SAGOETV | BANDA ACEH – Dalam momentum Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H, makna hijrah sejati—yakni perubahan diri secara lahir dan batin dari kehidupan yang buruk menuju kehidupan yang diridhai Allah SWT.
“Hijrah bukan sekadar berpindah tempat, tetapi meninggalkan maksiat menuju ketaatan. Dari cinta dunia berlebihan menjadi cinta akhirat yang kekal,” ujar Dr. Tgk. H. A. Gani Isa, M.Ag, dalam Kajian dan Halaqah Magrib, Ahad, (29/6/2025) di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Dalam halaqahnya, Tgk. H. A. Gani menyoroti pentingnya tahwîl al-qalbi (perubahan hati) dari hubbud dunya (cinta dunia) kepada hubbil akhirah (cinta akhirat). Hijrah bukan hanya bagi yang berpindah kota atau negara, tapi setiap orang yang meninggalkan kebiasaan buruk, seperti judi online, narkoba, penipuan, maksiat, dan fitnah, menuju perbuatan yang dicintai Allah.
Ia juga menyinggung kisah hijrah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar ash-Shiddiq ke Madinah. “Saat bersembunyi di Gua Tsur, Allah menurunkan tentara yang tak terlihat, melindungi mereka dari pengejaran musuh. Ketika Abu Bakar cemas, Rasulullah menenangkan dengan kata-kata abadi: La tahzan innallaha ma’ana (jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita),” tuturnya penuh haru.
Iia mengajak umat untuk melakukan muhasabah (introspeksi), mengevaluasi amal selama setahun terakhir. “Jangan karena dunia, kita lupakan akhirat. Jangan sampai rezeki yang kita cari ternyata tak berkah karena cara mendapatkannya salah. Jangan abaikan salat, keluarga, dan kewajiban kepada Allah,” pesannya.
Dalam kesempatan itu, beliau mengajak jamaah untuk menghidupkan 10 Muharram (Hari Asyura) dengan puasa sunnah, sebagai bentuk syukur dan upaya menghapus dosa selama setahun yang lalu.
“Hijrah itu niat. Bila karena Allah, maka pasti Allah berkahi dan bimbing jalan kita. Semoga di tahun baru Islam ini, kita semua mampu berhijrah secara hakiki,” pungkasnya. []