjanjikan makhraj (jalan keluar) bagi orang-orang yang bertaqwa, serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
“Orang bertaqwa tidak dijamin hidupnya tanpa masalah, tapi Allah menjanjikan solusi,” tegasnya.
Ia juga mengkritisi perencanaan pembangunan yang hanya berorientasi pada aspek duniawi tanpa mempertimbangkan nilai-nilai ketuhanan. Menurutnya, pembangunan seharusnya menjadi sarana mendekatkan masyarakat kepada Allah, bukan membuka celah kemaksiatan.
“Fasilitas publik seperti pantai dan taman sebaiknya dilengkapi sarana ibadah agar tidak disalahgunakan,” sarannya.
Dalam dimensi sosial, Prof. Yasir menegaskan bahwa taqwa tidak hanya mencakup hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga horizontal dengan sesama manusia.
“Orang bertaqwa bukan hanya rajin salat, tapi juga ramah, dermawan, pemaaf, dan tidak mudah marah. Senyum kepada sesama pun termasuk sedekah,” jelasnya. “Jangan pelit senyum!”
Mengakhiri kajiannya, ia mengingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan—termasuk musibah—adalah atas izin Allah. Oleh karena itu, manusia perlu memperkuat taqwa sebagai bentuk perlindungan dari segala risiko yang tak terduga.
“Taqwa adalah mitigasi terbaik, baik untuk menghadapi tantangan hidup di dunia maupun sebagai bekal menghadapi akhirat,” pungkasnya. []