SAGOETV | BANDA ACEH – Sebuah film dokumenter berjudul Take Lawe diputar di Lapangan Voli Gampong Laksana, Kota Banda Aceh, Sabtu (17/5/2025) malam. Pemutaran film yang digagas oleh Yayasan Winaya Inspirasi Nusantara ini menghadirkan nuansa budaya khas Kluet, Kabupaten Aceh Selatan, ke tengah kota sebagai bentuk pelestarian nilai-nilai lokal di era modern.
Kegiatan pemutaran film ini menjadi ruang refleksi bersama terhadap pentingnya pelestarian tradisi dan nilai-nilai gotong royong di tengah masyarakat modern serta memperkenalkan kekayaan budaya masyarakat Kluet, Aceh Selatan kepada masyarakat luas.
Sutradara film Take Lawe, Andri Saputra, menyampaikan bahwa film tersebut bukan hanya menceritakan aktivitas pertanian, namun juga mengangkat tradisi kenduri sawah yang memiliki kekhasan tersendiri di wilayah Kluet.
Menurutnya, kenduri sawah di Kluet memiliki prosesi ritual unik sehingga menjadi pembeda dengan daerah lain.
“Tradisi ini bukan hanya dilaksanakan setahun sekali, tapi bisa beberapa kali dalam satu musim. Hal ini yang membuat kami tertarik mengangkatnya ke dalam dokumenter,” kata Andri.
Pemutaran film dokumenter Take Lawe ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat Kluet yang hadir di Banda Aceh.
Seperti yang diakui, Junnatan Amin, warga Kluet yang berdomisili di Banda Aceh. Ia mengapresiasi kegiatan ini sebagai sarana edukasi lintas generasi.
Sebagai masyarakat daerah, pemutaran film yang mengangkat kisah Take Lawe ini menjadi film terbaik karena memperkenalkan kembali kearifan lokal yang mulai hilang ditelan masa.
“Maka dengan film ini memberi kami pemahaman lebih dalam tentang sejarah dan adat istiadat kami sendiri. Ini penting agar generasi muda mengenal akar budaya mereka,” ujarnya.
Selain itu, aparatur desa dari Krueng Kluet, Zulhatta juga menyampaikan apresiasinya terhadap pemutaran film ini. Ia menilai film Take Lawe telah menjadi media perkenalan budaya yang mulai jarang diperhatikan.
“Kami sangat berterima kasih. Masyarakat kami hidup di pedalaman dan jarang terekspos. Karya ini adalah bentuk pengakuan dan pengingat akan pentingnya gotong royong serta nilai-nilai adat kami,” ujarnya.
Rahmat, perwakilan warga Gampong Laksana, mengucapkan terima kasih karena desanya dipercaya sebagai lokasi pemutaran film.
Baginya ini bukan sekadar tontonan, tapi pembelajaran tentang keunikan adat Kluet dan memberikan informasi mendalam tentang adat istiadat masyarakat Kluet.
“Harapannya kerja sama seperti ini dapat terus berlanjut,” kata dia.
Kegiatan pemutaran film ini juga dilanjutkan dengan diskusi terbuka bersama pembuat film, tokoh adat, dan warga. Diskusi membahas pentingnya pelestarian tradisi lokal dan peran media visual dalam memperkenalkan budaya kepada generasi muda.
Melalui film Take Lawe, masyarakat di Banda Aceh diajak untuk mengenal dan menghargai keberagaman adat istiadat di Aceh, serta mendukung upaya pelestarian budaya lokal melalui karya-karya kreatif. []