• Tentang Kami
Friday, November 28, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Mengapa Amerika Gagal di Afghanistan?

Sahlan Hanafiah by Sahlan Hanafiah
May 17, 2025
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Sahlan Hanafiah

Sahlan Hanafiah. Foto: dok. SagoeTV

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Sahlan Hanafiah.
Staf Pengajar Program Studi Sosiologi Agama UIN Ar Raniry, Banda Aceh.

Afghanistan terancam perang saudara setelah Amerika dan sekutu secara bertahap menarik pasukannya setelah 20 tahun bertahan disana.

Awalnya kehadiran Amerika di Afghanistan dipicu oleh penolakan penyerahan Osama Bin Laden yang disinyalir bersembunyi di wilayah kekuasaan Taliban. Osama oleh Amerika dianggap otak intelektual dibalik serangan teroris mematikan yang kemudian dikenal dengan istilah nine eleven (9/11).

BACA JUGA

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Akibat bersikap tidak kooperatif, Amerika mencongkel Taliban dari kekuasaan dan menggantikannya dengan rezim baru pro Amerika. Berharap melalui rezim baru, Afghanistan dapat mempraktekkan sistem demokrasi liberal ala Barat.

Namun kenyataan berkata lain, selama 20 tahun mengawal, sistem demokrasi liberal ternyata tidak kunjung mengakar, sistem tersebut tidak bekerja sebagaimana diharapkan.

Realitas tersebut membuat Amerika putus asa dan frustrasi sehingga pada saat Donald Trump menjabat presiden AS ke 45, gagasan penarikan tentara Amerika dari Afghanistan mulai digulirkan dan mendapat dukungan luas.

Selain itu, Donald Trump sendiri memang tidak terlalu percaya dengan sistem demokrasi liberal. Dalam banyak kesempatan ia selalu menyerang sistem tersebut.

Dalam imajinasi Trump, sistem demokrasi liberal identik dengan partai Demokrat yang mengusung nilai-nilai liberal, melindungi dan memberi tempat kepada kelompok minoritas, seperti komunitas Muslim dan kulit hitam di Amerika, membantu negara lain namun pada saat yang sama melupakan pembangunan negara sendiri.

Menurut logika dan retorika politik Trump, yang harus menjadi prioritas adalah negara dan warna negara sendiri atau dalam istilah Trump “orang asli Amerika”, buka warga dan negara lain. Sikap politik Trump tersebut tercermin dengan jelas dalam beberapa kebijakannya, seperti mengurangi jumlah bantuan dana untuk lembaga seperti PBB, WHO dan USAID.

Baca Juga:  Pemulangan Jemaah Haji Aceh: 3.126 Orang Sudah Tiba, 4 Kloter Masih di Madinah

Penarikan tentara Amerika dari Afghanistan yang saat ini dieksekusi di era presiden Joe Biden juga dilakukan atas dasar cara berpikir Trump seperti itu, menyelamatkan uang dan putra putri terbaik Amerika dari perang yang tidak jelas misinya.

Cara berpikir Trump memang tidak sepenuhnya didukung oleh politisi partai Republik, termasuk Bush Junior. Namun, pengikut Trump yang jumlahnya dapat dilihat dari pemilihan presiden AS 2020, percaya dan mendukung sepenuhnya pada sikap politik Trump.

Goerge W Bush atau dikenal Bush Junior, presiden Amerika ke 43 yang menjabat pada saat peristiwa 9/11, dalam sebuah wawancara TV menyayangkan penarikan pasukan Amerika dan NATO dari Afghanistan. Bush berpendapat, Afghanistan masih membutuhkan kehadiran Amerika, terutama dalam rangka melindungi perempuan, anak-anak, dan penerjemah dari Taliban.

Pertanyaannya dan menjadi pertanyaan banyak pengamat internasional, mengapa Taliban tetap menjadi ancaman? Mengapa Amerika dan sekutunya selama 20 tahun gagal menekan pengaruh Taliban di Afghanistan?

Jawaban yang diberikan antropolog Thomas J. Barfield dalam bukunya “Afghanistan: A Culture and Political History” menarik perhatian saya. Menurut Barfield, kegagalan Amerika menjalankan misinya di Afganistan disebabkan karena lemahnya pengetahuan tentang Afghanistan.

Dengan kata lain, pengetahuan Amerika tentang Afghanistan, baik dari segi politik, sosial, ekonomi dan budaya tidak cukup lengkap dipelajari oleh Amerika sebelum menjalankan misinya. Amerika, barangkali karena panik, lalu menjalankan misi counter terrorism tanpa rencana dan strategi yang matang dan tanpa peta jalan yang jelas.

Menurut Barfield, sistem demokrasi liberal dengan model hyper conservative atau demokrasi yang dipaksakan dari atas dan dikawal oleh tentara dari bawah tidak cocok dan sulit berhasil mengingat secara sosio kultural Afghanistan dan Amerika sangat berbeda.

Baca Juga:  Akankah China-Rusia Bakal Masuk Jebakan Rawa Perang Asimetris dan Bom Waktu AS di Afghanistan?

Dalam sejarahnya, menurut Barfield, Afghanistan tidak mengenal model pemerintah demokratis atau pemilihan langsung. Pemerintahan Afghanistan dari hasil kajian lapangan yang dilakukan Barfield bertahun tahun sejak pertengahan 1970-an cenderung dijalankan berdasarkan  siapa yang kuat, yang mampu menjamin keamanan dan ketertiban di wilayahnya maka marekalah yang berkuasa.

Namun, sistem tersebut menurut Barfield bukan berarti yang paling tepat diterapkan saat ini. Barfield cenderung menawarkan federalisme, kekuasaan berdasarkan wilayah. Bukan sentralistik, bukan pula demokrasi langsung yang berlaku sama untuk seluruh kawasan sebagaimana dipraktekkan di Indonesia saat ini. Dengan federalisme, sistem politik berlaku otonom di wilayah masing-masing sesuai kebutuhan dan budaya masyarakat setempat.

Jika di satu kawasan, misalnya wilayah pedalaman yang rata-rata dikuasai Taliban menginginkan sistem pemerintahan tradisional, maka sistem tersebut harus diakomodir sepanjang tidak menimbulkan kegaduhan. Demikian pula sebaliknya, wilayah perkotaan seperti Kabul, Herat, Kandahar, dan Mazar-i-Sharif, dimana rata-rata penduduk di wilayah tersebut lebih terbuka, beragam, dan mendapat pendidikan modern, maka model demokrasi dinilai lebih sesuai.

Meski sistem federalisme belum teruji di Afghanistan, namun tawaran Thomas J Barfield bisa jadi alternatif solusi terhadap krisis politik yang terjadi saat ini di Afghanistan. Sementara sistem demokrasi liberal yang dilakukan dengan pendekatan hyper conservative dari ekperimen selama 20 tahun Amerika di Afghanistan telah terbukti gagal.

Demokrasi liberal sebagaimana juga dipraktekkan di banyak negara miskin dan sedang berkembang lainnya sejauh ini hanya melahirkan elit politik korup, oligarki, dan autokrat. Mereka hanya menumpuk kekayaan, mengamankan kekuasaan, dan membangun dinasti politik berbasis keluarga. Sementara pembangunan dan kehidupan rakyat terutama di pelosok terabaikan.

Dalam kasus Afghanistan, ruang kosong itulah yang selama ini diisi oleh Taliban di wilayah pedalaman, sehingga bisa dipahami mengapa Amerika kualahan merebut “hati dan pikiran” penduduk pedalaman Afghanistan.  Sementara itu, perilaku korup elit politik Afghanistan yang bermukim di perkotaan justru memperburuk citra sistem demokrasi. Itulah yang membuat Amerika frustasi dan angkat kaki dari Afghanistan.[]

Baca Juga:  Gubernur Mualem Terima Silaturahmi MUNA, Gagas Pertemuan Ulama se-Aceh
Tags: acehAmerika SerikatIndonesiaOsama Bin LadenPerang AfghanistanTaliban
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Sahlan Hanafiah

Sahlan Hanafiah

Sahlan Hanafiah adalah Penggerak "Rumoh NekNyah" di Ulee Glee Pidie Jaya, Aceh.

Related Posts

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?
Artikel

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

by SAGOE TV
July 19, 2025
Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Artikel

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

by SAGOE TV
July 5, 2025
Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh Fakta yang Jarang Diketahui!
Artikel

Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh: Fakta yang Jarang Diketahui!

by SAGOE TV
July 3, 2025
Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh
Artikel

Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh

by SAGOE TV
July 1, 2025
Dua Dekade Damai Aceh
Artikel

Dua Dekade Damai Aceh

by SAGOE TV
June 27, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

SAM Airlines Matangkan Operasional Penerbangan Umrah Langsung dari Aceh ke Jeddah

SAM Airlines Matangkan Operasional Penerbangan Umrah Langsung dari Aceh ke Jeddah

November 22, 2025
Evaluasi Diri Calon Rektor Perempuan USK

Evaluasi Diri Calon Rektor Perempuan USK

November 27, 2025
Menjadi Pemimpin Rita Khathir

Menjadi Pemimpin

November 17, 2025
Maulid Raya Dirangkai dengan Festival GAYAIN Aceh: Kuah Beulangong hingga Parade Idang Meulapeh

Maulid Raya Dirangkai dengan Festival GAYAIN Aceh: Kuah Beulangong hingga Parade Idang Meulapeh

November 23, 2025
Persiraja vs Sriwijaya FC: Laga Kandang Pamungkas 2025, Tiket Mulai Rp 30 Ribu

Persiraja vs Sriwijaya FC: Laga Kandang Pamungkas 2025, Tiket Mulai Rp 30 Ribu

November 23, 2025
Aceh Youth Summit 2025: Menekraf Teuku Riefky Harsya Minta Pemuda Aceh Siap Hadapi Era Digital

Aceh Youth Summit 2025: Menekraf Teuku Riefky Harsya Minta Pemuda Aceh Siap Hadapi Era Digital

November 22, 2025
gempa

Gempa M6,3 Guncang Simeulue Aceh, 15 Gempa Susulan Tercatat BMKG

November 27, 2025
Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

PLN, Monopoli Listrik, dan Keadilan Energi: Perspektif Maqashid Syariah

October 1, 2025
Menekraf Teuku Riefky Harsya Apresiasi Aceh Youth Summit Jadikan Kreativitas Kekuatan Baru dari Aceh

Menekraf Teuku Riefky Harsya Apresiasi Aceh Youth Summit: Jadikan Kreativitas Kekuatan Baru dari Aceh

November 22, 2025

EDITOR'S PICK

Wakil Gubernur Aceh Bahas Kelanjutan Rencana Investasi dengan Dubes UEA

Wakil Gubernur Aceh Bahas Kelanjutan Rencana Investasi dengan Dubes UEA

April 18, 2025
Robot Perempuan dan Ramalan Adil Gender

Robot Perempuan dan Ramalan Adil Gender

March 24, 2025
Agresi Militer Belanda II adalah serangan yang dilancarkan Belanda pada 19 Desember 1948. (Foto: Nationaal Museum van Wereldculturen/C.J. Taillie via Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0)

Agresi Militer, Kontribusi Sosiawan dan Penataan Kesejahteraan

March 15, 2025
Museum Haji Harun Keuchik Leumiek di Tepi Krueng Aceh Dapat Apresiasi BPK: Megah dan Sarat Nilai Budaya

Museum Haji Harun Keuchik Leumiek di Tepi Krueng Aceh Dapat Apresiasi BPK: Megah dan Sarat Nilai Budaya

November 8, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.