BANDA ACEH – SAGOETV – Mengelola nafsu, terutama terkait kekayaan, menjadi salah satu inti latihan dalam ibadah puasa. Hal ini diungkapkan oleh Tgk. H Fakhruddin Lahmuddin, S.Ag, M.Pd, dalam kajian dan halaqah magrib yang berlangsung pada Sabtu (26/04/2025) di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Dalam kajian kali ini, Tgk. Fakhruddin merujuk pada kitab Mufsidatul Qulub karya Sheikh Shaleh Al-Munajid, yang memberikan panduan tentang tiga metode untuk menundukkan nafsu dan meningkatkan ketaatan kepada Allah.
Tgk. Fakhruddin memulai kajian dengan menjelaskan pengertian nafsu menurut Al-Qur’an dan hadis. Dalam bahasa Arab, nafsu dikenal dengan istilah hawa, yang merujuk pada dorongan atau keinginan yang ada dalam diri manusia. Dalam konteks ini, nafsu diciptakan Allah dengan dua tujuan utama: pertama, agar manusia bisa menjalani hidup dengan kesadaran penuh, dan kedua, sebagai ujian untuk menguji apakah manusia lebih mengutamakan keinginan duniawi atau tetap taat kepada-Nya meskipun nafsu tersebut bertentangan dengan ajaran-Nya.
Tgk. Fakhruddin mengutip Surah Al-Imran ayat 14 yang menggambarkan tiga hal utama yang menjadi kecenderungan nafsu manusia: cinta kepada wanita, anak-anak, dan harta. Di antara ketiganya, cinta kepada harta merupakan nafsu yang paling kuat dan paling sering menguasai kehidupan manusia. Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa jika seseorang memiliki dua lembah penuh emas, ia akan tetap menginginkan lembah ketiga.
Namun, nafsu terhadap harta dapat menimbulkan kerusakan besar, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam sejarah Islam, nafsu terhadap kekayaan sering kali menjadi pemicu kehancuran, seperti yang tercatat pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.
Tgk. Fakhruddin lalu membagikan tiga metode yang diajarkan oleh Sheikh Shaleh Al-Munajid dalam Mufsidatul Qulub untuk mengelola nafsu, terutama yang berkaitan dengan kekayaan:
Berlindung kepada Allah: Ketika dorongan nafsu muncul, umat Islam diingatkan untuk berlindung kepada Allah dengan mengucapkan doa perlindungan agar terhindar dari godaan tersebut.
Memperkuat Iman dan Takwa: Dengan menjaga iman dan ketakwaan kepada Allah, seseorang akan lebih mampu mengendalikan nafsu, karena rasa takut akan hukuman Allah menjadi pelindung dari perbuatan yang dilarang.
Menghindari Lingkungan yang Memicu Nafsu: Menghindari situasi dan lingkungan yang dapat menambah dorongan nafsu terhadap kekayaan dan kenikmatan duniawi sangat penting agar nafsu tidak menguasai kehidupan.
Di akhir kajian, Tgk. Fakhruddin mengingatkan para jamaah bahwa tujuan hidup umat Islam bukanlah untuk mengumpulkan kekayaan dunia semata, tetapi untuk meraih keridhaan Allah dan kehidupan akhirat yang abadi. Oleh karena itu, mengelola nafsu, khususnya nafsu terhadap harta, menjadi sangat penting agar hidup senantiasa berada dalam koridor yang benar dan penuh berkah dari Allah. []




















