BANDA ACEH – Akademisi dari UIN Ar-Raniry, Dr. Tgk. H. Badrul Munir, Lc., MA., menyampaikan tiga parameter utama yang menentukan kesuksesan seseorang dalam menjalani puasa Ramadhan. Hal itu disampaikannya dalam ceramah ba’da Isya dan Tarawih di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada 27 Maret 2025. Dalam tausiyah singkatnya, ia menekankan pentingnya meningkatkan kualitas ibadah selama bulan Ramadhan serta mempertahankannya setelah bulan suci ini berakhir.
Dr. Badrul Munir menjelaskan bahwa Ramadhan harus membawa perubahan dalam pola ibadah seseorang. Jika sebelumnya jarang membaca Al-Qur’an, maka kini harus lebih rajin. Jika sebelumnya salat sunnah terasa berat, kini harus menjadi lebih ringan. Stabilitas dan peningkatan kualitas ibadah menjadi tanda bahwa Ramadhan memberikan dampak positif dalam kehidupan seseorang.
“Nah, peningkatan kualitas ibadah merupakan barometer pertama kesuksesan puasa Ramadhan kita,” jelasnya.
Barometer kedua adalah perubahan perilaku dan akhlak. Puasa yang hakiki bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengendalikan emosi, ego, serta sifat buruk lainnya. Jika sebelum Ramadhan seseorang mudah marah, sombong karena kekayaan atau jabatan, serta suka menyebarkan hoaks dan fitnah, maka setelah Ramadhan ia harus menjadi pribadi yang lebih sabar, rendah hati, dan penuh kasih sayang.
“Konsep ini disebut Al-Imsak Al-Haqiqi, yaitu pengendalian diri secara menyeluruh,” ungkap Dr. Badrul Munir.
Barometer ketiga adalah mendapatkan ampunan dan rahmat Allah. Dalam hal ini, beliau menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa tidak ada seorang pun yang masuk surga hanya karena amalannya, kecuali dengan rahmat Allah. Oleh karena itu, Ramadhan adalah kesempatan emas untuk memperoleh ampunan dan rahmat-Nya. Jika dalam bulan penuh berkah ini seseorang gagal mendapatkan ampunan, maka kapan lagi ia akan mendapatkannya?
Lebih lanjut, Dr. Badrul Munir mengingatkan bahwa Ramadhan adalah bulan di mana pintu surga dibuka, pahala dilipatgandakan, dan pintu neraka ditutup. Oleh karena itu, ibadah harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, terutama di akhir Ramadhan. Ia mencontohkan bagaimana Rasulullah SAW meningkatkan ibadahnya secara maksimal dan membangunkan keluarganya untuk beribadah bersama.
Ia juga menyampaikan bahwa Ramadhan adalah momentum terbaik untuk memperbaiki ibadah. Saat ini, banyak orang lebih sering membuka media sosial atau membaca berita dibandingkan membaca Al-Qur’an dan memahami kandungannya. Oleh karena itu, bulan Ramadhan seharusnya menjadi waktu untuk memperbaiki kualitas ibadah dan hubungan dengan Allah SWT.
Sebelum mengakhiri ceramahnya, ia mengajak seluruh jamaah untuk memanfaatkan sisa Ramadhan dengan sebaik-baiknya agar termasuk dalam golongan orang-orang yang sukses menjalani ibadah puasa dan menjadi hamba yang bertakwa. Ia juga mengajak jamaah untuk berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dan kesehatan dalam menyempurnakan ibadah di bulan yang penuh berkah ini. []