Oleh: Murizal Hamzah.
Penulis Buku Biografi Hasan Tiro.
Rabu (16/12/2020) aksi di Simpang Limong Banda Aceh viral. Tema demo yang diusung menarik menyangkut Habib Rizieq Shihab (HRS). Di berbagai grup WA, medsos hingga media online ramai dengan aksi itu. Saya tidak membicarakan isi orasi yang dilempar ke masyarakat serta asal pendemo. Yang diamati, pesan aksi itu menjadi viral melalui orang-orang yang menolak pendemo itu. Istilahnya, melalui tangan lawan, pesan demo itu menusuk ke jantung yang dituju.
Beragam trik untuk menyuarakan pesan kepada masyarakat. Ada murah dan mahal bahkan sensitif. Pada akhirnya media akan memberitakan secara panjang lebar. Ini artinya iklan gratis bagi pengusung produk baik dari bentuk nama (brand), produk jasa, dan sebagainya. iklan terbaik itu melalui mulut orang lain. merujuk hasil Global Survey Nielsen tentang Kepercayaan Terhadap Iklan yang menyimpulkan bahwa rekomendasi mulut ke mulut (word of mouth) dari orang yang dikenal adalah “iklan” terbaik. Setidaknya, hasil itu diperoleh dari survei konsumen di Asia Tenggara pada 2013.
Survei Nielsen terhadap 30.000 responden online di 60 negara mengukur sentimen konsumen terhadap 19 bentuk media iklan berbayar (paid), media iklan yang diperoleh secara gratis (earned), maupun media iklan yang dimiliki oleh pemilik merek (owned). Hasilnya, format iklan yang paling diingat konsumen dan format iklan yang memiliki potensi untuk bertumbuh. Di Asia Tenggara, 88% konsumen percaya rekomendasi word of mouth dari mereka kenal.
“Rekomendasi word-of-mouth dari orang yang dikenal adalah cara terbaik untuk mempromosikan produk kepada konsumen, khususnya ketika dikombinasikan dengan iklan televisi dan digital,” kata Craig Johnson, Managing Director, Marketing Effectiveness and Reach Portfolio, Nielsen Southeast Asia, North Asia and Pacific dikutip dari laman marketeers.com.
Kirim Peti Mati.
Sembilan tahun lalu, beberapa jagat media utama di Jakarta heboh. Pasalnya, pusat produksi dan distribusi berita menerima peti mati bayi tanpa alamat pengirim. Bagi penerima, peti mati sepanjang satu meter bermakna negatif. Peti mati itu diartikan ancaman non verbal. Pada masa konflik di Aceh, menerima sebutir peluru dalam amplop sebagai tanda berbahaya sebelum pelatuk bedil ditarik.
Bagaimana hasil akhir dari pengiriman peti itu? Ternyata itu adalah trik pemasaran perusahaan agensi komunikasi dan iklan. Penggagas ide ini adalah Sumardy sebagai Chief Executive Officer (CEO) perusahaan Buzz&Co. Menurutnya, pengiriman peti mati sebagai tanda peluncuran perdana situs dan buku perusahaannya.
“Ini inisiatif sendiri. Tidak ada hubungannya dengan politik,” jelasnya di Jakarta Pusat, Senin, 6 Juni 2011 dikutip dari media online tempo .
Sumardy menyebutkan ada 100 destinasi yang akan dikirimi peti mati. Dari jumlah itu, 10 persennya dikirim ke media yang terkenal. Sasaran utamanya adalah perusahaan iklan, pemilik, dan tokoh komunikasi pemasaran. Menurutnya kampanye pemasaran saat ini amat membosankan. Untuk itu, pihaknya ingin menunjukkan cara gila yang dilakukannya hari ini.
“Biaya beli peti mati lebih murah ketimbang pasang iklan,” jelasnya.
Orang yang dikirimi peti mati akan mendapatkan kode angka yang ditempel di tangkai mawar putih. Angka itu adalah kata klunci untuk mengakses laman perusahaannya
Dinosaurus di Jawa
Tiga hari, saya terkesima menonton video dengan bumbu telah ditemukan hewan purba di Jawa. Penasaran adalah sifat alamiah manusia. Dalam video tersebut, seekor hewan purba diturunkan dari truk. Pria berseragam loreng TNI menurunkan dinosaurus dari truk lalu menghentak kaki depan ke tanah. Tiba-tiba video itu berakhir. ada netizen yang menduga itu dinosaurus asli karena bentuk dan perilakunya. Ternyata dinosaurus itu adalah replika hewan purba yang ada di Mojosemi Forest Park, Magetan, Jawa Timur yang telah dibuka sejak 2019.
Pengelola Mojosemi Forest Park, Magetan, Nanang Sedayu mengatakan, video tersebut diambil pada Senin (14/12/2020) di Mojosemi Forest Park. Sedayu mengatakan, video itu promosi dari pengelola untuk memperkenalkan wahana baru.
Sedayu mengatakan bahwa video viral yang beredar merupakan upaya pengelola untuk menghadirkan dinosaurus seperti aslinya. Penurunan Triceratops Dinosaurus dari truk adalah salah satu proses pembuatan film pendek yang bertujuan untuk promosi Natal dan Tahun Baru 2021.
“Rencana mau buat video pendek untuk promosi Natal dan Tahun Baru 2021, tapi belum sempat selesai proses buat video pendeknya, videonya keburu sudah bocor keluar saat shoot waktu nurunin Dino,” kata Romo, Selasa, (15/12/2020).
Romo menjelaskan, Triceratops Dinosaurus bisa bergerak karena digerakan oleh manusia.
”Di dalam kostum Triceratops Dinosaurus ada dua orang yang menggerakkan,” ucapnya.
Apa dampak dari video hewan purba? Pengelolaan obyek wisata mendapat liputan gratis. Diawali dengan memberikan pancingan video penurunan hewan purba sehingga warga bertanya-tanya di mana. selanjutnya media berusaha memburu di mana terjadinya dan info tentang kebun binatang itu pun menghiasi media maya dari grup WA ke grup WA. Penonton terpuas dengan penjelasan media dan pengelolaan Mojosemi Forest Park mendapat iklan gratis. Semua senang dengan penjelasan itu dan tentu saja pengusaha Mojosemi Forest Park yang siap-siap menerima pundi-pundi pada akhir tahun dari pengunjung.
Jaket Warna-Warni
Apa kaitan dua kisah di atas dengan demo menolak HRS di Simpang Limong? Arsitek demo itu jeli melihat busana yang dikenakan. Peserta demo berjaket/jas biru, hijau, orange yang dianggap adalah jaket almamater. Mengutip website tribratanewsrestabandaaceh disebutkan aksi ini digelar oleh pemuda yang tergabung dalam Komunitas Muslim Pancasila dan Aliansi Muslim Aceh Cinta Damai. Dalam demo itu, terlihat bendera dengan dasar merah.
Masih menurut website itu, orasi bergantian itu menolak lembaga yang dianggap dapat memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI. Pengunjuk rasa membentangkan spanduk, “Tolak provokator yang mempolitisasi agama”, “Ulama Aceh lebih hebat tidak perlu ulama luar, yang berpolitik anti toleransi di Aceh.”
Salah seorang orator Ramli mengatakan pihaknya mendukung langkah kepolisian melakukan penegakan hukum kepada ormas yang dapat memecah belah persatuan umat dan menolak kedatangan HRS ke Aceh.
“Kami mendukung langkah yang sudah di tempuh pihak kepolisian dalam penegakan hukum terhadap ormas yang dapat memecah belah persatuan di Indonesia dan Aceh menolak kedatangan Habib Rizieq Shihab karena ulama Aceh banyak ulama yang hebat,” jelasnya.
Terakhir pendemo membakar spanduk yang ada gambar HRS. Hal ini memicu mahasiswa lain marah karena HRS cucu Sayidina Rasulullah. Personel Polresta Banda Aceh berhasil melerai insiden.
Seperti yang diprediksi oleh aktor aksi itu, warga akan menganggap demo ini dilakukan oleh mahasiswa karena berjaket walaupun tanpa logo kampus. Ada di antara pendemo berusia di atas 50 tahun alias sudah sangat tua untuk ukuran mahasiswa S1 kecuali mahasiswa S3. Dalam skenario, warga bakal protes demo itu tidak mewakili mahasiswa. Memang HRS tidak akan bisa ke Aceh untuk 20 hari ke depan karena masih ditahan polisi. Jadi tidak perlu menolak kedatangan HRS ke Serambi Mekkah. Bisa jadi ini demo yang tertunda sebelum HRS ditahan sementara spanduk sudah dicetak.
.
Seperti yang sudah diprediksi, mahasiswa akan marah dan berbagi kekesalan aksi itu ke berbagai grup WA, medsos hingga mengirim siaran pers ke media. Semakin ditanggapi, aksi ini akan semakin reaktif. Jadi ramai. Yang awalnya tidak tahu kini jadi tahu berlanjut marah dan kesal karena ada mahasiswa menolak idolanya HRS ke Aceh.
Melalui pilihan berbagai warna jaket, mahasiswa akan menganggap warna jaket tanpa logo kampus itu adalah mewakili identitas kampus. Jika ada stiker “We Are The Yellow Jacket” itu mewakili mahasiswa UI. Framing dan brand melalui warna-warni jaket cukup efektif memancing mahasiswa bersuara. Selama ini asumsinya yang pakai jaket dan berorasi di Simpang Limong Banda Aceh adalah mahasiswa yang berjaket almamater baik jaket hijau (Unsyiah), jaket biru (UIN Ar-Raniry) dan lain-lain.
Melalui politik semiotik, aksi ini sukses viral menyalurkan pesan melalui tangan-tangan yang tidak suka kepada pendemo. Mereka meminjam tangan lawan untuk kepentingan pendemo. Pesan ketidaksukaan HRS justru hilir-mudik di jantung pendukung HRS.
Mengirim peti bayi ke redaksi media dan menayangkan video hewan purba adalah teknik murah dalam mempromosikan produk. Sementara penolakan HRS ke Aceh disalurkan melalui aneka warna jaket agar terjadi polemik atau kegaduhan yang pada akhirnya masyarakat tahu ada demo penolakan HRS. Agar lebih tragis sebagai penutup aksi membakar gambar HRS di spanduk. Judul foto HRS dibakar di Aceh itu membuat klik pembaca meroket. Di sini ada politik klik.
Begitulah propaganda digulirkan dari ujung jari ke ujung jari dengan mengelola semangat emosional pendukung fanatik. Di satu pihak ada yang adrenalin mendidih kesal. Sementara di pihak lain usai berdiri-diri sore di Bundara Simpang Limong menerima salam tempel. Prinsipnya, na hek na hak. Demo itu kerja.[]