SAGOETV | BANDA ACEH — Sejarawan Dr M Adli Abdullah mengajak seluruh elemen bangsa mendukung rencana Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dalam memproduksi film kolaborasi tentang Kekaisaran Ottoman (Turki Utsmani) dan Kesultanan Aceh. Menurutnya, produksi film ini akan menjadi media strategis untuk memperkuat hubungan budaya antara Indonesia dan Turki yang telah terjalin sejak berabad-abad silam.
“Melalui film, kita bisa membangun kembali jembatan sejarah dan budaya antara dua bangsa yang memiliki kedekatan historis. Kolaborasi ini juga akan membuka peluang kerja sama dalam pelestarian warisan budaya, seni, pertukaran akademik, riset, serta pengembangan talenta di bidang film, musik, dan budaya digital,” ujar Adli di Banda Aceh, Jumat (11/4/2025).
Adli mengungkapkan bahwa hubungan antara wilayah Nusantara dengan Turki telah berlangsung sejak abad ke-13 melalui Kerajaan Samudra Pasai. Hubungan tersebut semakin erat pada masa Kesultanan Aceh, terutama setelah jatuhnya Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Saat itu, Portugis juga melakukan pembantaian terhadap jamaah haji Aceh pada 1528.
“Turki Utsmani kemudian merespons situasi tersebut dengan memberikan dukungan militer kepada Aceh. Hubungan resmi terjalin pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ketiga yang memerintah antara tahun 1537 hingga 1568,” jelasnya.
Bentuk kerja sama tersebut mencakup pengiriman duta besar, pasukan militer, peralatan tempur, serta pelatihan pembuatan meriam oleh ahli-ahli dari Turki. Dukungan ini menjadikan Kesultanan Aceh sebagai kekuatan yang tangguh dalam menghadapi penjajahan Portugis, Inggris, dan Belanda di kawasan Asia Tenggara.
“Kerja sama ini juga memperkuat perdagangan rempah-rempah, khususnya lada Aceh, yang pada saat itu menjadi komoditas utama dalam jalur perdagangan internasional,” ujar Adli.
Ia menambahkan, sejumlah bukti sejarah hubungan diplomatik Aceh–Turki masih dapat ditemukan hingga kini. Di antaranya adalah surat-surat resmi dari Kesultanan Aceh yang tersimpan di Arsip Nasional Turki di Istanbul, serta keberadaan kompleks makam Teungku di Bitay, Aceh Besar, yang merupakan bukti kehadiran utusan dari Turki Utsmani di Tanah Rencong.
“Pengaruh budaya Turki juga masih terasa hingga kini di Aceh, seperti penggunaan nama-nama bergaya Turki seperti Efendi, Ali Basyah, dan Bey,” kata M Adli Abdullah.
Sebelumnya, Fadli Zon menyampaikan niatnya untuk memproduksi film kolaborasi ini saat bertemu Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Yang Mulia Mehmet Nuri Ersoy, di Ankara, Rabu (9/4/2025). Dalam pertemuan tersebut, Fadli menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk mempererat hubungan sejarah dan budaya antara kedua negara.
“Pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan kerja sama melalui berbagai program, seperti produksi film bersama tentang Kekaisaran Ottoman dan Kesultanan Aceh, pameran lukisan, serta pembangunan Rumah Budaya Indonesia di Turki,” tulis Fadli dalam akun resmi media sosialnya.
Ia juga menyebutkan bahwa Indonesia dan Turki, sebagai dua negara dengan populasi Muslim yang besar, memiliki potensi besar dalam memperkuat kerja sama di bidang Warisan Budaya Takbenda. Beberapa di antaranya termasuk tradisi iftar, kaligrafi, dan majelis, yang dapat diajukan ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda dunia. []