SAGOE | BANDA ACEH – Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Ditjen Aptika Kominfo) RI bersama Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menggelar Talkshow Literasi Digital bertempat di Aula Lantai III Gedung Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Kota Banda Aceh, Sabtu (21/9/2024).
Talkshow yang bertajuk “Hak Cipta dan Kebijakan Digital” ini menghadirkan narasumber Mufied Alkamal, Direktur LKMS Mahirah Muamalah, dan Teuku Hendra Yusnandar, Kabid Organisasi Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia (INI) Aceh yang dipandu oleh Siti Aminah, Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan FAH UIN Ar-Raniry.
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, Syarifuddin MA PhD dalam sambutannya, menyampaikan bahwa perkembangan teknologi digital membawa harapan besar, namun juga diiringi oleh tantangan dan risiko yang perlu dihadapi.
Menurutnya, otoritas kebenaran kini semakin bergeser dari para ahli menuju “cloud” atau penyimpanan digital. “Di tahun 2027, tafsir manual tidak akan diakui lagi. Otoritas kebenaran akan berada di cloud,” kata Syarifuddin.
Ia menegaskan bahwa literasi digital harus menjadi bagian dari pengembangan kompetensi mahasiswa agar mereka bisa memanfaatkan dunia digital secara maksimal.
“Talkshow ini mencerminkan upaya konkret Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry dalam menjawab tantangan era digital dan mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi masa depan yang semakin didominasi teknologi,” ujar Syarifuddin.
Mukhtaruddin MLIS Ketua Prodi Ilmu Perpustakaan menekankan pentingnya memahami hak cipta di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital. “Hak cipta adalah isu krusial di era ini. Dengan semakin banyaknya konten digital, kita harus tahu cara melindungi karya kita dan menghormati karya orang lain,” ujarnya.
Menurut Mukhtar, mahasiswa sebagai generasi muda yang sangat akrab dengan teknologi digital, harus memahami tanggung jawab dalam menggunakan dan memproduksi konten digital.
Ia juga menambahkan bahwa kebijakan digital yang terus berkembang, baik di tingkat nasional maupun internasional, menjadi alasan penting untuk mengadakan talkshow ini. “Ini kesempatan bagi kita semua untuk memperdalam pengetahuan tentang hak-hak di dunia digital,” jelasnya.
Rakhman Muchlian selaku Pembina Dunia Informasi Digital, mengatakan bahwa kampanye literasi digital ini telah mencapai titik ke-19 dari rangkaian kegiatan yang dilakukan di berbagai wilayah.
“Kami berharap kesadaran dan pemahaman digital bisa terus berkembang, terutama di daerah 3T. Literasi digital bukan hanya soal penggunaan teknologi, tapi juga soal bagaimana memahami tanggung jawab di baliknya,” kata Rakhman.
Talkshow yang diikuti sekitar 200 orang peserta ini merupakan kolaborasi antara Program Studi Ilmu Perpustakaan, Kominfo RI, Aceh Library Consultant serta Himpunan Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry.[]