SAGOE | BANDA ACEH – Penjabat Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Aceh, Safriati, secara resmi membuka Pekan Raya Leuser 2024 yang diselenggarakan oleh Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA), di Banda Aceh, Jumat (6/12/2024). Acara yang mengusung tema ‘Woman in Conservation’ itu diikuti peserta dari 15 kabupaten/kota, yang sebagian besarnya adalah perempuan.
Safriati dalam sambutannya menyebutkan bahwa perempuan memiliki kepentingan besar terhadap pelestarian alam karena mereka berperan langsung dalam memastikan keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang.
“Perempuan adalah garda terdepan dalam pelestarian lingkungan. Kita, sebagai ibu, tidak hanya menjaga keluarga, tetapi juga harus memastikan keberlanjutan alam untuk anak-cucu. Kita membutuhkan sumber daya seperti air bersih dan makanan yang berasal dari alam. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan harus sejalan dengan pelestarian lingkungan,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait konservasi. Menurut Safriati, perempuan sering kali dipinggirkan, padahal mereka memiliki kemampuan multitasking yang tak tergantikan.
“Kami perempuan ingin dilibatkan. Perempuan memiliki peran luar biasa dan kapasitas besar dalam menjaga alam. Mari tunjukkan bahwa perempuan tidak bisa diabaikan dalam konservasi,” kata Safriati.
Pj Ketua TP PKK Aceh mengajak masyarakat untuk meningkatkan akses perempuan terhadap pelatihan berbasis lingkungan, serta membangun jaringan komunikasi yang solid untuk berbagi informasi dan mencari solusi bersama dalam menghadapi tantangan konservasi.
Pekan Raya Leuser 2024 diharapkan menjadi wadah kolaborasi lintas daerah untuk memperkuat upaya pelestarian lingkungan di Aceh. Dengan partisipasi dari 15 kabupaten/kota, acara ini membuka ruang komunikasi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan.
“Perempuan dan masyarakat harus aktif dalam upaya konservasi. Dengan jaringan yang kuat, kita bisa berbagi informasi dan menemukan solusi terbaik untuk menjaga lingkungan kita bersama,” ujar Safriati.
Sekretaris Yayasan HAkA, Badrul Irfan, memaparkan bahwa Aceh memiliki 3,5 juta hektare kawasan hutan, termasuk Ekosistem Leuser yang menjadi habitat spesies langka seperti gajah, badak, orang utan, dan harimau.
“Hutan Aceh adalah kebanggaan kita, tetapi ancamannya juga besar. Pada 2023, Aceh mengalami 97 kasus banjir, banyak di antaranya disebabkan oleh deforestasi. Sebanyak 8.906 hektare tutupan hutan hilang tahun lalu,” ujar Badrul.
Ia menekankan bahwa hilangnya tutupan hutan tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga meningkatkan risiko bencana. Oleh karena itu, menjaga tutupan pohon melalui upaya konservasi aktif menjadi hal yang sangat penting. []