• Tentang Kami
Monday, June 30, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Demokrasi Mati Karena Mahasiswa?

Rahmat Fahlevi by Rahmat Fahlevi
March 20, 2025
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Demokrasi Mati Karena Mahasiswa?
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Rahmat Fahlevi.
Mahasiswa FISIP, Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Salah satu literatur plat merah tentang demokrasi adalah karya Steven levittsky & Daniel Ziblat yang berjudul “How democracies die” atau bagaimana demokrasi mati yang menceritakan proses matinya demokrasi dibeberapa negara  seperti Peru yang di tunggangi Alberto fujimori, Italia di masa Musollini, Jerman di era Hitler. Bahkan Amerika sendiri dibawah demagog terburuk sepanjang sejarah Amerika yaitu Donald trump.

Demokrasi akan mati apabila diberikan kepada orang-orang yang tidak paham akan substansial demokrasi sendiri. Demokrasi tidak hanya berbicara soal formalitas, meminjam adagium dari Affan Gaffar yaitu demokrasi prosedural yang hanya bertengger pada persoalan legal formal administratif saja.

BACA JUGA

Dua Dekade Damai Aceh

Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik

Itu hanya beberapa ungkapan saja sebagai tulisan ini. Namun terdapat secuil kisah cerpen dalam buku How democracies die yang membuat saya sedikit terperangah. yaitu tentang cerita seekor kuda yang memiliki musuh yaitu seekor kijang, singa dan beberapa hewan lain. Namun sayangnya si kuda tidak mampu mengalahkan para musuh-musuhnya sendirian melainkan harus mencari bala bantuan.

Kuda tersebut meminta bantuan kepada seorang pemburu untuk mengalahkan musuhnya. Akan tetapi si pemburu mengajukan beberapa syarat agar ia bisa membantu kuda tersebut mulai dari memberi pelana pada punggung kuda, sepatu besi, tali dan beberapa aksesoris lainnya.

Kemudian sesudah logistik lengkap, maka si pemburu dan kuda mulai membunuh musuh-musuhnya dengan menembak. Di akhir cerita di kuda meminta kepada pemburu agar sepatu besi, pelana yang ada dipunggung beserta tali yang terikat di hidungnya agar dilepaskan karena mengingat misi sudah selesai. Akan tetapi pemburu menolak untuk melakukan itu dan terus menunggangi si kuda.

Baca Juga:  Apa Keistimewaan Johan Georg Hamann Bagi Isaiah Berlin?

Dari “How democracies die” di atas, dapat menggambarkan sebuah metafora realitas Mahasiswa sekarang. Mereka yang dengan gagah membusungkan dada, foto kesana kemari, duduk bersama tokoh ini itu, mendirikan organisasi dengan headline “Kami dari organisasi fulan siap mendukung program pemerintah” dengan stimulan dana milyaran, membuat acara hedon yang tiada guna namun tidak disangka ada hal yang ingin diraih politisi yaitu pembungkaman dan berkah elektoral untuk pilkada mendatang.

Melihat realitas sekarang saya jadi teringat pula dengan ungkap Fromm, yang mengatakan bahwa manusia kehilangan kebebasan atau ketidakpatuhan saat ia menjelma sebagai individu yang berkumpul. Manusia terperangkap oleh meminjam adagium terkenal Weber yaitu “penjara besi” yang dibuatnya sendiri yaitu peraturan.

Sangat sedikit orang yang berani melawan jika sudah terkena stimulus rupiah namun inilah yang terjadi sekarang kepada Mahasiswa. Beberapa organisasi yang menghimpun seluruh Mahasiswa paguyuban, menyatakan sikap untuk mendukung program pemerintah yang sebenarnya mereka tidak paham sedang berada dibawah kontrol dan dipersiapkan sebagai underboew pemerintah untuk mengekploitasi margin elektabilitas di dalam kampus.

Mereka dalam ilusi menganggap diri sebagai tokoh, orang berpengaruh, berjalan dengan jemawa namun tak sadar hanya sekedar kuda troya politisi dalam kampus yang hubungannya bersifat temporal atas dasar politic interest. Sesudah manis sepah dibuang dan begitulah nasib mereka kedepan.
Untuk politisi dalam konteks Indonesia bahkan Aceh sendiri tidak perlu berharap hubungan yang bersifat lama seperti halnya partai demokrat dan republik di Amerika yang merangkul core voters model dengan baik.

Para mahasiswa tidak perlu terlalu bangga jika dirangkul para politisi, karena itu hanya hubungan bersifat temporal dan transaksional bukan berdasarkan solidaritas yang dibangun untuk selamanya.

Baca Juga:  Kemiskinan Dinilai Penyebab Ujaran Kebencian dan Polarisasi Tinggi di Aceh

Pun Mahasiswa yang sudah berkolaborasi dengan politisi atau pemerintah juga akan berakhir seperti apa yang disebut Jurgen Habermas dalam teorinya yang berjudul “System is colonization the life world”.

Dalam teori tersebut terjadinya kolonisasi terhadap kehidupan dikarenakan oleh kolaborasi korporat dan pemerintah. Lain halnya dalam konteks sekarang terjadinya kolaborasi antara Mahasiswa dan pemerintah sekarang berakibat kepada mandulnya gerakan Mahasiswa dalam mengkritik pemerintah karena sudah disumbar oleh pundi-pundi rupiah.

Mahasiswa adalah ujung tombak terakhir yang menjadi devils advocate terhadap kebijakan pemerintah kala DPR sebagai watchdog telah dilumuri kepentingan oligarki.

Mahasiswa yang kerjaannya hanya melakukan rilis konyol dengan headline “Siap mendukung program pemerintah” itu adalah mahasiswa bermentalitas nggih nggih mboten kepangkeh, tandai mukanya dan jangan pernah pilih ia sebagai pemimpin kedepan karena itulah mahasiswa bibit oligarkh. Itulah tanda-tanda demokrasi telah mati karena mahasiswa?[]

Tags: acehMahasiswaMatinya DemokrasiUniversitas Syiah Kuala
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Rahmat Fahlevi

Rahmat Fahlevi

Rahmat Fahlevi Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Universitas Syiah Kuala”

Related Posts

Dua Dekade Damai Aceh
Artikel

Dua Dekade Damai Aceh

by SAGOE TV
June 27, 2025
Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik
Artikel

Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik

by SAGOE TV
June 3, 2025
Rukok Linto Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Artikel

Rukok Linto

by SAGOE TV
May 31, 2025
Sepi dan Terisolasi, Tantangan Psikososial Mendesak Bagi Lansia
Artikel

Sepi dan Terisolasi, Tantangan Psikososial Mendesak bagi Lansia

by SAGOE TV
May 30, 2025
Orang Tua Membaca Nyaring Bersama Anak, Untuk Apa
Artikel

Orang Tua Membaca Nyaring Bersama Anak, Untuk Apa?

by SAGOE TV
May 26, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Reuni Alumni Jeumala 2003 di Pantai Riting: Semangat Kekompakan Tak Pernah Luntur

Reuni Alumni Jeumala 2003 di Pantai Riting: Semangat Kekompakan Tak Pernah Luntur

June 28, 2025
Harga Mobil Terancam Naik, Pengusaha Otomotif Aceh Harap Pergub Opsen Pajak Kendaraan Diperpanjang

Harga Mobil Terancam Naik, Pengusaha Otomotif Aceh Harap Pergub Opsen Pajak Kendaraan Diperpanjang

June 25, 2025
Eks Panglima GAM Sabang Harap Tengku Jamaica Wakili Aceh di Kementerian

Eks Panglima GAM Sabang Harap Tengku Jamaica Wakili Aceh di Kementerian

June 27, 2025
Guru Besar UIN Ar-Raniry Dikukuhkan sebagai Ketua BWI Aceh, Ini Susunan Pengurusnya

Guru Besar UIN Ar-Raniry Dikukuhkan sebagai Ketua BWI Aceh, Ini Susunan Pengurusnya

June 26, 2025
Rubrik Seni Sagoe TV

Rubrik Seni Sagoe TV

June 26, 2025
5 Anggota Komisi Informasi Aceh Resmi Dilantik, Ini Nama-namanya

5 Anggota Komisi Informasi Aceh Resmi Dilantik, Ini Nama-namanya

June 24, 2025
Saat Aceh Bernyanyi: Musik, Luka, dan Harapan yang Menggema

Saat Aceh Bernyanyi: Musik, Luka, dan Harapan yang Menggema

June 26, 2025
Prof KBA Tekankan Pentingnya Rekayasa Sosial Islami Hadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital

Prof KBA Tekankan Pentingnya Rekayasa Sosial Islami Hadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital

June 23, 2025
Ngopi Bareng Tokoh GAM dan Intel, Kisah di Tengah Konflik Aceh

Ngopi Bareng Tokoh GAM dan Intel, Kisah di Tengah Konflik Aceh

June 29, 2025

EDITOR'S PICK

gempa

Gempa Terkini di Aceh: Simeulue Diguncang M4,8, BMKG Catat 1 Aftershock

May 18, 2025
sulaiman tripa

Hukum Lingkungan Berkeindonesiaan

May 2, 2025
Dibalik Gemerlapnya Dunia K-Pop, Ternyata Artisnya Punya Beban di Kehidupan Nyata

Dibalik Gemerlapnya Dunia K-Pop, Ternyata Artisnya Punya Beban di Kehidupan Nyata

March 20, 2025
Aceh Paska Era Jusuf Kalla

Aceh Paska Era Jusuf Kalla

May 17, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.