Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menegaskan komitmennya menghadirkan lingkungan kampus yang aman dan inklusif dengan mendeklarasikan “Kampus Zero Kekerasan dan Ramah Disabilitas” dalam sebuah talk show bertema Kampus Aman & Inklusif yang digelar di Gedung Teater Museum UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Rabu (26/11/2025).
Talk show yang mengusung tema “UIN Ar-Raniry Kampus Aman & Inklusif: Perlindungan Perempuan, Peduli Anak, dan Pemenuhan Hak Disabilitas” itu enjadi bagian dari upaya kampus memperkuat kesadaran dan kebijakan mengenai perlindungan kelompok rentan di lingkungan perguruan tinggi.
Acara digelar dalam rangkaian Milad UIN Ar-Raniry serta peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (16 HAKtPA) dan Hari Disabilitas Internasional.
Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Mujiburrahman, menyampaikan bahwa kampus terus mendorong penerapan kebijakan dan layanan yang berpihak pada keselamatan serta kenyamanan seluruh sivitas akademika.
“UIN Ar-Raniry berkomitmen menghadirkan kampus yang aman dan inklusif melalui kebijakan, program intervensi, serta integrasi nilai-nilai Islam dalam perspektif gender,” ujarnya.
Sejumlah langkah yang telah dijalankan kampus antara lain penerbitan Keputusan Rektor tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS), pembentukan Satgas PPKS, pengarusutamaan gender di unit-unit akademik, serta penyusunan kode etik pencegahan kekerasan dan perlakuan diskriminatif.
Selain itu, kampus juga memperluas fasilitas ramah disabilitas seperti jalur landai, kamar mandi khusus, tactile paving, dan taman aksesibel di beberapa titik. Sistem keamanan diperkuat melalui pemasangan CCTV dan lampu jalan. Di sisi lain, kampus juga melakukan edukasi anti-perundungan, pelatihan terkait kampus ramah anak, serta pengembangan duta gender dari kalangan mahasiswa.
Mujiburrahman menambahkan bahwa kampus menaruh perhatian pada terciptanya lingkungan belajar yang kondusif. “Kampus adalah ruang untuk menuntut ilmu. Kami berharap tidak ada lagi kasus perundungan atau kekerasan dalam bentuk apapun,” sebutnya.
Talk show menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai unit di UIN Ar-Raniry, di antaranya Ketua LP2M Dr Jasafat MA, Koordinator PSGA Dr Nashriyah MA, Pengajar Viktimologi FSH Syarifah Rahmatillah MH, Ketua ULT PPKS Dr Khairani MAg, Ketua Unit Layanan Disabilitas Harri Santoso SPsi MEd dan Program Manager FBA Asnawi Nurdin MEd.
Dalam pemaparannya, para narasumber menyoroti isu kekerasan seksual, aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, dan penguatan kebijakan kampus ramah anak. Diskusi juga menekankan perlunya kolaborasi antar unit untuk memperkuat sistem perlindungan dan layanan bagi mahasiswa.
Pada kesempatan tersebut, UIN Ar-Raniry mendeklarasikan komitmen menuju “Kampus Zero Kekerasan dan Ramah Disabilitas”. Deklarasi tersebut diperkuat dengan peluncuran Unit Layanan Disabilitas (ULD) sebagai fasilitas pendukung bagi mahasiswa penyandang disabilitas.
PSGA menilai deklarasi ini sebagai langkah awal menuju penyusunan roadmap kampus inklusi jangka panjang.
Koordinator PSGA, Dr Nashriyah menjelaskan bahwa PSGA memiliki mandat mengintegrasikan perspektif gender dan perlindungan anak ke dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini dilakukan melalui riset, edukasi, serta penguatan kebijakan berbasis kesetaraan dan inklusivitas.
“Penggabungan isu perlindungan perempuan, peduli anak, dan pemenuhan hak disabilitas dalam satu forum ini merupakan upaya memperluas pemahaman dan sensitivitas sivitas akademika,” ujar Nashriyah.
Ia berharap kegiatan tersebut menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat memperkuat UIN Ar-Raniry sebagai kampus yang aman dan berperspektif keadilan. []



















