Oleh: Satia Zen.
Guru Sekolah Sukma Bangsa Bireuen-Aceh, dan Mahasiswi Program Doktoral Fakultas Pendidikan dan Budaya, Universitas Tampere, Finlandia.
Ada sebuah sekolah unik yang sering saya kunjungi di Kota Tampere yang disebut dengan Tampere University Teacher Training School. Orang Finlandia menyingkatnya Norssi. Keberadaan sekolah praktek (practice school) biasanya menjadi satu paket dengan Fakultas Pendidikan yang ada di universitas tertentu.
Kenapa disebut Practice School? Karena sekolah ini selain menjadi tempat sekolah untuk anak-anak tingkat dasar dan menengah pertama, juga menjadi tempat untuk calon guru belajar praktek menjadi guru. Hal ini didasarkan kepada falsafah bahwa menjadi guru tidak hanya melulu menguasai pengetahuan mengenai ilmu bidang studi yang akan diajarkan ditambah dengan teori-teori terkait ilmu pendidikan, psikologi dan ilmu sosial lainnya. Namun calon guru juga harus magang sebelum menjadi guru.
Kegiatan magang berlangsung cukup lama kurang lebih 1 -2 semester. Ibarat calon penyanyi, mereka harus latihan menyanyi selama kurang lebih satu tahun sebelum bisa menyanyi di panggung sesungguhnya yaitu ruang kelas.
Berkunjung ke Practice School menjadi pengalaman unik tersendiri, karena di dalam kelas terdapat siswa, calon guru dan guru pamong sekaligus. Kadang-kadang, calon guru terlihat mengajar atau melakukan observasi. Demikian juga dengan guru pamong, terkadang mereka terlihat mengajar di depan atau melakukan observasi di belakang. Sedangkan para siswa, mereka tentunya belajar namun kadang dengan calon guru atau dengan guru pamong.
Tapi apa sebenarnya yang terjadi dan kenapa calon guru dan guru pamong saling bergantian mengajar? Berapa lama calon guru harus magang di Practice School? Apa saja yang mereka lakukan selama magang?
Saya pun menanyakan tentang hal itu kepada salah satu guru pamong di Norssi, Ibu Mina van Nunen namanya. Ibu Mina adalah seorang guru pamong di bidang Biologi, Geografi dan Ilmu Kesehatan. Beliau telah menjadi guru pamong selama kurang lebih 10 tahun di Norssi.
Setiap tahun biasanya ada sekitar 10 sampai 12 pasang calon guru yang pandu oleh Ibu Mina. Sedangkan Norssi sendiri biasanya menerima sekitar 100 calon guru untuk magang menjadi guru di tingkat sekolah dasar maupun menengah pertama. Jadi Ibu Mina, selain melakukan persiapan mengajar untuk bidang studinya sendiri, juga melakukan persiapan sebagai guru pamong untuk calon guru.
Sebagai guru pamong, Ibu Mina juga mengajar mata kuliah Didaktik terkait bidang studinya yaitu Biologi dan Geografi. Selain itu beliau juga mengajar mata kuliah Didaktik untuk guru SD di bidang sains. Wah saya saja sampai bingung bagaimana beliau mengatur jadwal setiap harinya?
Menurut Ibu Mina, setiap calon guru di Finlandia harus mengambil dulu mata kuliah terkait dengan bidang studi yang ingin diajarkan. Misalnya Ibu Mina dulu belajar di Jurusan Biologi sebagai jurusan utama dan Jurusan Geografi sebagai jurusan minornya. Setelah 3 tahun, beliau memutuskan untuk menjadi guru, dan mendaftar ke Fakultas Pendidikan. Ketika mendaftar, Ibu Mina menjalani lagi proses seleksi seperti seleksi berkas, ujian dan wawancara. Dalam proses ini, banyak juga yang tidak lulus. Menurut statistik, hanyak sekitar 10% pendaftar yang bisa diterima di Fakultas Pendidikan. Karena menjadi guru memang menjadi idaman banyak mahasiswa di Finlandia.
Bagi mereka yang lulus menjadi calon guru, aturannya harus belajar lagi selama 2 tahun untuk mendalami ilmu-ilmu kependidikan ditambah dengan magang di sekolah. Namun hal ini berbeda dengan calon guru SD, mereka harus mendaftar sejak awal di Fakultas Pendidikan jurusan Guru SD dan menjalani proses magang yang lebih lama selama 5 tahun.
Proses magang dilakukan berjenjang. Pada tahap awal calon guru akan melakukan diskusi dengan guru pamong dan melakukan observasi selama 1 hingga 2 kali. Tahap observasi pun berbeda-beda fokusnya, ada yang melihat desain pembelajaran, reaksi siswa, interaksi sosial di kelas, dan sebagainya.
Pada tahap berikutnya, calon guru mulai merencanakan satu sesi belajar dimana mereka akan masuk ke kelas secara berpasangan dan mengajar. Sebelum masuk kelas, rencana pembelajaran akan didiskusikan dulu dengan guru pamong. Setelah itu, calon guru pun akan ’show’ di kelas. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi lagi. Demikian seterusnya hingga calon guru akan merencanakan pembelajaran selama satu semester di akhir masa magang dan mengajar di depan kelas sendirian. Sepanjang proses ini, guru pamong akan senantiasa ada di dalam kelas.
Ibu Mina menekankan bahwa calon guru tidak pernah dilepas mengajar sendirian di kelas. Beliau juga tidak pernah melakukan intervensi ketika calon guru sedang mengajar di depan. Ketika berdiskusi, Ibu Mina menekankan pentingnya memberikan pandangan alternatif dan tidak mencari kesalahan calon guru.
Diskusi merupakan ajang refleksi bersama antara guru pamong dan calon guru agar mereka bisa melihat kesesuaian antara tujuan dengan kondisi siswa dan metode yang digunakan termasuk ketertarikan dan partisipasi siswa di kelas. Selain juga calon guru diminta menilai sendiri respon siswa di kelas dan sebab kenapa siswa bertingkah laku demikian.
Bu Mina juga menceritakan bahwa calon guru akan diperkenalkan dengan lingkungan sekolah dan orang-orang yang akan bekerja bersama dengan mereka sebagai guru. Calon guru juga mulai terlibat dengan kegiatan-kegiatan sekolah diluar kelas sehingga mereka juga menjadi bagian dari komunitas Norssi. Menurut beliau, hal ini membantu calon guru untuk mulai melihat peran guru tidak hanya di kelas namun juga di sekolah dengan lebih utuh.
Ibaratnya menjadi dokter, calon guru tidak akan melakukan diagnosa atau memberikan tindakan tertentu tanpa ada basis yang jelas serta diskusi dengan guru pamong. Selain itu, guru pamong pun tidak memberikan instruksi bahwa calon guru harus mengajar sesuai dengan keinginan sang guru pamong.
Namun guru pamong bertindak sebagai pemandu and memberikan beragam pilihan tindakan bagi calon guru berdasarkan teori dan pengalaman mereka. Dan seiring waktu, calon guru akan mulai yakin dengan proses pembuatan keputusan mereka di kelas, sehingga mulai menemukan identitas mereka sebagai guru. []