SAGOE TV | BANDA ACEH – Menyusui bukan hanya soal memberi ASI, tetapi juga merupakan momen penting bagi kesehatan ibu dan bayi. Dalam rangka memperingati Pekan Menyusui Sedunia 2025, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Aceh menggelar edukasi publik bertajuk “Tetap Sehat dan Langsing Selama Menyusui” pada Senin (4/8/2025) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
Menghadirkan narasumber utama dr. Marisa, M.Gizi., Sp.GK, seorang dokter spesialis gizi klinik dari RSUDZA dan Program Studi Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala sekaligus konselor menyusui dari AIMI Aceh, acara ini bertujuan meluruskan berbagai mitos seputar menyusui dan penurunan berat badan pasca melahirkan.
“Menjadi sehat dan langsing saat menyusui bukanlah hal yang mustahil, asalkan dilakukan dengan bijak dan ilmiah,” ujar dr. Marisa di hadapan para ibu menyusui, keluarga pasien, mahasiswa kedokteran, serta tenaga kesehatan yang hadir.
Edukasi ini tidak sekadar menyoal angka di timbangan atau ukuran pakaian pasca melahirkan. Sebaliknya, ia membentangkan fakta ilmiah tentang keajaiban ASI, yang tak hanya menyempurnakan gizi bayi, tetapi juga menciptakan ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak.
“ASI itu bukan hanya cairan putih. Ia adalah jaringan hidup yang diciptakan khusus untuk bayi manusia. Komposisinya dinamis, berubah sesuai kebutuhan tumbuh kembang bayi,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Sagoe TV, Jumat (8/8).
Marisa merincikan bahwa lebih dari 200 komponen aktif terdapat dalam ASI, mulai dari air, lemak sehat, protein, karbohidrat, antibodi, enzim, hormon, probiotik, hingga sel punca (stem cell) yang tidak ditemukan dalam susu formula. Kombinasi ini menjadi dasar kuat mengapa WHO dan Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan dilanjutkan hingga usia dua tahun.
Manfaat menyusui juga tidak berhenti pada bayi. Tubuh ibu mengalami sejumlah perubahan positif saat menyusui. Dalam pemaparannya, dr. Marisa menekankan bahwa menyusui membantu rahim berkontraksi dan kembali ke bentuk semula lebih cepat. Selain itu, proses menyusui membantu menurunkan berat badan secara alami, dengan pembakaran energi hingga 500 kkal per hari.
“Menyusui sama halnya dengan melakukan olahraga jogging 60 menit, atau bersepeda 5-7 km,” ujarnya. “Tentu saja, ini tetap harus disertai dengan pola makan yang sehat dan hidrasi yang cukup.”
Namun, ia juga mengingatkan bahwa penurunan berat badan saat menyusui sebaiknya tidak dilakukan terburu-buru. Tubuh ibu memerlukan waktu untuk pulih, dan produksi ASI harus menjadi prioritas utama.
Di era media sosial yang sarat dengan tren diet cepat, seperti intermittent fasting, diet keto, atau konsumsi shakes pelangsing, banyak ibu menyusui merasa tertekan untuk segera “kembali langsing”. Di sinilah, edukasi berbasis bukti menjadi penting.
“Banyak yang tidak tahu bahwa diet rendah karbohidrat saat menyusui bisa memicu kondisi langka tapi serius yang disebut lactational ketoacidosis,” tegas dr. Marisa. “Tubuh ibu bisa mengalami stres metabolik berat, bahkan membahayakan kesehatan bayi.”
Ia pun menyarankan pola makan seimbang, penuh warna, dengan sumber karbohidrat kompleks, protein berkualitas, lemak sehat, serta sayur dan buah segar. Minuman berenergi dan makanan olahan berlebihan (ultra-processed food) juga perlu dibatasi, karena merupakan makanan yang minim zat gizi, sehingga sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kesehatan Ibu dan kualitas ASI.
Bagaimana dengan olahraga saat menyusui? Menurut dr. Marisa, olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau stretching bisa dimulai setelah 6–8 minggu pasca melahirkan, tergantung kondisi ibu. “Yang penting, konsisten dan menyenangkan,” ujarnya.
Ia pun menepis mitos bahwa olahraga dapat mengubah rasa atau volume ASI. “Penelitian membuktikan bahwa olahraga tidak menurunkan kualitas ASI. Justru meningkatkan endorfin, yang baik untuk suasana hati ibu.”
Edukasi ini ditutup dengan satu pesan kunci yang disampaikan dr. Marisa: penurunan berat badan bukanlah perlombaan. Target yang aman adalah sekitar 0,5 kilogram per minggu atau 2 kilogram per bulan.
“Langsing itu boleh, tapi tidak dengan mengorbankan kesehatan. Fokuslah pada tubuh yang bertenaga, pikiran yang sehat, dan bayi yang tumbuh optimal. Menyusui sejatinya adalah aktivitas maraton, jadi perlu terus mengupayakan pola hidup sehat agar dapat menjaga ‘endurance’ hingga sampai ke garis finish. Bonusnya, badan kembali langsing,” ujarnya.
Acara edukatif ini ditutup dengan pembagian doorprize berupa sejumlah paket sayuran sehat dari tim AIMI Aceh. []