Oleh: Satia Zen.
Guru Sekolah Sukma Bangsa Bireuen, Mahasiswa S3 Fakultas Pendidikan dan Budaya, Universitas Tampere, Finlandia.
Pada tanggal 1 Mei kemarin, pekerja di seluruh dunia mengadakan peringatan Hari Buruh ditandai dengan berbagai kegiatan. Di Finlandia sendiri, peringatan ini adalah salah satu perayaan yang paling ditunggu-tunggu dan diselengarakan dengan sangat meriah. Bahkan jika bisa dikatakan, ada nuansa karnaval dan keceriaan terlihat beberapa hari sebelum tanggal 1 Mei. Hal ini bisa jadi sedikit berbeda dari peringatan Hari Buruh di negara lain pada umumnya.
Pada hari itu, suasana di kota Tampere, tempat kami tinggal terlihat meriah dan hidup. Saya seperti melihat sisi lain dari orang Finlandia yang biasanya terkesan pendiam dan tertutup. Namun pada hari itu, semua orang terlihat mengenakan senyum terbaiknya dan saling menyapa. Seolah-olah setelah berhibernasi selama musim dingin, orang Finlandia ikut mencair bersama matahari yang semakin lama bertengger di langit ketika memasuki musim semi.
Peringatan Hari Buruh atau May Day, di Finlandia disebut Vappu, adalah hari untuk pekerja dan mahasiswa. Selain itu, May Day di sini juga bersamaan dengan perayaan awal musim semi. Kata ’Vappu’ sendiri, berasal dari salah satu santo yaitu, Saint Walpurga (atau Valburg) yang dirayakan dengan membuat api unggun untuk mengusir roh jahat dan sihir. Namun, seiring waktu makna perayaan ini bergeser dan lebih diasosiakan dengan gerakan pekerja dan mahasiswa serta menandai awal musim semi.
Menjelang tanggal 1 Mei, di sekitar kampus saya, akan terlihat mahasiswa berkerumun menggunakan halari (baju overall) berwarna-warni dengan tempelan-tempelan emblem perusahaan, institusi dan sponsor lainnya. Setiap fakultas memiliki halari dengan warna yang berbeda.
Selain itu, pada tanggal 1 Mei, saya juga melihat banyak orang mengenakan topi mahasiswa khas berwarna putih dengan bagian depan berwarna hitam yang disebut dengan ylioppilasklakki (dibaca uliopilaslaki). Topi ini menandai, mereka yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah menengah atas dan universitas. Saya melihat warga tua dan muda mengenakan topi ini dengan bangga sambil berpiknik bersama keluarga dan teman-teman mereka.
Setiap kampus juga memiliki ritual tertentu yang berbeda-beda. Di Tampere misalnya, mahasiswa baru di fakultas teknik akan dicelupkan ke air yang mengalir di tengah Kota Tampere antara Danau Näsi dan Pyhä. Dengan menaiki keranjang besi yang digantungkan ke derek khusus, sekitar 12 mahasiswa akan dicelupkan secara bergantian ke dalam air sambil meneriakkan yel-yel fakultas mereka.
Di Helsinki, Vappu diawali dengan memandikan kemudian meletakkan topi mahasiswa di kepala patung Havis Amanda di Kauppatori, Helsinki. Ritual-ritual mahasiswa ini menjadikan suasana perayaan May Day menjadi unik dan memiliki makna yang berbeda dari peringatan hari besar lainnya.
Namun seperti May Day di negara-negara lain, serikat pekerja juga melakukan kegiatan khusus untuk memperingati Hari Buruh. Di beberapa tempat terbuka, saya melihat pidato-pidato oleh perwakilan serikat pekerja menyuarakan isu-isu yang menjadi fokus dari gerakan ini. Pidato ini dihadiri oleh para anggota serikat pekerja dari berbagai profesi.
Setiap orang yang bekerja di Finlandia biasanya menjadi anggota serikat pekerja yang jumlahnya ada sekitar 80 organisasi. Keanggotaan serikat ini bisa dipilih berbasis latar belakang pendidikan atau profesi yang dimiliki. Bahkan, Profesor pun memiliki serikat mereka sendiri. Namun, ketika masih kuliah, mahasiswa biasanya memiliki serikat sendiri dan anggotanya memiliki akses terhadap berbagai layanan yang disediakan oleh serikat pelajar.
Serikat-serikat pekerja juga mengelola dana unemployment. Sehingga ketika anggota serikat berhenti dari pekerjaan mereka karena suatu hal, mereka dapat mengandalkan uang dari serikat pekerja dan jika memenuhi syarat juga mendapat tunjangan dari pemerintah. Hal ini membantu pekerja dalam proses mencari tempat kerja baru. Atau, jika mereka belajar kembali, tunjangan dari serikat membantu mereka selama tidak memiliki penghasilan karena menjalani pendidikan. Hal ini tentunya diatur melalui iuran dan jenis keanggotaan yang ada di serikat pekerja tertentu.
Selain melakukan negosiasi untuk memperjuangkan hak-hak pekerja dengan perwakilan dari serikat industri. Serikat pekerja juga bertanggung jawab akan kualitas dan martabat profesi mereka serta kondisi dimana anggota mereka bekerja.
Serikat profesor tahun ini misalnya memiliki agenda untuk menyumbang kepada kebijakan pemerintah mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, mendorong kondisi kerja yang kompetitif secara internasional di universitas dan lembaga penelitian, serta mendukung tumbuhnya komunitas pendidikan tinggi yang partisipatif dan fungsional. Hal ini menjadi sinyal bahwa serikat melihat bekerja tidak hanya sekedar mencari upah. Bekerja merupakan ekspresi kemanusiaan dimana setiap individu memberikan sumbangsih untuk meningkatkan kualitas hidup bersama melalui profesi yang mereka jalani.
Meleburnya perayaan Hari Buruh menjadi hari perayaan pekerja dan mahasiswa di Finlandia serta perayaan awal musim semi merupakan hal yang menarik. Suasana terlihat jauh dari ketegangan, hari ini adalah hari dimana pekerja berlibur dan menikmati musim semi. Sehingga banyak tempat usaha yang tutup untuk memberikan kesempatan bagi pekerja mereka untuk ikut merayakannya.
Meskipun ada kecenderungan hal ini juga menggeser maknanya menjadi hura-hura dan pesta. Namun untuk saya, peleburan ini bisa dimaknai dengan leburnya sekat-sekat di antara pekerja itu sendiri. Terpulang dari keragaman profesi yang ada, semua orang yang bekerja dan menerima upah adalah pekerja. Dan pekerjaan yang bermartabat mendukung ekspresi kreativitas dan kemanusiaan.
Selain itu, perayaan ini juga meleburkan sekat antara mahasiswa dan pekerja. Seolah-olah menegaskan kembali bahwa pelajar yang dididik dan dipersiapkan dengan baik, akan menjadi pekerja yang menjaga martabat dan harga diri profesi yang akan mereka jalani nantinya. Hyvää vappua!