• Tentang Kami
Thursday, November 6, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Membangun Aceh Lewat Semangat Berprestasi: Strategi McClelland untuk Tanah Rencong

SAGOE TV by SAGOE TV
July 25, 2025
in Opini
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Membangun Aceh Lewat Semangat Berprestasi Strategi McClelland untuk Tanah Rencong

Ilustrasi. (AI)

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Dr. Ir. Dandi Bachtiar, M. Sc.

Apa yang membuat sebuah bangsa atau daerah menjadi maju? Apakah karena kekayaan alamnya? Atau karena bantuan dana dari pusat? Aceh telah lama menjadi bahan refleksi nasional: sebuah provinsi dengan sejarah perjuangan yang gagah, kekayaan alam yang melimpah, dan keistimewaan politik yang diakui undang-undang, namun hingga kini masih tertinggal dalam banyak aspek pembangunan. Salah satu penyebab utamanya mungkin bukan semata pada sumber daya yang kurang, melainkan pada motivasi manusia yang belum sepenuhnya diarahkan ke arah prestasi dan tanggung jawab.

Dalam dunia ilmu psikologi dan pembangunan manusia, nama David C. McClelland adalah salah satu pemikir penting yang menjelaskan bagaimana kemajuan bisa dimulai dari sesuatu yang tak kasat mata: motivasi dalam diri manusia. Melalui teorinya yang dikenal sebagai Theory of Needs, McClelland menyebut bahwa ada tiga kebutuhan mendasar dalam diri manusia: kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan untuk berkuasa (need for power). Di antara ketiganya, kebutuhan untuk berprestasi (nAch) adalah motor penggerak utama kemajuan.

BACA JUGA

Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

Menjemput Fajar Investasi Aceh: Dari Narasi Potensi ke Realitas Ekonomi Baru

Teori ini telah diterapkan dalam berbagai konteks: dari manajemen sumber daya manusia, pengembangan kepemimpinan, hingga pembangunan ekonomi nasional. Bahkan, McClelland sendiri pernah menguji secara empiris bahwa budaya masyarakat dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam jangka panjang.

Lalu, bagaimana jika pendekatan ini kita terapkan di Aceh? Dapatkah Aceh—dengan sekitar lima juta jiwa penduduk—membangun ulang masa depannya melalui pembinaan motivasi berprestasi pada masyarakatnya?

1. Dari Kekhususan Menuju Ketangguhan

Aceh bukanlah daerah biasa. Ia memikul warisan sejarah sebagai daerah pertama yang menyatakan kemerdekaan, pusat perlawanan kolonial, dan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menjalankan syariat Islam secara formal. Namun justru karena status istimewanya inilah, Aceh sering terjebak dalam narasi “keistimewaan pasif”: menerima, menunggu, dan berharap.

Baca Juga:  UIN Ar-Raniry Kukuhkan 6 Guru Besar, Prof KBA hingga Prof Saiful Akmal

Jika Aceh ingin benar-benar maju, maka pendekatan pembangunan harus bergeser dari distribusi bantuan menjadi pembinaan karakter dan motivasi manusia. Kita tidak lagi bertanya “apa yang bisa diberikan untuk Aceh”, melainkan “apa yang bisa orang Aceh lakukan untuk dirinya, lingkungannya, dan bangsanya.”

2. Sekolah Sebagai Kawah Pencetak Jiwa Berprestasi

Langkah pertama dan paling mendasar adalah pendidikan. Sekolah di Aceh harus bertransformasi dari sekadar tempat menghafal menjadi tempat membangun karakter.

Mata pelajaran sejarah bisa menampilkan kisah para pahlawan Aceh bukan hanya dalam aspek perjuangan bersenjata, tetapi dalam semangat keuletan, strategi, dan ketekunan mereka. Tokoh-tokoh seperti Cut Nyak Dhien, Tgk. Chik di Tiro, dan Teuku Umar perlu diangkat bukan hanya karena keberanian mereka, tapi juga karena kecerdikan dan dedikasi mereka yang merepresentasikan motivasi berprestasi tinggi.

Di sisi lain, pembelajaran berbasis proyek dan inovasi harus diperluas. Anak-anak Aceh perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah di sekitarnya, bukan sekadar mengerjakan soal pilihan ganda. Misalnya, lomba sains tidak hanya di tingkat nasional, tapi hingga ke gampong: siapa yang bisa membuat alat pengering hasil tani paling sederhana, atau desain kursi sekolah dari limbah plastik.

Program seperti “Satu Anak Satu Mimpi” juga layak dikembangkan: setiap anak di SD dan SMP diwajibkan menuliskan impiannya setiap tahun, dan guru membimbing proses pencapaian jangka pendeknya. Ini adalah teknik yang terbukti meningkatkan orientasi berprestasi sejak dini.

3. Ubah Budaya Birokrasi: Dari Jabat Tangan ke Jejak Kinerja

Aceh memiliki anggaran besar, tapi hasilnya belum terasa signifikan bagi rakyat. Salah satu penyebabnya adalah budaya birokrasi yang belum produktif. Gaya kepemimpinan birokrat masih banyak yang berorientasi pada kekuasaan (nPow) atau relasi personal (nAff), bukan pada pencapaian kinerja (nAch).

Perlu revolusi kecil: promosi jabatan dan penghargaan bukan lagi berdasarkan senioritas atau koneksi, melainkan pada capaian inovatif dan dampak nyata. SKPK yang berhasil menciptakan layanan publik yang cepat, transparan, dan efisien harus diberi ruang lebih besar dan dijadikan rujukan daerah lain.

Baca Juga:  Aceh International Forum 2024 Bahas Isu Kemanusiaan, Dihadiri Delegasi 8 Negara

Aceh bisa menjadi pelopor dalam membangun birokrasi berorientasi hasil (result-oriented bureaucracy). Bahkan bisa dibayangkan sistem insentif daerah yang memberi bonus khusus bagi ASN yang berhasil menyelesaikan target publik berdampak tinggi, seperti menurunkan angka stunting di satu kecamatan atau menaikkan pendapatan nelayan lokal lewat intervensi kebijakan.

4. Kembangkan Role Model Lokal dan Ekosistem Prestasi

Orang belajar dari contoh, bukan ceramah. Maka, Aceh butuh sebanyak mungkin figur publik yang menjadi simbol keberhasilan karena kerja keras, bukan karena koneksi. Ini bisa dalam bentuk petani sukses, wirausahawan muda, inovator teknologi, penulis, seniman, guru kreatif, dan lain-lain.

Media lokal harus mulai memberi ruang pada kisah-kisah seperti ini, bukan hanya berita konflik dan politik. Televisi daerah dan kanal YouTube bisa membuat program seperti “Tokoh Minggu Ini” yang menghadirkan anak-anak muda Aceh yang sukses di berbagai bidang.

Dalam jangka panjang, bisa dibentuk Pusat Prestasi Aceh: lembaga nirlaba yang mengkurasi, membina, dan memberi panggung bagi generasi muda berprestasi di Aceh, sekaligus menjadi penghubung mereka dengan dunia luar: nasional dan global.

5. Intervensi Budaya: Dari Syair hingga Serial YouTube

Teori McClelland juga menekankan pentingnya narasi budaya dalam menanamkan motivasi. Di Aceh, ini bisa dimulai dari syair, hikayat, tarian, dan cerita rakyat yang ditulis ulang dengan semangat kemajuan. Misalnya, kisah Laksamana Malahayati bukan hanya ditampilkan sebagai pejuang, tapi juga pemimpin perempuan yang tegas dan cerdas secara strategi.

Kita bisa membayangkan serial animasi Aceh di YouTube untuk anak-anak, yang setiap episodenya menyisipkan pesan-pesan kerja keras, keberanian mencoba, dan pentingnya meraih mimpi. Atau program dakwah di televisi yang menampilkan narasi Islam sebagai agama kerja, disiplin, dan kejujuran—sesuai semangat hadits “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”

Baca Juga:  1 Muharram 1447 H Jatuh pada Tanggal Berapa? Ini Penjelasan Kemenag Aceh

6. Pemuda Aceh: Dari Pegawai Negeri ke Pelopor Negeri

Salah satu fenomena yang perlu dikoreksi adalah kecenderungan generasi muda Aceh untuk menggantungkan masa depan pada “tes CPNS” sebagai satu-satunya jalan karier. Ini bukan hal buruk, tapi jika 80 persen anak muda hanya mengejar pekerjaan yang aman, maka potensi inovasi dan kewirausahaan akan lumpuh.

Aceh butuh lebih banyak pemuda yang berpikir seperti pembuat solusi, bukan pencari jaminan. Maka pemerintah perlu menggulirkan program seperti:

  • 1000 Startup Aceh: program pelatihan dan pembinaan usaha berbasis masalah lokal.
  • Beasiswa Berbasis Ide: bukan hanya IPK tinggi, tapi proposal inovasi sosial dan teknologi.
  • Magang Internasional: bekerja sama dengan lembaga global agar anak muda Aceh melihat dunia dan pulang dengan semangat baru.

7. Evaluasi dan Ketekunan: Kunci dari Semua Upaya

Semua yang telah disebutkan di atas hanya bisa berhasil jika dilakukan secara konsisten dan dievaluasi berkala. Universitas-universitas di Aceh seperti USK, Unimal, UTU, Unsam dan UIN Ar-Raniry bisa dilibatkan untuk merancang Indeks Motivasi Prestasi Masyarakat Aceh (IMPA) – sebuah survei berkala yang memantau perubahan orientasi masyarakat.

Evaluasi juga bisa dilakukan pada capaian sekolah, output wirausaha baru, dan jumlah inovasi yang lahir dari gampong.

Tanah Rencong sebagai Tanah Pencapaian

Aceh bukan hanya tanah tangis duka dan perjuangan. Ia juga bisa menjadi tanah pencapaian dan pembaruan. Dengan mengambil inspirasi dari teori McClelland, kita sadar bahwa pembangunan bukan hanya soal jalan dan jembatan, tapi tentang isi kepala dan isi hati rakyatnya.

Motivasi adalah bahan bakar paling dalam dan bernilai dari kemajuan. Maka membangun Aceh masa depan berarti menanamkan semangat berprestasi dalam generasi sekarang. Di sinilah jalan baru bisa dimulai: dari dalam diri, menuju perubahan kolektif. []

Penulis adalah peminat sejarah peradaban Aceh, dan kini berstatus sebagai dosen di Departemen Teknik Mesin dan Industri – USK

Tags: acehArtikelbangsakemajuanmcclellandopiniPrestasiTanah Rencong
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus
Opini

Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

by SAGOE TV
November 1, 2025
Menjemput Fajar Investasi Aceh Dari Narasi Potensi ke Realitas Ekonomi Baru
Opini

Menjemput Fajar Investasi Aceh: Dari Narasi Potensi ke Realitas Ekonomi Baru

by SAGOE TV
November 1, 2025
Mewujudkan Kemandirian Listrik Aceh, Antara Potensi dan Tantangan
Opini

Mewujudkan Kemandirian Listrik Aceh, Antara Potensi dan Tantangan

by SAGOE TV
October 5, 2025
Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?
Opini

PLN, Monopoli Listrik, dan Keadilan Energi: Perspektif Maqashid Syariah

by SAGOE TV
October 1, 2025
Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?
Opini

Ketergantungan Ekonomi Aceh Terhadap Sumut: Razia Plat BL, Luka Lama, dan Jalan Menuju Kemandirian

by SAGOE TV
October 1, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Kisah Haru di Panggung MTQ

Kisah Haru di Panggung MTQ

November 2, 2025
Agam Hana Raba Krèh

Agam Hana Raba Krèh

November 4, 2025
Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

Paradoks Darussalam: Demokrasi yang Bising di Luar, tapi Bisu di Kampus

November 1, 2025
Persiraja Raih Kemenangan Perdana di Kandang, Gol Penalti Connor Tundukkan Persekat

Persiraja Raih Kemenangan Perdana di Kandang, Gol Penalti Connor Tundukkan Persekat

November 3, 2025
Mualem Tegaskan Identitas Serambi Makkah, Tes Baca Al-Qur’an Bakal Jadi Syarat Wajib di Aceh

Mualem Tegaskan Identitas Serambi Makkah, Tes Baca Al-Qur’an Bakal Jadi Syarat Wajib di Aceh

November 2, 2025
Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

Aceh Negerinya Seribu Satu Warung Kopi

November 2, 2025
Wujudkan Ekonomi Sirkular, Tim FEB Unimal Edukasi Warga Lancang Garam Kelola Sampah Berkelanjutan

Wujudkan Ekonomi Sirkular, Tim FEB Unimal Edukasi Warga Lancang Garam Kelola Sampah Berkelanjutan

November 4, 2025
Harga Tiket Persiraja vs Garudayaksa FC Resmi Dirilis, Mulai Rp30 Ribu

Persiraja vs Persekat: Laskar Rencong Uji Ketangguhan di Kandang Sendiri

November 1, 2025
Putri Aceh dan Putra Jawa Timur Terpilih Jadi Duta DPD RI 2025

Putri Aceh dan Putra Jawa Timur Terpilih Jadi Duta DPD RI 2025

November 4, 2025

EDITOR'S PICK

Senam Oksitosin Meriahkan Pekan Menyusui Sedunia 2025 di Banda Aceh, Dukungan untuk Ibu Menyusui Makin Kuat

Senam Oksitosin Meriahkan Pekan Menyusui Sedunia 2025 di Banda Aceh, Dukungan untuk Ibu Menyusui Makin Kuat

August 4, 2025
Web 3.0, Blockchain dan Guru Kita?

Web 3.0, Blockchain dan Guru Kita?

January 19, 2022
Dua Buku Karya Penulis Aceh Masuk Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Dua Buku Karya Penulis Aceh Masuk Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 18, 2025
Kemenag Tak Lagi Urus Haji, Fokus Utama Kini pada Pelayanan dan Pendidikan Keagamaan

Kemenag Tak Lagi Urus Haji, Fokus Utama Kini pada Pelayanan dan Pendidikan Keagamaan

August 5, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.