Oleh: Mutmainnah
Mahasiswi Prodi Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry dan Peserta Dream Maker Mentoring The Leader.
Seiring perkembangan peradaban manusia di muka bumi, teknologi semakin canggih. Berbagai alat komunikasi seperti gawai dan laptop menjadi terjangkau untuk dimiliki para dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Tidak seperti dulu, kini beragam informasi mudah diakses, terutama melalui media daring. Bahkan hiburan yang dulunya hanya bisa dikonsumsi oleh segelintir elit, saat ini bisa dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat, bahkan secara gratis. Adapun salah satu hiburan yang sedang populer di kalangan anak muda Indonesia, bahkan dunia, saat ini adalah tontonan drama yang berasal dari negeri gingseng, Korea Selatan.
Korean Drama (K-Drama) atau Drama Korea (Drakor) menjadi salah satu dari sekian banyak produk industri hiburan Korea Selatan yang sedang berkembang pesat. Drakor menjadi salah satu pencarian kata kunci tertinggi di internet. Tontonan tersebut menjadi tempat persinggahan para wisatawan dunia maya yang haus akan hiburan.
Berangkat dari itu semua, disadari atau tidak, industri hiburan Korea Selatan telah berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi beragam kalangan dari belahan dunia. Masyarakat dunia, terutama anak muda, menanti dengan setia setiap episode drama yang akan ditayangkan. Mereka juga mulai mengadopsi gaya hidup para artis di drama tersebut, dari gaya berpakaian hingga riasan yang mereka gunakan. Bahkan para pencinta musik korea (K-Poppers) rela mengantre berjam-jam untuk membeli tiket konser boyband dan girlband K-pop kesayangan mereka yang harganya tentu tidak murah.
Jean Baudrillard, seorang filsuf kontemporer, ternyata telah lama merangkum problematika ini. Dia mengistilahkan fenomena tersebut sebagai sebuah pemusatan kondisi alam di mana manusia terjebak dalam halusinasi budaya modern di era teknologi dan komunikasi. Pemikiran Jean Baudrillard ini dikenal dengan teori simulakrum.
Teori simulakrum merupakan suatu tindakan atau reaksi yang menjerumuskan manusia yang bersifat halusinasi. Seperti dalam tayangan drama True Beauty pada tahun 2021 kemarin yang diperankan oleh Moon Ga Young, Cha Eun Woo, Hwang In Yeop dan Park Yoo Na. Drama yang diangkat dari komik daring korea (webtoon) ini mendeskripsikan tentang gadis berwajah jelek yang seketika menjelma cantik dengan bantuan make up yang ia pelajari melalui tutorial di youtube. Gadis yang bernama Im Ju Kyung tersebut pun akhirnya diperebutkan oleh dua orang pria tampan, Lee Soo Hoo dan Han Seo Joon. Drama True Beauty ini sempat memperoleh rating drama tertinggi di Korea dan menjadi salah satu episode drama yang paling ditunggu setiap minggunya oleh para penggemar.
Hadirnya drama True Beauty ini membuat para penonton, terutama perempuan, tergila-gila dan bahkan rela membeli produk-produk fashion yang dikenakan pemain drama tersebut. Dengan kehadiran drama ini, sontak para penonton perempuan ingin menjadi cantik dan berhalusinasi dicintai oleh para pria tampan seperti adegan yang ada di dalam drama True Beauty itu.
Menjadi cantik merupakan hal lumrah yang dinginkan oleh setiap perempuan. Namun sayangnya, kecantikan kini kerap hanya mengacu pada sebatas tampilan fisik. Sehingga tidak sedikit kaum hawa yang akhirnya mengadopsi “kecantikan simbolik” ini sebagai modal utama yang wajib dimiliki. Simbolisasi kecantikan tersebut identik dengan standar ikon fisik boneka barbie. Di mana boneka itu memiliki kulit mulus dan putih, hidung yang mancung, dan badan tinggi serta langsing. Sehingga boneka barbie menjadi sosok perempuan ideal yang diimpikan oleh perempuan. Bahkan seakan menjadi standar kecantikan idaman bagi laki-laki yang ingin mencari pasangan.
Oleh karenanya, orang-orang yang tidak memenuhi standar kecantikan tersebut cenderung minder alias rendah diri. Dalam istilah anak muda sekarang ini disebut insecure. Sebab mereka mendapat banyak tekanan untuk menjadi cantik sesuai standar.
Demikianlah hal yang ditayangkan dalam drama Korea True Beauty tersebut. Ju Kyung, sang pemeran utama, mendapat diskriminasi dari teman-teman sekolahnya karena berwajah jelek. Ju Kyung dicemooh dan mendapatkan perlakuan kasar dari teman-teman di kelasnya. Setiap harinya Ju Kyung mengalami perundungan (bullying). Sayangnya, keluarga Ju Kyung justru sama sekali tidak mengetahui kondisi buruk tersebut. Sebab ia tidak berani berterus terang kepada keluarganya.
Ketika keluarganya pindah rumah, Ju Kyung pun pindah sekolah. Di masa transisi itulah, Ju Kyung mengubah tampilan wajahnya menjadi cantik. Secara ajaib, dia pun diperlakukan dengan baik oleh teman-teman barunya karena wajahnya yang sangat cantik berkat riasan. Dia sama sekali tidak ingin menampakkan wajah aslinya. Soo Hoo dan Seo Joon pun jatuh cinta padanya. Cinta segitiga itu terbentuk dan menjadi sebuah perseteruan dalam memperebutkan hati Ju Kyung.
Nahas, tak lama waktu berselang, wajah asli Ju Kyung terbongkar oleh ulah sahabatnya yang merasa iri hati. Ju Kyung kembali tertekan dan mengalami stres mendalam karena ia dirundung atas wajah jeleknya. Dalam dunia psikologis, stres merupakan ekspresi individu, secara fisik dan mental, seketika memperoleh perubahan di sekitarnya yang membutuhkan penyesuaian diri. Stress dalam porsi besar dapat merusak kesehatan dan berujung pada depresi. Karena tidak ada dukungan di ruang lingkupnya, perasaan Ju Kyung pun hancur. Menurutnya, tidak ada lagi orang-orang yang mencintai dan menginginkannya.
Sayangnya, keluarga Ju Kyung juga belum mengetahui kondisi tersebut, kecuali sang adik. Orang tua Ju Kyung, terutama ibunya, kerap memarahinya karena sering memakai make up yang terlalu tebal. Akhirnya, Ju Kyung memilih tidak masuk kelas karena takut didiskriminasi oleh teman sekolahnya.
Merasa khawatir akan kondisi Ju Kyung, wali kelasnya pun menjumpai Ibunya. Sang wali kelas menceritakan semua masalah yang terjadi pada Ju Kyung. Air mata Ibu Ju Kyung menganak sungai mendengar kabar atas perundungan putrinya. Sepulangnya ke rumah, Ibu Ju Kyung langsung memeluk dan meminta maaf karena selama ini tidak mengetahui masalah yang dihadapi putrinya. Tangisan dalam keluarga tersebut pecah dan menjadi sebuah peristiwa yang sangat menyayat hati.
Sejak saat itu, keluarga Ju Kyung mulai memberi dukungan dan semangat kepada Ju Kyung agar dia tidak merasa sendirian. Termasuk kekasihnya Soo Hoo dan teman baiknya Seo Joon serta teman-teman sekolah juga masih setia menemani Ju Kyung sebagai sahabat. Ju Kyung pun kembali percaya diri dengan wajah aslinya dan bersyukur atas pemberian dari Sang Pencipta. Dia pun kembali berani untuk tampil di kalangan orang banyak. Pada akhirnya, kecantikan bukanlah segalanya. Justru rasa percaya diri dan rasa syukurlah yang menjadi hal utama untuk terus melaju dalam kehidupan.
Drakor True Beauty menyiratkan makna pentingnya peran keluarga dan kasih sayang mereka dalam membentuk kepercayaan diri seseorang. Keluarga, khusunya Ibu dan Ayah, merupakan orang pertama yang kenali oleh setiap insan ketika lahir ke dunia dan bertumbuh hingga dewasa. Dukungan, pengertian, dan semangat dari keluarga yang harmonis menjadi hal penting bagi setiap orang. Ditambah lagi dukungan dari orang-orang terdekat seperti teman dan guru, tentu akan semakin memperindah kehidupan.
Untuk itu, sebagai manusia yang berakal, kita seharusnya tidak perlu minder dengan pemberian Tuhan. Sebab di mata Sang Pencipta, kita semua sama. Yang membedakan hanyalah keimanan dan cara kita berpikir dalam menata kehidupan. Ingat, anugerah-Nya itu luas. Maka penting untuk tetap tampil percaya diri dan terus berkarya dalam mengapai segala cita-cita. Semua perempuan itu pada dasarnya cantik. Jadi, dari pada insecure, yuk kita bersyukur.[]