Oleh: Risnawati Ridwan
ASN Pada Dinas Sosial Kota Banda Aceh.
Pesan Ali Bin Abu Thalib “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup pada zamannya bukan pada zamanmu”, merupakan kunci bagi orang tua yang ingin mendidik dan mengasuh anaknya menjadi manusia-manusia yang tangguh, mandiri, mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah kehidupan serta bermanfaat bagi sekelilingnya.
Mendidik anak bukanlah tanggung jawab tunggal dari orang tua, tetapi lingkungan tempat tinggal dan lembaga pendidikan juga memegang peranan penting. Salah satunya adalah memasukkan anak-anak ke dalam lembaga pendidikan yang bermuatan agama dan ilmu pengetahuan.
Bertepatan dengan Hari Santri Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober 2024 dan mempunyai tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan, menjadi titik kumpul kita untuk dapat melihat kemudian mempersiapkan generasi termuda yang mulai melangkah menjadi santri. Generasi Alpha yang lahir sejak rentang tahun 2010, saat ini telah berada dalam usia baligh dan rata-rata telah berada dalam fase pendidikan tingkat SMP atau tsanawiyah, artinya sudah memasuki masa-masa dalam sekolah yang disebut pesantren.
Generasi alpha sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan yang tidak dipunyai oleh generasi sebelumnya. Namun dalam tulisan ini kita tidak membahas kekurangan yang mereka miliki, tapi kita berharap bahwa kelebihan generasi ini dapat menjadi santri yang menyambung juang para santri generasi sebelumnya dan merengkuh masa depan yang dimana teknologi dan digitalisasi telah mendarah daging sejak mereka lahir.
Generasi Alpha memiliki keunggulan dalam kemahiran teknologi dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh di dunia yang sepenuhnya terhubung dengan teknologi digital sejak lahir. Mereka juga generasi paling terdidik, kritis, cerdas, dan penuh inovasi. Hal ini tentunya bisa menjadi 2 sisi mata uang bagi perkembangan anak, di satu sisi mereka memiliki kekayaan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi, di lain sisi dengan lengkapnya fasilitas yang diberikan oleh lingkungan akan beresiko membuat anak memiliki daya juang yang rendah. Mereka mendapatkan fasilitas ini karena mereka memiliki orang tua yang lebih sejahtera dibandingkan generasi-genarasi sebelumnya.
Disinilah menjadi tantangan dan memiliki dinamika baru bagi pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan yang bergerak dalam keagamaan yaitu pesantren. Pesantren menjadi harus lebih kuat dan mumpuni untuk menyesuaikan kebutuhan santri-santri mereka yang notabene adalah generasi alpha. Bukan saatnya lagi bahwa santri harus memakai sarung agar menjadi orang yang mempunyai kharisma dan paham tentang ilmu agama. Santri sekarang telah mempunyai kesempatan dalam mempelajari ilmu agama melalui teknologi yang lebih canggih. Dalam waktu bersamaan mereka juga dapat menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan seperti teman-teman mereka yang bersekolah di lembaga umum.
Namun demikian, tuntunan dan arahan guru, ustad, tengku, dan kyai masih menjadi kunci dalam memberikan pemahaman kepada santri-santrinya. Tanpa adanya tuntunan yang baik dan benar dari guru, maka santri-santri ini akan menafsirkan sendiri apa yang dipelajari melalui alat teknologi yang mereka punyai. Dan hal ini sangat berbahaya, karena ilmu agama yang dipelajari oleh santri ini dapat menjadi tuntunan orang lain lagi. Walaupun gen alpha ini lebih terbiasa dan menyukai metode pembelajar secara personal karena mereka lebih menyukai dengan akses langsung ke sumber informasinya dan akan menyesuaikan kecepatan mereka sehingga mereka bisa menentukan target sendiri.
Kemampuan adaptasi yang tinggi juga merupakan kelebihan lain bagi generasi alpha. Kemampuan beradaptasi yang mereka miliki lebih cepat dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka sudah terbiasa dengan perubahan dan inovasi, sehingga lebih mudah menem.ukan solusi kreatif dari masalah masalah yang dihadapi di masa depan. Sebagai santri tentu saja mereka tetap memiliki patron yang lugas yang harus diikuti, namun tetap saja ilmu yang mereka pelajari akan menyesuaikan dengan zaman yang mereka alami. Karena sejatinya ilmu dalam Al-Quran telah Allah SWT sesuaikan dengan zaman-zaman yang terjadi.
Adaptasi ini juga menjadi kunci bagi santri-santri generasi alpa dalam menghadapi masalah kehidupan. Disini dapat kita lihat bagaiman tren yang terjadi sekarang dalam proses rekruitmen siswa, mahasiswa bahkan pekerja dalam dunia birokrasi di negara kita. Santri yang telah mendapatkan pendidikan agama melalui pesantren dapat menjadi poin besar sehingga mereka sangat dipertimbangkan untuk lulus dalam proses rekruitmen itu. Bahkan dalam dunia pertahanan dan ketahanan negara juga sudah ada tahap rekruitmen yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki latar belakang ilmu agama secara lebih khusus. Kesempatan mereka menjadi lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Karena memiliki akses yang luas terhadap informasi dan alat-alat kreatif, mereka bisa mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan lebih bebas, sehingga bisa mengembangkan potensi pribadi dan menciptakan solusi inovatif sebagai tantangan di masa depan. Harapannya tentu saja, bahwa nantinya setiap orang yang mempunyai posisi tertentu dan telah mempunyai landasan agama yang baik akan menjadi pemimpin yang amanah dan menjadikan bangsa ini sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur yaitu sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.
Namun demikian, menjadi masalah utama bagi generasi ini adalah mereka memiliki karakteristik sebagai generasi yang tidak bisa dibatasi oleh aturan. Sebab, dunia digital yang sangat familiar di dalamnya membuat mereka memiliki perspektif yang tak terbatas sehingga mereka lebih cenderung mengambil keputusan atas diri mereka sendiri tanpa melihat lingkungan sekitarnya. Santri konvensional tidak dapat menerima konsep ini. karena salah satu ilmu yang diajarkan oleh pesantren adalah kemampuan berhubungan dengan masyarakat sekitar. Aturan yang berlaku sangat penting dalam bersikap dan berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitar pribadi kita.
Sering kita lihat bahwa anak-anak sekarang cenderung tidak beradab saat mereka berhadapan dengan orang yang tidak sepemahaman dengan mereka. Dibandingkan dengan metode pendidikan santri generasi sebelumnya, generasi alpha sudah menjadi introvert dan mereka tidak terlalu memikirkan dan khawatir tentang kesulitan di masa depan. Dinamika menghadapi generasi alpha juga menjadi tanggung jawab semua generasi sebelumnya. Karena mareka ada akibat dari perlakuan yang diberikan oleh generasi diatasnya. Dan pada akhirnya alangkah lebih baik jika kita memelihara tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik atau al-muhâfazhat ‘alâ al-qadîm al-shâlih wa al-akhdu bi al-jadîd alashlah(rr)