Oleh: Ulan Simah Bengi.
Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Di era modern sekarang hampir seluruh aktifitas manusia bersifat praktis dan juga instan, seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang kian semakin pesat, pola kehidupan manusia juga mengalami perubahan salah satunya berupa media informasi dan juga komunikasi. Media sosial kerap kali dijadikan alat sebagai media komunikasi baik untuk individual dan juga publik tanpa terpaut waktu, usia, kapan dan dimanapun. Informasi dapat masuk dari siapa saja, kapan saja tidak hanya itu media sosial juga dapat digunakan sebagai alat untuk bertukar informasi yang mana informasi yang diterima tidak dapat dibendung sehingga kita harus memiliki sikap yang bijak dalam menerima informasi.
Dalam menyikapai informasi yang tidak dapat dibendung tersebut sikap bijak harus diterapkan, tidak menelan mentah-mentah informasi yang diterima. Baca dengan jelas informasi lalu kemudian lihat sumbernya apakah dapat dipercaya atau tidak, jangan mudah terpengaruh dengan vidio-vidio singkat yang sudah dipotong-potong, berita hoks yang masih simpang siur tanpa adanya bukti yang nyata, ujaran-ujaran kebencian dan lain sebagainya.
Maraknya pengguna media sosial membuat media sosial dijadikan alat utama melakukan berbagai aktivitas salah satunya dalam mengkampanyekan moderasi bergama dan media sosial dapat digunakan sebagai alat untuk mengkampanyekan isu ini. Sebelum itu kita hurus paham dulu apa itu moderasi! Sebenarnya moderasi itu apa?
Moderasi berasal dari bahasa latin moderatio yang memiliki arti ke-sedang-an, tidak berlebihan dan tidak kekurangan jika disederhanakan berarti seimbang. Kata moderasi juga dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moderasi didefinisikan pengurangan kekerasan, atau penghindaran keekstreman. Kata moderasi adalah kata serapan dari kata moderat yang memiliki arti sikap menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem serta kecenderungan arah jalan tengah. Oleh sebab itu dapat disandingkan dengan kata beragama sehingga terciptanya kata moderasi beragama yang dapat diartikan sebagai sikap bijak, sikap toleransi, sikap adil, menghindari keekstriman dalam cara pandang, sikap serta praktik agama sehingga terciptalah sikap dari moderasi.
Yang sering muncul pertanyaan, emang moderasi perlu?
Ya, jawabannya adalah iya, masyarakat perlu tahu moderasi beragama merupakan cara kita sebagai umat yang beragama memahami keberagamaan, keberagaman dan perbedaan adalah ciri khas yang membuat kita menjadi unik dan menarik dari sinilah kita belajar untuk saling menghargai, saling menghormati dengan adanya perbedaan kita belajar bahwa kita tidak satu, namun bukan berarti tidak dapat bersatu.
Moderasi beragama dalam ruang digital adalah bentuk akan kesadaran baik dari pemuka agama, tokoh, kaum intelektual, karena maraknya terjadi isu-isu keagamaan di media sosial yang beredar luas yang tidak bisa dibendung.
Keberagaman memang acap kali memicu konflik, tidak dapat dipungkiri memang maupun dalam bidang apapun pasti adanya timbul perbedaan kapanpun dan dimanapun. Namun agama juga merupakan salah satu pemicu terjadinya ancaman konflik dengan mengatas namakan agama (berlatar belakangkan agama) akibat terlalu ekstrim dalam beragama.
Untuk itu semangat moderasi beragama penting ditanamkan pada diri kita dalam menjalankan kehidupan beragama yaitu berupa dengan mengedepankan keberagaman, tidak terlalu ekstrem dalam beragama, intoleran dan sebagainya agar terciptanya kerukunan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan.
Untuk itu media sosial juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk belajar moderasi. Pihak-pihak seperti pemuka agama, figur publik, tenaga pendidik bahkan masyarakatpun dapat menyebarkan paham medoresi bergama ini kepada masyarakat lain yang belum memiliki bekal moderasi. Edukasi dapat dilakukan pada anak-anak milenial untuk membangun paham moderasi yang kuat untuk itu media sosial menjadi pilihan yang ampuh mengakses itu semua bukan hanya anak-anak milenial tatapi semua kalangan dapat ikut terlibat serta berbengaruh satu dengan lainnya.
Untuk itu LABPSA sebagai komunitas lintas iman dengan anak muda yang memiliki latar belakang yang juga berbeda-beda baik dari suku, ras serta agama untuk membuat kegiatan bersama dengan tujuan membuka wawasan kita mengenai keberagaman, toleransi dan sebagainya, melalui figur-figur atau toto-tokoh yang mumpuni dibidangnya yang dikemas dan dibalut dengan nuansa anak muda seperti penggunaaan teknologi berupa media sosial yang pada umumnya banyak digunakan oleh anak muda bahkan semua kalangan masyarakat. Untuk itu LABPSA hadir menggunakan media sosial yang dijadikan alat dan juga wadah dalam pengkampanyean isu-isu keberagamaan dan juga toleransi dalam akun media sosial berupa instagram dan youtube dengan akun LABPSA TV yang dijalankan dan dikembangkan oleh anak-anak muda yang tertarik dengan isu-isu keberagamaan dan toleransi, anak-anak muda yang bergabung dalam komunitas LABPSA disebut dengan sebutan Gen Labpsa yang telah tersebar dibeberapa daerah seperti Aceh singkil, Aceh Tengah, Aceh Utara dan berpusat di kota Banda Aceh.
Dengan adanya komunitas-komunitas yang mengkampanyekan isu-isu moderasi dan toleran ini diharapkan kita sebagai generasi muda atau yang dikenal dengan generation of change mampu mengamalkan sikap-sikap moderasi dan juga toleran dalam hidup bermasyarakat. Salam moderasi dan salam persatuan.[]