SAGOETV | BANDA ACEH – Guru Besar Ilmu Filsafat Hukum Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, Prof. Dr. Tgk. H. Ali Abubakar, M.Ag., mengingatkan umat Islam akan bahaya ketamakan dan cinta dunia yang berlebihan. Pesan ini ia sampaikan dalam ceramah ba’da salat Isya dan Tarawih di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Selasa (18/03/2025), bertepatan dengan malam 19 Ramadhan 1446 H.
Mengawali ceramahnya, Prof. Tgk. H. Ali Abubakar menyampaikan kisah inspiratif tentang seorang ibu rumah tangga yang memperhatikan seekor semut yang terus kembali untuk meminum sirup yang tumpah di lantai. Hingga akhirnya, semut tersebut tenggelam dalam sirup dan mati. “Kisah ini menjadi perumpamaan bagi manusia yang tidak pernah puas dengan harta dan terus mengejar dunia hingga akhirnya terjebak dalam kebinasaan,” paparnya di hadapan jamaah.
Dalam ceramahnya, ia mengutip hadis Rasulullah Saw. yang menyatakan bahwa jika manusia memiliki satu lembah emas, maka ia akan menginginkan dua lembah. Tidak akan ada rasa cukup hingga tanah dimasukkan ke dalam mulutnya, yakni saat kematian menjemput. Hadis ini, menurut Prof. Ali Abubakar, menunjukkan bahwa ketamakan adalah sifat yang dapat membawa manusia kepada kehancuran.
Lebih lanjut, ia menjelaskan konsep manusia sebagai makhluk dengan dua potensi, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali. Potensi pertama adalah potensi ketuhanan, yang berasal dari ruh yang ditiupkan oleh Allah. Potensi kedua adalah potensi kebinatangan, yang lahir dari unsur tanah. Kedua potensi ini saling bertolak belakang, sehingga manusia terkadang bisa mencapai derajat tinggi seperti malaikat, namun di sisi lain juga dapat terjerumus dalam keburukan layaknya binatang. Nafsu menjadi penyebab utama seseorang jatuh dalam keserakahan dan kejahatan.
Dalam ceramahnya, Prof. Ali Abubakar juga mengutip Surah Yusuf ayat 53 yang menyatakan bahwa nafsu selalu mendorong manusia kepada kejahatan. Ia menekankan bahwa ketamakan sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Manusia yang tamak akan melakukan segala cara untuk memperoleh harta dan kekuasaan, tanpa mempedulikan aturan, norma, dan nilai agama.
Sebagai contoh, ia mengisahkan Qarun yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai sosok kaya raya yang sombong dan enggan menerima nasihat Nabi Musa. Kesombongannya menyebabkan Allah menenggelamkannya bersama seluruh hartanya ke dalam bumi. Dalam ilmu pengetahuan modern, peristiwa ini bisa diibaratkan seperti likuifaksi, di mana gempa bumi menyebabkan tanah mencair dan menelan segala yang ada di atasnya dalam sekejap.
Selain itu, ia menyinggung beberapa kasus korupsi terbesar dalam sejarah. Salah satunya adalah yang terjadi di Tunisia pada masa pemerintahan Presiden Ben Ali (1987–2011), di mana keluarganya menguasai kekayaan hingga mencapai 13 miliar dolar AS atau setara dengan 208 triliun rupiah. Ia juga menyebut skandal korupsi terbesar di dunia yang terjadi pada tahun 2014 di Eropa, dikenal sebagai “Russian Laundromat”, dengan total pencucian uang mencapai 80 miliar dolar AS atau sekitar 1.280 triliun rupiah. Ia berharap Indonesia tidak sampai menjadi negara dengan rekor korupsi terbesar di dunia, mengingat mayoritas penduduknya adalah Muslim.
Sebagai penutup, Prof. Ali Abubakar menekankan bahwa bulan Ramadhan adalah momen terbaik untuk melatih diri agar terhindar dari ketamakan. Puasa mengajarkan manusia untuk membatasi keinginan, berbagi dengan sesama, dan hidup lebih sederhana. Jika tidak, manusia akan terus terjebak dalam ketamakan yang tak berujung hingga akhirnya kematian datang menjemput.
Ia mengakhiri ceramahnya dengan sebuah pantun Melayu sebagai pengingat:
Burung undan burung nuri,
Terkena jerat di Kuala Kedah.
Tamak tuan memakan diri,
Rugi mendapat sesal tak sudah.
Ceramah ditutup dengan salat Tarawih dan Witir, yang diikuti oleh jamaah dengan khidmat. []