• Tentang Kami
Thursday, November 6, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Demokrasi Mati Karena Mahasiswa?

Rahmat Fahlevi by Rahmat Fahlevi
March 20, 2025
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Demokrasi Mati Karena Mahasiswa?
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Rahmat Fahlevi.
Mahasiswa FISIP, Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Salah satu literatur plat merah tentang demokrasi adalah karya Steven levittsky & Daniel Ziblat yang berjudul “How democracies die” atau bagaimana demokrasi mati yang menceritakan proses matinya demokrasi dibeberapa negara  seperti Peru yang di tunggangi Alberto fujimori, Italia di masa Musollini, Jerman di era Hitler. Bahkan Amerika sendiri dibawah demagog terburuk sepanjang sejarah Amerika yaitu Donald trump.

Demokrasi akan mati apabila diberikan kepada orang-orang yang tidak paham akan substansial demokrasi sendiri. Demokrasi tidak hanya berbicara soal formalitas, meminjam adagium dari Affan Gaffar yaitu demokrasi prosedural yang hanya bertengger pada persoalan legal formal administratif saja.

BACA JUGA

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Itu hanya beberapa ungkapan saja sebagai tulisan ini. Namun terdapat secuil kisah cerpen dalam buku How democracies die yang membuat saya sedikit terperangah. yaitu tentang cerita seekor kuda yang memiliki musuh yaitu seekor kijang, singa dan beberapa hewan lain. Namun sayangnya si kuda tidak mampu mengalahkan para musuh-musuhnya sendirian melainkan harus mencari bala bantuan.

Kuda tersebut meminta bantuan kepada seorang pemburu untuk mengalahkan musuhnya. Akan tetapi si pemburu mengajukan beberapa syarat agar ia bisa membantu kuda tersebut mulai dari memberi pelana pada punggung kuda, sepatu besi, tali dan beberapa aksesoris lainnya.

Kemudian sesudah logistik lengkap, maka si pemburu dan kuda mulai membunuh musuh-musuhnya dengan menembak. Di akhir cerita di kuda meminta kepada pemburu agar sepatu besi, pelana yang ada dipunggung beserta tali yang terikat di hidungnya agar dilepaskan karena mengingat misi sudah selesai. Akan tetapi pemburu menolak untuk melakukan itu dan terus menunggangi si kuda.

Baca Juga:  Waspada! Modus Penipuan Catut Nama Istri Gubernur Aceh di WhatsApp dan Facebook

Dari “How democracies die” di atas, dapat menggambarkan sebuah metafora realitas Mahasiswa sekarang. Mereka yang dengan gagah membusungkan dada, foto kesana kemari, duduk bersama tokoh ini itu, mendirikan organisasi dengan headline “Kami dari organisasi fulan siap mendukung program pemerintah” dengan stimulan dana milyaran, membuat acara hedon yang tiada guna namun tidak disangka ada hal yang ingin diraih politisi yaitu pembungkaman dan berkah elektoral untuk pilkada mendatang.

Melihat realitas sekarang saya jadi teringat pula dengan ungkap Fromm, yang mengatakan bahwa manusia kehilangan kebebasan atau ketidakpatuhan saat ia menjelma sebagai individu yang berkumpul. Manusia terperangkap oleh meminjam adagium terkenal Weber yaitu “penjara besi” yang dibuatnya sendiri yaitu peraturan.

Sangat sedikit orang yang berani melawan jika sudah terkena stimulus rupiah namun inilah yang terjadi sekarang kepada Mahasiswa. Beberapa organisasi yang menghimpun seluruh Mahasiswa paguyuban, menyatakan sikap untuk mendukung program pemerintah yang sebenarnya mereka tidak paham sedang berada dibawah kontrol dan dipersiapkan sebagai underboew pemerintah untuk mengekploitasi margin elektabilitas di dalam kampus.

Mereka dalam ilusi menganggap diri sebagai tokoh, orang berpengaruh, berjalan dengan jemawa namun tak sadar hanya sekedar kuda troya politisi dalam kampus yang hubungannya bersifat temporal atas dasar politic interest. Sesudah manis sepah dibuang dan begitulah nasib mereka kedepan.
Untuk politisi dalam konteks Indonesia bahkan Aceh sendiri tidak perlu berharap hubungan yang bersifat lama seperti halnya partai demokrat dan republik di Amerika yang merangkul core voters model dengan baik.

Para mahasiswa tidak perlu terlalu bangga jika dirangkul para politisi, karena itu hanya hubungan bersifat temporal dan transaksional bukan berdasarkan solidaritas yang dibangun untuk selamanya.

Baca Juga:  Aceh dalam Perspektif Indonesia

Pun Mahasiswa yang sudah berkolaborasi dengan politisi atau pemerintah juga akan berakhir seperti apa yang disebut Jurgen Habermas dalam teorinya yang berjudul “System is colonization the life world”.

Dalam teori tersebut terjadinya kolonisasi terhadap kehidupan dikarenakan oleh kolaborasi korporat dan pemerintah. Lain halnya dalam konteks sekarang terjadinya kolaborasi antara Mahasiswa dan pemerintah sekarang berakibat kepada mandulnya gerakan Mahasiswa dalam mengkritik pemerintah karena sudah disumbar oleh pundi-pundi rupiah.

Mahasiswa adalah ujung tombak terakhir yang menjadi devils advocate terhadap kebijakan pemerintah kala DPR sebagai watchdog telah dilumuri kepentingan oligarki.

Mahasiswa yang kerjaannya hanya melakukan rilis konyol dengan headline “Siap mendukung program pemerintah” itu adalah mahasiswa bermentalitas nggih nggih mboten kepangkeh, tandai mukanya dan jangan pernah pilih ia sebagai pemimpin kedepan karena itulah mahasiswa bibit oligarkh. Itulah tanda-tanda demokrasi telah mati karena mahasiswa?[]

Tags: acehMahasiswaMatinya DemokrasiUniversitas Syiah Kuala
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Rahmat Fahlevi

Rahmat Fahlevi

Rahmat Fahlevi Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Universitas Syiah Kuala”

Related Posts

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?
Artikel

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

by SAGOE TV
July 19, 2025
Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Artikel

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

by SAGOE TV
July 5, 2025
Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh Fakta yang Jarang Diketahui!
Artikel

Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh: Fakta yang Jarang Diketahui!

by SAGOE TV
July 3, 2025
Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh
Artikel

Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh

by SAGOE TV
July 1, 2025
Dua Dekade Damai Aceh
Artikel

Dua Dekade Damai Aceh

by SAGOE TV
June 27, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Kisah Haru di Panggung MTQ

Kisah Haru di Panggung MTQ

November 2, 2025
Agam Hana Raba Krèh

Agam Hana Raba Krèh

November 4, 2025
Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

November 1, 2025
Persiraja Raih Kemenangan Perdana di Kandang, Gol Penalti Connor Tundukkan Persekat

Persiraja Raih Kemenangan Perdana di Kandang, Gol Penalti Connor Tundukkan Persekat

November 3, 2025
Mualem Tegaskan Identitas Serambi Makkah, Tes Baca Al-Qur’an Bakal Jadi Syarat Wajib di Aceh

Mualem Tegaskan Identitas Serambi Makkah, Tes Baca Al-Qur’an Bakal Jadi Syarat Wajib di Aceh

November 2, 2025
Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

November 2, 2025
Wujudkan Ekonomi Sirkular, Tim FEB Unimal Edukasi Warga Lancang Garam Kelola Sampah Berkelanjutan

Wujudkan Ekonomi Sirkular, Tim FEB Unimal Edukasi Warga Lancang Garam Kelola Sampah Berkelanjutan

November 4, 2025
Harga Tiket Persiraja vs Garudayaksa FC Resmi Dirilis, Mulai Rp30 Ribu

Persiraja vs Persekat: Laskar Rencong Uji Ketangguhan di Kandang Sendiri

November 1, 2025
Putri Aceh dan Putra Jawa Timur Terpilih Jadi Duta DPD RI 2025

Putri Aceh dan Putra Jawa Timur Terpilih Jadi Duta DPD RI 2025

November 4, 2025

EDITOR'S PICK

Tragedi Ledakan Gudang Oksigen di Aceh Barat: Dua Orang Tewas, Polisi Selidiki Penyebabnya

Tragedi Ledakan Gudang Oksigen di Aceh Barat: Dua Orang Tewas, Polisi Selidiki Penyebabnya

November 5, 2025
Sejarah Baru Transportasi Ekspor Nilam dari Aceh ke Paris

Sejarah Baru Transportasi Ekspor Nilam dari Aceh ke Paris

April 14, 2025
Wakil Rektor IAIN Lhokseumawe Iskandar sebagai Ketua PC ISNU Kota Lhokseumawe

Wakil Rektor IAIN Lhokseumawe Iskandar Terpilih sebagai Ketua PC ISNU Kota Lhokseumawe

April 19, 2025
Jemaah Haji Aceh Kloter 9 Raih Predikat Terbaik dari Garuda Indonesia

Jemaah Haji Aceh Kloter 9 Raih Predikat Terbaik dari Garuda Indonesia

July 9, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.