• Tentang Kami
Monday, June 30, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Ancaman Bagi Sarjana Aceh

Mukhlisuddin Ilyas by Mukhlisuddin Ilyas
March 8, 2025
in Opini
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Ancaman Bagi Sarjana Aceh
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Mukhlisuddin Ilyas
Pendiri Bandar Publishing, Banda Aceh

Indonesia memiliki penduduk 275 juta jiwa. 27,94 persen itu adalah Generasi Z, dan 25,87 persen generasi milenial. Artinya 55, 94 % persen, penduduk Indonesia saat ini, di dominasi dari generasi Z yang sekarang berusia 8-23 tahun dan generasi Milenial yang sekarang berusia 24-39 tahun.

Bagaimana dengan Aceh? Aceh memiliki penduduk, 5.275.871 jiwa. 30,29 % penduduk Aceh dari generasi Z (berusia 8-23 tahun) dan 26,29 % itu dari generasi milenial (berusia 24-39 tahun. Artinya 56,58 % penduduk Aceh hari ini adalah berusia 8-39 tahun.

BACA JUGA

Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik

Masa Depan Industri Aceh: Peluang, Tantangan dan Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi

Data tersebut memiliki makna, persaingan dalam mencari pekerjaan sangat tinggi di Aceh. Peningkatan pengetahuan, peningkatan kapasitas, dan peningkatan skill sangat menentukan kesuksesan seseorang sarjana. Bappenas, memperkirakan pada tahun 2030 nanti, jumlah usia produktif bisa mencapai 64% dari total jumlah penduduk Indonesia. Ini yang disebut dengan bonus demografi.

Sarjana lulusan perguruan tinggi, dituntut terus mencari cara, agar mendapat kesempatan untuk berkontribusi dan menjadi aktor dalam setiap laju pembangunan Aceh. Memperkuat kemampuan untuk mengubah tantangan dengan karya dan inovasi. Mendapat ruang untuk mengaktualisasi kerja-kerjanya. Menjadi sarjana  yang bermakna tidak mudah, diperlukan etika dan kerja keras. Menjalani kehidupan yang inovatif demi meraih peluang finansial kedepannya.

Generasi Z dan Milenial harus cepat bermigrasi dengan ilmu pengetahuan baru, metode baru, kawan baru dan arah kerja baru. Kecerdasan bertahan dari kesulitan, harus di lakukan, dengan berbagai cara. Salah satunya melalui enterprenurship. Ekosistem wirausaha harus dibangun, baik oleh keluarga, lembaga pendidikan, profesi pengusaha maupun pemerintah.

Dalam laporan World Economic Forum, menyebutkan terdapat 9 skill yang harus dimiliki pencari kerja era masa depan. Dari 9 skill tersebut, terdapat 5 skill yang harus dimiliki oleh seorang sarjana kedepannya. Pertama, complex problem solving. Kemampuan untuk memecahkan masalah, bermental solutif, tidak membawa konflik dalam arena kerja. Kedua, social skill. Kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi dan komunukasi yang baik. Ketiga, proses skill. Kemampuan menjadi pendengar yang baik. Ini berat bagi sarjana dari Aceh. Berfikir yang logis, dan kemampuan mengawasi diri sendiri dan orang lain. Keempat, system skill. Kemampuan untuk melakukan pertimbangan dan keputusan dengan mempertimbangkan keuntungan usaha atau organisasi. Keenam, cognitive abilities. Kemampuan fleksibilitas, kreativitas, penalaran logis, sensitif dengan masalah, penalaran matematis dan visualisasi.

Baca Juga:  Mengembalikan Masa Depan Migas Aceh: Dari Petro Dolar ke Petro Dirham

Hal penting, sarjana harus memiliki jiwa petarung. Berani mencoba, dan terus meningkatkan kapasitas dan jaringan perkawanan. Dalam hidup harus memiliki mentor. Jangan pernah merasa paling jago dan paling ahli dengan mentor, orang yang lebih tua atau dengan guru. Karena mereka memiliki pengalaman, yang tidak dimiliki oleh seorang sarjana baru. Konsultasi dengan mentor, pelatih, kolega atau dosen setiap memiliki gagasan. Salah satu kesuksesan sarjana dan keberkahan hidupnya adalah memiliki seorang guru dan mentor.

Seorang sarjana tentu memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Untuk saat ini, belum cukup seorang sarjana memiliki kecerdasan tersebut. Tentu setiap kecerdasan IQ, EQ, SQ, dan ESQ, menandakan setiap individu memiliki potensi diri, dan setiap potensi antara satu individu dengan individu yang lain pastilah berbeda.

Namun demikian, kedepan kemampuan Adversity Quotient (AQ) perlu diperkuat. AQ adalah kemampuan atau kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Dan Cultural quotient (CQ) adalah jenis kecerdasan yang memungkinkan seseorang untuk menemukan solusi, beradaptasi dengan sekitar, dan belajar dari satu sama lain kendati berbeda budaya. Terutama dalam memproduksi ide kreatif. Mampu untuk melahirkan gagasan yang original atau asli. Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim.

Terdapat satu ungkapan menarik, dari Nelsen Mandela, mantan pejuang Afrika Selatan yang kemudian menjadi Presiden Kulit Hitam Pertama di Afrika Selatan. Ia mengatakan. “Jadikan Kemiskinan Sebagai Sejarah” (Make Poverty History).

Itulah alasan, selain seorang sarjana harus memiliki IQ, EQ, SQ, dan ESQ. Tentu untuk menjadi sarjana era digital juga harus memiliki kecerdasa Adversity Quotient (AQ) dan kemampaun Cultural quotient (CQ). Salah satu medianya adalah melalui profesi entrepreneur.

Menjadi entrepreneur adalah cara bertahan dari kesulitan. Dengan entrepreneurship, kita bisa melanjutkan studi, kita bisa berbagi rezki, kita bisa kemana-mana dan lainnya.

Modal dasar untuk menggeluti entrepreneurship, setidaknya harus memiliki tiga prasyarat. Pertama untuk membangun usaha, harus mendapat dukungan dari keluarga. Muliakan orang tua, muliakan istri, muliakan saudara. Keluarga menentukan, karena berwirausaha menghabiskan waktu siang dan malam.

Baca Juga:  Revolusi Nasabah: Dari Ketergantungan ke Kesadaran Finansial Syariah

Kedua, kita harus memiliki team work. Sejak menjadi mahasiswa bangun relasi perkawanan yang positif. Syukur bila menjadi team work. Bila perlu, setiap hobi harus dijadikan batu loncatan untuk dikembangkan menjadi usaha.

Ketiga, kolaborasi, mau maju, mau berkembang, memiliki spirit untuk hidup lebih hebat. Untuk hidup era seperti sekarang solusinya harus berkolaborasi. Dengan kolaborasi kita akan lebih kuat, kita akan lebih tangguh. Biasakan sejak mahasiswa, perbanyak kolaborasi dengan beragam profesi. Berada dalam iklim yang beragam, menambah spirit untuk kemajuan.

Era digital setiap usaha harus terkoneksi dengan online. Dengan dunia digital sekarang, menjadi “agen tanoh” saja sudah bisa online. Para sarjana, pasti memiliki facebook, Instagram, tiktok, youtube, dll. Semua aplikasi itu memiliki marketplace. Anda bebas berjualan disitu, tidak perlu sewa lapak. Begitu juga partnership, lakukan kerjasama, kolaborasi, perbanyak kawan, hindari permusuhan.

Inti kolaborasi, bergerak bersama, menyatukan energi yang baik untuk kemulian. Kita di Aceh terlalu tinggi adrenalin energi negatif. Untuk seorang sarjana makin banyak konsumsi energi negatif, maka peluang sukses makin menipis, itu harus diwaspadai sejak dini, membiasakan untuk tidak terlibat dalam perbincangan yang mengarah negatif. Cari partner yang sama-sama memiliki energi positif. Cari kawan yang memiliki energi positif walau berdebat sekalipun.

Hal yang sangat esensial bagi sarjana masa depan adalah harus memiliki jiwa social entrepreneurship. Menjadi entrepreneur yang membawa nilai-nilai kemaslahatan, dan kebaikan. Kita ikut serta dalam perubahan sosial, walau kecil. Perubahan sosial dan pencerahan sosial menjadi tanggungjawab semua sarjana, tidak tergantung pada IPK dan predikat lulusan waktu pengumuman wisuda.

Kedepan, lulusan sarjana dari kampus manapun, akan dihadapkan pada berbagai bentuk ancaman. Pertama, secara global era digital akan menghilangkan profesi pekerjaan tertentu (Gerd Leonhard). Kedua, Diestimasi bahwa masa di masa akan datang, 65% murid sekolah dasar di dunia, akan bekerja pada pekerjaan yang belum diketahui.

Baca Juga:  TK Harsya Ceria, Jadi Cahaya Inklusi bagi Setiap 'Permata Bunda'

Namun begitu, setiap ada ancaman, tentu memiliki peluang yang cerah bagi sarjana kita. Catatannya, sarjana Indonesia (Aceh) harus bergerak dalam dua hal. Pertama dunia digital, dan kedua jasa kreatif. Kedua hal itu, setidaknya para sarjana akan bertahan melawan kesulitan. Kalau tidak, maka sarjana perguruan tinggi akan menjadi pengangguran. Perlu dicatat, pengangguran lulusan perguruan tinggi terus meningkat setiap tahunnya. Lulusan yang bekerja di sektor pemerintah makin lama, pasti makin kecil. Tidak pilihan bagi sarjana sekarang, sedikit lengah, harus wo u gampong jak u blang.

Memanfaatkan digital memudahkan bekerja tanpa ruang dan tempat. Tak perlu teken absen. Modal lain adalah harus menjadi sarjana petarung, memiliki kompetensi, berjejaring dan penguatan skil. Melakoni profesi digital dan jasa kreatif tidak bakal usang, malah terus dibutuhkan dalam beragam bidang. Para sarjana bermimpi menjadi PNS harus ditinggalkan. Syukuri kalau kesempatan itu datang, tapi memperkuat kapasitas keserjanaan jauh lebih penting, dan bermartabat

Menutup artikel ini, saya mengajak terutama orang-orang terdekat, kolega, pemuda dan terutama mahasiswa saya. Mari menjalani kehidupan ini “sebagai petarung, bukan pewarung”. Salah satu menjadi sarjana petarung adalah memanfaatkan digitalisasi sebagai ruang entrepreneur, sebagai wujud bertahan dari kesulitan. terutama kesulitan finansial.[]

Tags: acehbandarpublishing.comIndonesiapengangguranPerguruan TinggisagoetvSarjana
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Mukhlisuddin Ilyas

Mukhlisuddin Ilyas

Mukhlisuddin Ilyas adalah Peneliti dan Penulis Buku. Direktur Bandar Publishing, Banda Aceh.

Related Posts

Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik
Artikel

Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik

by SAGOE TV
June 3, 2025
Masa Depan Industri Aceh Peluang, Tantangan dan Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi
Analisis

Masa Depan Industri Aceh: Peluang, Tantangan dan Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi

by SAGOE TV
June 3, 2025
Revolusi Nasabah Dari Ketergantungan ke Kesadaran Finansial Syariah
Opini

Revolusi Nasabah: Dari Ketergantungan ke Kesadaran Finansial Syariah

by Musthafa Kamal Emje
June 3, 2025
Muna Yastuti Madrah
Opini

Pendidikan Kita, Pasar Mereka: Memaknai Hari Pendidikan Nasional dalam Pusaran Geopolitik

by Dr Muna Madrah
May 2, 2025
Gedung Tsunami Aceh, simbol ketahanan dan kebangkitan masyarakat setelah bencana 2004.
Opini

Aceh dan Pola Pikir Fleksibel: Kunci Beradaptasi di Era Modern

by Sebas
March 26, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Reuni Alumni Jeumala 2003 di Pantai Riting: Semangat Kekompakan Tak Pernah Luntur

Reuni Alumni Jeumala 2003 di Pantai Riting: Semangat Kekompakan Tak Pernah Luntur

June 28, 2025
Harga Mobil Terancam Naik, Pengusaha Otomotif Aceh Harap Pergub Opsen Pajak Kendaraan Diperpanjang

Harga Mobil Terancam Naik, Pengusaha Otomotif Aceh Harap Pergub Opsen Pajak Kendaraan Diperpanjang

June 25, 2025
Eks Panglima GAM Sabang Harap Tengku Jamaica Wakili Aceh di Kementerian

Eks Panglima GAM Sabang Harap Tengku Jamaica Wakili Aceh di Kementerian

June 27, 2025
Guru Besar UIN Ar-Raniry Dikukuhkan sebagai Ketua BWI Aceh, Ini Susunan Pengurusnya

Guru Besar UIN Ar-Raniry Dikukuhkan sebagai Ketua BWI Aceh, Ini Susunan Pengurusnya

June 26, 2025
Rubrik Seni Sagoe TV

Rubrik Seni Sagoe TV

June 26, 2025
5 Anggota Komisi Informasi Aceh Resmi Dilantik, Ini Nama-namanya

5 Anggota Komisi Informasi Aceh Resmi Dilantik, Ini Nama-namanya

June 24, 2025
Saat Aceh Bernyanyi: Musik, Luka, dan Harapan yang Menggema

Saat Aceh Bernyanyi: Musik, Luka, dan Harapan yang Menggema

June 26, 2025
Prof KBA Tekankan Pentingnya Rekayasa Sosial Islami Hadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital

Prof KBA Tekankan Pentingnya Rekayasa Sosial Islami Hadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital

June 23, 2025
Ngopi Bareng Tokoh GAM dan Intel, Kisah di Tengah Konflik Aceh

Ngopi Bareng Tokoh GAM dan Intel, Kisah di Tengah Konflik Aceh

June 29, 2025

EDITOR'S PICK

Pj Gubernur Ajak Pegiat Medsos Berperan Aktif Membangun Citra Positif Aceh

Pj Gubernur Ajak Pegiat Medsos Berperan Aktif Membangun Citra Positif Aceh

September 13, 2024
Sepeda Lipat dan Berkebun Bunga saat Pandemi? Kalau Aku sih Yess!!!

Kompleksitas Sistem Bank Syariah bagi Penerima Bansos

March 24, 2025
Dari Kelompok Diskusi Hingga Migrasi ke Politik: Potret OMS Aceh

Dari Kelompok Diskusi Hingga Migrasi ke Politik: Potret OMS Aceh

March 15, 2025
Sebanyak 1.077 Calon PPPK Kemenag Aceh Tahap II Jalani Seleksi Kompetensi

Sebanyak 1.077 Calon PPPK Kemenag Aceh Tahap II Jalani Seleksi Kompetensi

May 8, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.