• Tentang Kami
Tuesday, September 16, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Demokrasi Mati Karena Mahasiswa?

Rahmat Fahlevi by Rahmat Fahlevi
March 20, 2025
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Demokrasi Mati Karena Mahasiswa?
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Rahmat Fahlevi.
Mahasiswa FISIP, Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Salah satu literatur plat merah tentang demokrasi adalah karya Steven levittsky & Daniel Ziblat yang berjudul “How democracies die” atau bagaimana demokrasi mati yang menceritakan proses matinya demokrasi dibeberapa negara  seperti Peru yang di tunggangi Alberto fujimori, Italia di masa Musollini, Jerman di era Hitler. Bahkan Amerika sendiri dibawah demagog terburuk sepanjang sejarah Amerika yaitu Donald trump.

Demokrasi akan mati apabila diberikan kepada orang-orang yang tidak paham akan substansial demokrasi sendiri. Demokrasi tidak hanya berbicara soal formalitas, meminjam adagium dari Affan Gaffar yaitu demokrasi prosedural yang hanya bertengger pada persoalan legal formal administratif saja.

BACA JUGA

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Itu hanya beberapa ungkapan saja sebagai tulisan ini. Namun terdapat secuil kisah cerpen dalam buku How democracies die yang membuat saya sedikit terperangah. yaitu tentang cerita seekor kuda yang memiliki musuh yaitu seekor kijang, singa dan beberapa hewan lain. Namun sayangnya si kuda tidak mampu mengalahkan para musuh-musuhnya sendirian melainkan harus mencari bala bantuan.

Kuda tersebut meminta bantuan kepada seorang pemburu untuk mengalahkan musuhnya. Akan tetapi si pemburu mengajukan beberapa syarat agar ia bisa membantu kuda tersebut mulai dari memberi pelana pada punggung kuda, sepatu besi, tali dan beberapa aksesoris lainnya.

Kemudian sesudah logistik lengkap, maka si pemburu dan kuda mulai membunuh musuh-musuhnya dengan menembak. Di akhir cerita di kuda meminta kepada pemburu agar sepatu besi, pelana yang ada dipunggung beserta tali yang terikat di hidungnya agar dilepaskan karena mengingat misi sudah selesai. Akan tetapi pemburu menolak untuk melakukan itu dan terus menunggangi si kuda.

Baca Juga:  Percepatan Penurunan Angka Stunting Melalui Kader SMART Cegah Stunting

Dari “How democracies die” di atas, dapat menggambarkan sebuah metafora realitas Mahasiswa sekarang. Mereka yang dengan gagah membusungkan dada, foto kesana kemari, duduk bersama tokoh ini itu, mendirikan organisasi dengan headline “Kami dari organisasi fulan siap mendukung program pemerintah” dengan stimulan dana milyaran, membuat acara hedon yang tiada guna namun tidak disangka ada hal yang ingin diraih politisi yaitu pembungkaman dan berkah elektoral untuk pilkada mendatang.

Melihat realitas sekarang saya jadi teringat pula dengan ungkap Fromm, yang mengatakan bahwa manusia kehilangan kebebasan atau ketidakpatuhan saat ia menjelma sebagai individu yang berkumpul. Manusia terperangkap oleh meminjam adagium terkenal Weber yaitu “penjara besi” yang dibuatnya sendiri yaitu peraturan.

Sangat sedikit orang yang berani melawan jika sudah terkena stimulus rupiah namun inilah yang terjadi sekarang kepada Mahasiswa. Beberapa organisasi yang menghimpun seluruh Mahasiswa paguyuban, menyatakan sikap untuk mendukung program pemerintah yang sebenarnya mereka tidak paham sedang berada dibawah kontrol dan dipersiapkan sebagai underboew pemerintah untuk mengekploitasi margin elektabilitas di dalam kampus.

Mereka dalam ilusi menganggap diri sebagai tokoh, orang berpengaruh, berjalan dengan jemawa namun tak sadar hanya sekedar kuda troya politisi dalam kampus yang hubungannya bersifat temporal atas dasar politic interest. Sesudah manis sepah dibuang dan begitulah nasib mereka kedepan.
Untuk politisi dalam konteks Indonesia bahkan Aceh sendiri tidak perlu berharap hubungan yang bersifat lama seperti halnya partai demokrat dan republik di Amerika yang merangkul core voters model dengan baik.

Para mahasiswa tidak perlu terlalu bangga jika dirangkul para politisi, karena itu hanya hubungan bersifat temporal dan transaksional bukan berdasarkan solidaritas yang dibangun untuk selamanya.

Baca Juga:  Perencanaan Pembangunan Aceh Lemah

Pun Mahasiswa yang sudah berkolaborasi dengan politisi atau pemerintah juga akan berakhir seperti apa yang disebut Jurgen Habermas dalam teorinya yang berjudul “System is colonization the life world”.

Dalam teori tersebut terjadinya kolonisasi terhadap kehidupan dikarenakan oleh kolaborasi korporat dan pemerintah. Lain halnya dalam konteks sekarang terjadinya kolaborasi antara Mahasiswa dan pemerintah sekarang berakibat kepada mandulnya gerakan Mahasiswa dalam mengkritik pemerintah karena sudah disumbar oleh pundi-pundi rupiah.

Mahasiswa adalah ujung tombak terakhir yang menjadi devils advocate terhadap kebijakan pemerintah kala DPR sebagai watchdog telah dilumuri kepentingan oligarki.

Mahasiswa yang kerjaannya hanya melakukan rilis konyol dengan headline “Siap mendukung program pemerintah” itu adalah mahasiswa bermentalitas nggih nggih mboten kepangkeh, tandai mukanya dan jangan pernah pilih ia sebagai pemimpin kedepan karena itulah mahasiswa bibit oligarkh. Itulah tanda-tanda demokrasi telah mati karena mahasiswa?[]

Tags: acehMahasiswaMatinya DemokrasiUniversitas Syiah Kuala
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Rahmat Fahlevi

Rahmat Fahlevi

Rahmat Fahlevi Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Universitas Syiah Kuala”

Related Posts

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?
Artikel

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

by SAGOE TV
July 19, 2025
Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Artikel

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

by SAGOE TV
July 5, 2025
Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh Fakta yang Jarang Diketahui!
Artikel

Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh: Fakta yang Jarang Diketahui!

by SAGOE TV
July 3, 2025
Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh
Artikel

Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh

by SAGOE TV
July 1, 2025
Dua Dekade Damai Aceh
Artikel

Dua Dekade Damai Aceh

by SAGOE TV
June 27, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

September 15, 2025
Gas Raksasa Andaman: Titipan Damai, Harapan Sejahtera untuk Aceh

Gas Raksasa Andaman: Titipan Damai, Harapan Sejahtera untuk Aceh

September 15, 2025
Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

Muniru (Kehangatan dan Keakraban) Masyarakat Gayo

September 12, 2025
Komisi XII DPR RI Dorong Pengelolaan Migas Aceh Profesional, Transparan, dan Berkelanjutan

Komisi XII DPR RI Dorong Pengelolaan Migas Aceh Profesional, Transparan, dan Berkelanjutan

September 14, 2025
RSIA Cempaka Az-Zahra Sukses Operasi Kasus Langka Agenesis Vagina dan Anomali Anogenital

RSIA Cempaka Az-Zahra Sukses Operasi Kasus Langka Agenesis Vagina dan Anomali Anogenital

September 13, 2025
Penyuka Musik Metal Cenderung "Setia"

Penyuka Musik Metal Cenderung “Setia”

August 30, 2025
Mualem Usulkan Pembangunan Terowongan Geurutee ke Bappenas demi Keselamatan dan Ekonomi Aceh

Mualem Usulkan Pembangunan Terowongan Geurutee ke Bappenas demi Keselamatan dan Ekonomi Aceh

September 14, 2025
Monolog ‘Tubuh yang Tak Pernah Takluk’ Hidupkan Semangat Cut Nyak Dhien di Rumah Sejarahnya

Monolog ‘Tubuh yang Tak Pernah Takluk’ Hidupkan Semangat Cut Nyak Dhien di Rumah Sejarahnya

September 7, 2025
Persiraja Umumkan Penjualan Tiket Laga Perdana Lawan Adhyaksa FC, VVIP Sudah Habis Terjual

Persiraja Umumkan Penjualan Tiket Laga Perdana Lawan Adhyaksa FC, VVIP Sudah Habis Terjual

September 10, 2025

EDITOR'S PICK

Program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045

Program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045

February 8, 2025
Menjaga Lima Pilar Kehidupan, Syariat Islam Hadir sebagai Rahmat bagi Umat Manusia

Menjaga Lima Pilar Kehidupan, Syariat Islam Hadir sebagai Rahmat bagi Umat Manusia

April 16, 2025
1 Muharram 1447 H Jatuh pada Tanggal Berapa? Ini Penjelasan Kemenag Aceh

1 Muharram 1447 H Jatuh pada Tanggal Berapa? Ini Penjelasan Kemenag Aceh

June 24, 2025
Aceh International Forum 2024 Bakal Dihadiri Tokoh Nasional dan Duta Besar

Aceh International Forum 2024 Bakal Dihadiri Tokoh Nasional dan Duta Besar

December 18, 2024
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.