Oleh: Burhan Anshari
Analis Geopolitik Timur Tengah, pernah bekerja pada Kedebus Indonesia di Tehran, Iran.
Sejak dimulainya operasi Badai Al-Aqsa oleh Hamas, Amerika Serikat dan sekutu terus menerus memberi ancaman kepada aliansi Hamas di kawasan terutama Iran untuk membiarkan Hamas sendirian berjuang mempertahankan diri dari serangan Israel.
Mereka menganggap remeh Hamas, namun upaya tersebut tidak lain adalah untuk memuluskan tantrum Israel yang sejak dulu ngebet untuk menguasai Gaza sebagaimana wilayah lainnya yang berhasil dijajah sedikit demi sedikit.
Selain untuk menutupi kekacauan dalam negeri dan menaikkan kembali pamor pemerintahan Netanyahu, jalan ini dianggap juga akan memuluskan semua usaha global untuk melakukan normalisasi keadaan Timur Tengah dengan tujuan melancarkan agenda global lainnya yang telah dirancang sejak lama.
Sebagai penekanan, Amerika Serikat dan sekutu ramai-ramai membawa peralatan perang mereka ke Laut Mediterania yang tidak jauh dari wilayah pendudukan Israel, sementara sebagiannya di daratkan langsung di Bandara Internasional Ben Gurion.
Tidak cukup dengan itu, Amerika Serikat juga memblokir kembali dana Iran sebesar US$ 6 miliar yang sejatinya sudah akan ditransfer ke Iran dari Korea Selatan melalui Qatar sebagai konsesi Pelepasan 5 sandera AS yang ditangkap di Iran karena kasus spionase.
Namun apa yang diharapkan AS dan sekutu ternyata kebalikannya, Iran bahkan menyatakan akan terlibat langsung dalam perang jika Israel nekat melakukan serangan Darat di Gaza. Ini juga berarti aliansi Iran di Lebanon, Suriah dan Irak juga akan terlibat, dan yang pasti peperangan akan meluas menjadi masalah keamanan regional.
Bloomberg mengutip salah seorang pejabat AS mengatakan: Krisis terburuk yang dialami Israel dalam 50 tahun ini bisa berubah menjadi kebakaran regional tanpa akhir yang jelas sehingga Amerika Serikat dan sekutunya harus berjuang keras lagi di kawasan untuk mengatasinya. Sebuah harga yang sangat mahal sekali bagi AS dan sekutu setelah kas negaranya terkuras hebat di Ukraina.
Israel bahkan bisa terdongkel dari Timur Tengah atas keinginannya tersebut, dan AS akan kehilangan orbit di kawasan.
Menyadari ada bahaya yang sangat besar dibalik tantrum Israel ini. Barat akhirnya berbalik dari mengancam Iran berubah menjadi memperingati Israel sendiri.
Mereka saat ini sekuat tenaga mencoba untuk meyakinkan Israel akan bahaya besar yang mengintai keinginan itu. AS saat ini berusaha dengan berbagai cara untuk membujuk Israel untuk membatalkan niatnya untuk menguasai Gaza.
Namun apakah Israel akan tetap bersikeras mewujudkan niatnya dan tetap percaya diri sebagai manusia terkuat di muka bumi mampu mengalahkan segala rintangan yang menghalang untuk menguasai Gaza? Tampaknya kini mulai ada keraguan terkait hal ini, serangan Darat yang direncanakan tadi malam pukul 00:00 waktu Palestina sampai saat ini masih delay. Kita lihat saja.