SAGOETV | BANDA ACEH — Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Tgk T Zulafadli atau lebih akrab dengan Waled Landeng meminta pihak sekolah pesantren untuk memperketat pengawasan terhadap jajanan yang dijual di lingkungan lembaga pendidikan. Hal ini disampaikan Waled Landeng dalam keterangan tertulis kepada Media ini, Senin (28/04/2025)
Waled mengingatkan, pihak Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD), pesantren dan sekolah harus memastikan jajanan yang dikonsumsi siswa terbebas dari unsur yang tidak halal. Ia menyebutkan, makanan tidak halal saat ini tidak hanya ditemukan di supermarket besar, tetapi juga mulai beredar di kios-kios kecil sekitar pesantren dan sekolah.
Selain itu, Waled juga meminta kantin-kantin sekolah dan pesantren untuk tidak menjual produk-produk yang terafiliasi dengan Zionis Israel, sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Dalam kesempatan tersebut, Waled turut meminta Tim JKPD untuk memperketat pengawasan pangan mulai dari tahap distribusi di luar daerah hingga ke tingkat sekolah. Tim JKPD diharapkan berkoordinasi dengan daerah-daerah produsen guna memastikan seluruh komoditas yang masuk ke Aceh bebas dari cemaran bahan kimia berbahaya.
Ia menegaskan, pengawasan ini penting dilakukan mengingat maraknya kasus anak-anak yang menderita penyakit kronis akibat konsumsi makanan yang mengandung penyedap, pewarna, dan pengawet berlebihan.
“Pedagang jajanan juga perlu diimbau agar lebih memperhatikan kualitas makanan yang dijual kepada anak-anak,” ujar Waled.
Ia juga meminta pihak sekolah bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan pengecekan rutin terhadap jajanan anak-anak di sekolah.
“Saya minta pihak sekolah mendatangkan BPOM minimal sepekan sekali untuk melakukan inspeksi. Kalau ditemukan ada pedagang yang menjual makanan dengan kadar bahan berbahaya yang tinggi, segera diberikan teguran atau informasi yang tepat,” katanya.
Menurut dia pengawasan ini penting mengingat konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) di kalangan anak-anak semakin meningkat. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan, kasus diabetes pada anak meningkat hingga 70 persen sejak 2010.
Bahkan, kata Linda, banyak anak yang saat ini harus menjalani cuci darah secara rutin akibat dampak buruk dari konsumsi makanan tidak sehat.
Data GlobalData Q2 2021 Consumer Survey juga menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat konsumsi minuman manis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik. Kondisi ini meningkatkan risiko obesitas, diabetes, hipertensi, hingga penyakit jantung koroner.
Kementerian Kesehatan RI telah mengingatkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 gram, natrium lebih dari 200 miligram, dan lemak lebih dari 67 gram per orang per hari, berisiko menimbulkan berbagai penyakit kronis.
turut menyoroti kantin-kantin sekolah yang masih menjual makanan dan minuman instan tinggi gula dan pengawet, seperti mie goreng dan cireng. Oleh karena itu, mereka meminta Dinas Pendidikan bersama Dinas Kesehatan Aceh untuk melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada kepala sekolah mulai dari tingkat TK hingga SMP.
“Kami juga mengharapkan kepala sekolah terjun langsung memantau kantin yang ada di lingkungan sekolah mereka masing-masing,” pungkasnya.[]




















