• Tentang Kami
Friday, November 28, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Seni sebagai Fondasi Peradaban: Mengapa Pendidikan Seni Sama Pentingnya dengan Kedokteran dan Teknik

SAGOE TV by SAGOE TV
May 28, 2025
in Analisis
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Seni sebagai Fondasi Peradaban Mengapa Pendidikan Seni Sama Pentingnya dengan Kedokteran dan Teknik

Ilustrasi. (AI)

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Ari J. Palawi

Ketika saya menulis artikel “Industri Kreatif Aceh: Panggung Kosong, Sistem Palsu“, yang memantik banyak reaksi dan debat, satu hal yang terus mengemuka adalah bahwa kita sedang mengobati gejala, tetapi mengabaikan akar. Persoalan industri kreatif Aceh tidak berdiri sendiri. Ia terhubung langsung dengan lemahnya posisi pendidikan seni, baik secara struktural dalam sistem pendidikan, maupun secara kultural dalam cara pandang masyarakat terhadap seni itu sendiri.

Padahal jika kita jujur membaca sejarah, seni dan kebudayaan bukan sekadar pelengkap pembangunan, melainkan fondasi peradaban. Bangsa-bangsa besar di dunia—dari peradaban Islam klasik hingga Eropa pasca-Renaissance—bertumbuh di atas pemuliaan terhadap karya seni, pemikiran simbolik, dan ekspresi budaya. Sayangnya, di Aceh hari ini, warisan budaya yang kaya belum diiringi dengan sistem pendidikan seni yang kuat dan berkelanjutan.

BACA JUGA

Evaluasi Diri Calon Rektor Perempuan USK

Menghidupkan Dua Mesin Ekonomi Aceh: Saatnya Likuiditas Menjadi Strategi Pembangunan

Teknik dan Kedokteran Dihormati, Mengapa Seni Tidak?

Kita hidup di masyarakat yang menghormati profesi dokter dan insinyur. Mengapa? Karena hasil kerjanya terlihat: rumah sakit berdiri, jembatan menghubungkan, penyakit sembuh. Tapi seni juga menghasilkan—ia menciptakan harmoni sosial, pemulihan psikologis, dan jati diri kolektif. Bedanya, hasilnya tidak selalu berbentuk bangunan atau alat, melainkan makna, kesadaran, dan relasi antarmanusia.

Kita lupa bahwa bendera, lagu kebangsaan, arsitektur masjid, hingga motif-motif ukiran adat yang kita banggakan—semuanya adalah hasil kerja artistik. Bahkan UNESCO mengakui bahwa pendidikan seni berkontribusi signifikan pada penguatan kompetensi sosial dan budaya anak (UNESCO, 2006 – Road Map for Arts Education) [Sumber: https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000384200]

Hilangnya Seni dari Ruang Hidup Aceh

Namun hari ini, nilai seni perlahan menghilang dari ruang-ruang kehidupan di Aceh. Kota dibangun dengan beton, tanpa konsep estetika atau simbol budaya lokal. Sekolah-sekolah umum tak lagi menyediakan guru seni yang kompeten atau ruang praktik yang layak. Dalam dokumen anggaran publik Aceh (APBA/APBK), pendidikan seni nyaris tak disebut—jika pun ada, sering kali hanya untuk kegiatan seremoni atau lomba-lomba tahunan.

Baca Juga:  Jalan Baru Menuju Kebangkitan Ekonomi Aceh

Sementara itu, Data Kemendikbudristek menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, usulan formasi ASN untuk guru seni budaya dari pemerintah daerah sangat minim, yang berdampak pada terbatasnya rekrutmen pengajar seni budaya.

Lebih memprihatinkan, program studi seni di kampus-kampus Aceh bertahan dengan sumber daya terbatas. Mahasiswa yang sebenarnya punya talenta luar biasa seringkali dinilai dengan standar akademik formal yang tak memahami laku seni sebagai proses, bukan sekadar angka.

 Mengubah Cara Pandang: Pendidikan Seni adalah Pendidikan Manusia

Sudah saatnya kita mengubah cara pandang. Pendidikan seni harus diposisikan sejajar dengan kedokteran, teknik, dan hukum. Karena seni mendidik bukan hanya kemampuan, tetapi kemanusiaan. Ia menumbuhkan empati, keberanian menafsirkan zaman, dan kecakapan mencipta makna di tengah kekacauan sosial.

Beberapa negara telah menunjukkan jalan. Finlandia telah mengintegrasikan seni dan kreativitas ke dalam kurikulum pendidikan dasar melalui pendekatan pembelajaran interdisipliner dan kompetensi transversal, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kreatif dan ekspresi diri.” (OECD, 2015) [Sumber: Future of Education and Skills 2030/2040 | OECD]. Di Jepang, pendidikan budaya lokal diwajibkan untuk menjaga identitas daerah sekaligus membangun apresiasi lintas generasi. Di Kuba, sekolah seni menjadi episentrum produksi budaya nasional.

Apa yang Bisa Kita Lakukan di Aceh?

Berikut beberapa langkah konkret yang bisa ditempuh untuk membangun pendidikan seni di Aceh sebagai bagian dari pembangunan peradaban:

  • Masukkan pendidikan seni ke dalam kebijakan prioritas pembangunan daerah – tidak hanya di dinas kebudayaan, tetapi juga di pendidikan dan perencanaan.
  • Bangun ekosistem sekolah seni yang terintegrasi dengan komunitas dan warisan budaya lokal.
  • Perkuat posisi program studi seni di perguruan tinggi dengan dukungan infrastruktur, beasiswa, dan pelatihan dosen.
  • Dorong kemitraan antara media, seniman, akademisi, dan pemerintah dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan seni.
  • Evaluasi ulang pendekatan MBKM atau program sejenis agar benar-benar menyentuh nilai dan praktik budaya lokal.
Baca Juga:  Resep Palsu Pengentasan Kemiskinan

Seni, Martabat, dan Masa Depan Aceh

Tulisan ini bukan nostalgia budaya, bukan juga romantisasi masa lalu. Ini adalah seruan agar kita tidak kehilangan fondasi kebudayaan kita sendiri. Karena jika pendidikan seni terus dipinggirkan, maka kita sedang melemahkan akar peradaban kita secara perlahan.

Saya mengajak pemerintah daerah, institusi pendidikan, orang tua, komunitas budaya, dan media seperti Sagoe TV untuk bersama-sama mengangkat martabat pendidikan seni. Bukan sekadar mengisi acara atau menampilkan hiburan, tapi membentuk manusia-manusia yang utuh: sadar akar, terbuka nalar, dan berani bermakna.

Jika kita ingin Aceh yang adil, cerdas, dan bermartabat di masa depan—maka pendidikan seni bukan tambahan, melainkan keharusan. []

Penulis adalah Pendiri Geunta Seni Jauhari (sejak 2022); Kepala Pusat Kajian dan Pengembangan Seni Universitas Syiah Kuala (2010-2020; Ketua Jurusan Pendidikan Seni (2017-2020). Ia menulis, meneliti, dan mencipta karya yang menghubungkan penciptaan artistik, pengabdian budaya, dan kebijakan publik. Fokusnya banyak pada wilayah-wilayah non-sentral dan suara komunitas.

Tags: acehAnalisisArtikelBudayaKebudayaanpendidikanPeradabanSeniSeni BudayaSeniman
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Evaluasi Diri Calon Rektor Perempuan USK
Analisis

Evaluasi Diri Calon Rektor Perempuan USK

by SAGOE TV
November 27, 2025
Kepala Kanwil Bea dan Cukai Aceh, Safuadi, ST., M.Sc., Ph.D.
Analisis

Menghidupkan Dua Mesin Ekonomi Aceh: Saatnya Likuiditas Menjadi Strategi Pembangunan

by SAGOE TV
November 7, 2025
Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem
Analisis

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem

by SAGOE TV
October 9, 2025
Ancaman Ranjau di Aceh: Catatan 20 Tahun Damai Aceh
Analisis

Ancaman Ranjau di Aceh: Catatan 20 Tahun Damai Aceh

by SAGOE TV
October 1, 2025
Pengalaman Meliput Perang dan Damai Aceh; Laku Lancung Pemilik Senjata, Kamu Jurnalis Apa?
Analisis

Pengalaman Meliput Perang dan Damai Aceh; Laku Lancung Pemilik Senjata, Kamu Jurnalis Apa?

by SAGOE TV
September 28, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

SAM Airlines Matangkan Operasional Penerbangan Umrah Langsung dari Aceh ke Jeddah

SAM Airlines Matangkan Operasional Penerbangan Umrah Langsung dari Aceh ke Jeddah

November 22, 2025
Evaluasi Diri Calon Rektor Perempuan USK

Evaluasi Diri Calon Rektor Perempuan USK

November 27, 2025
Menjadi Pemimpin Rita Khathir

Menjadi Pemimpin

November 17, 2025
Maulid Raya Dirangkai dengan Festival GAYAIN Aceh: Kuah Beulangong hingga Parade Idang Meulapeh

Maulid Raya Dirangkai dengan Festival GAYAIN Aceh: Kuah Beulangong hingga Parade Idang Meulapeh

November 23, 2025
Persiraja vs Sriwijaya FC: Laga Kandang Pamungkas 2025, Tiket Mulai Rp 30 Ribu

Persiraja vs Sriwijaya FC: Laga Kandang Pamungkas 2025, Tiket Mulai Rp 30 Ribu

November 23, 2025
Aceh Youth Summit 2025: Menekraf Teuku Riefky Harsya Minta Pemuda Aceh Siap Hadapi Era Digital

Aceh Youth Summit 2025: Menekraf Teuku Riefky Harsya Minta Pemuda Aceh Siap Hadapi Era Digital

November 22, 2025
gempa

Gempa M6,3 Guncang Simeulue Aceh, 15 Gempa Susulan Tercatat BMKG

November 27, 2025
Rp2,6 Triliun Dana Bank Aceh Syariah: Simpanan Aman atau Peluang Terlewatkan?

PLN, Monopoli Listrik, dan Keadilan Energi: Perspektif Maqashid Syariah

October 1, 2025
Menekraf Teuku Riefky Harsya Apresiasi Aceh Youth Summit Jadikan Kreativitas Kekuatan Baru dari Aceh

Menekraf Teuku Riefky Harsya Apresiasi Aceh Youth Summit: Jadikan Kreativitas Kekuatan Baru dari Aceh

November 22, 2025

EDITOR'S PICK

Ketua Pengadilan Tinggi Banda Aceh Temui Wali Nanggroe Bahas Isu Penegakan Hukum

Ketua Pengadilan Tinggi Banda Aceh Temui Wali Nanggroe Bahas Isu Penegakan Hukum

January 22, 2025
Kreasia Terima Anugerah LPDB KUMKM 2024

Kreasia Terima Anugerah LPDB KUMKM 2024

November 1, 2024
Petani Aceh Besar Keluhkan Penurunan Harga Gabah

Petani Aceh Besar Keluhkan Penurunan Harga Gabah

February 11, 2025
Membangun Aceh Lewat Semangat Berprestasi Strategi McClelland untuk Tanah Rencong

Membangun Aceh Lewat Semangat Berprestasi: Strategi McClelland untuk Tanah Rencong

July 25, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.