SAGOETV | BANDA ACEH – Warga Gampong Cot Lamkuweueh di Kota Banda Aceh, dan masyarakat Kemukiman Lhoknga di Kabupaten Aceh Besar, memperingati 21 tahun tragedi gempa dan tsunami Aceh pada Senin (12/5/2025). Uniknya, kedua peringatan tersebut dilaksanakan berdasarkan penanggalan Hijriah, tepat pada 14 Zulkhaidah — tanggal yang diyakini bertepatan dengan hari terjadinya musibah dahsyat pada 26 Desember 2004 silam.
Peringatan 21 tahun tsunami Aceh berdasarkan kalender hijriah yang digelar oleh masyarakat Kemukiman Lhoknga dipusatkan di Masjid Al-Islah. Sementara yang digelar warga Cot Lamkuweueh berlangsung di meunasah gampong setempat.
Tradisi Warga Cot Lamkuweueh Memperingati Tsunami Berdasarkan Kalender Hijriah
Suasana haru dan khidmat menyelimuti Meunasah Gampong Cot Lamkuweueh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, pada Senin (12/5/2025). Ratusan warga berkumpul untuk mengikuti peringatan 21 tahun tragedi gempa dan tsunami Aceh yang mengguncang dunia pada 2004 silam.
Berbeda dari umumnya, peringatan tsunami Aceh di Gampong Cot Lamkuweueh dilakukan berdasarkan kalender Hijriah. Panitia kegiatan, Irwansyah Sy, menjelaskan bahwa gempa dan tsunami besar yang terjadi pada 26 Desember 2004 bertepatan dengan tanggal 14 Zulkhaidah 1425 H. Oleh karena itu, peringatan diadakan pada 14 Zulkhaidah tahun ini.
“Kalau berdasarkan Kalender Hijriah kejadian gempa dan tsunami Aceh 26 Desember 2024 yang lalu terjadi pada tanggal 14 Zulkhaidah,” jelasnya.
Keuchik Gampong Cot Lamkuweueh, Misbahuddin, menegaskan bahwa tradisi memperingati tsunami berdasarkan kalender Hijriah telah menjadi ketetapan desa mereka sejak lama.
“Ini merupakan kebiasaan gampong kami, dan sudah menjadi ketetapan bahwa setiap peringatan Tsunami kami laksanakan berdasarkan kalender Hijriah,” ujarnya.
“Tsunami adalah peristiwa besar bagi dunia, dan gampong kami adalah salah satu desa yang terdampak paling parah, karena sangat dekat dengan laut,” sambung Misbahuddin.

Misbahuddin mengatakan bahwa Gampong Cot Lamkuweueh merupakan salah satu wilayah terdampak paling parah saat tsunami Aceh 2004. Terletak hanya 200 meter dari Pantai Ulee Lheue, gampong ini luluh lantak dan hanya menyisakan sekitar 10 persen dari jumlah penduduk saat itu.
Ia menyebut sekalipun rasa sedih kehilangan keluarga masih terasa sampai sekarang, akan tetapi warga yang dipimpinnya sudah benar-benar ikhlas.
“Kami mempercayai sepenuh hati bahwa gempa dan tsunami itu cobaan dari Allah SWT, jadi segala sesuatu yang datang dari Allah, tentu saja yang terbaik bagi umatnya, dan selalu ada hikmah di balik itu semua,” kata Misbahuddin yang menjadi keuchik Gampong Cot Lamkuweueh sekitar satu tahun lalu.
Diikuti ratusan warga, acara peringatan 21 tahun tsunami Aceh di Meunasah Gampong Cot Lamkuweueh diisi dengan pembacaan doa tahlil, samadiah, dan tausiyah yang disampaikan oleh Imam Meunasah, Teungku Ishak Muhammad.
Peringatan 21 Tahun Tsunami di Lhoknga
Acara peringatan 21 tahun Tsunami Aceh di Masjid Al-Islah, Lhoknga, yang dimulai dengan shalat magrib berjamaah dan samadiyah serta doa bersama yang dipimpin oleh Tgk Muwalli tersebut, dilanjutkan dengan tausiah yang disampaikan oleh Teungku Walidi Mawardi Bahar.
Dalam tausiahnya, Tgk Walidi mengajak masyarakat untuk terus mengirimkan doa dan amal shaleh kepada para korban tsunami yang wafat dalam tragedi pada 26 Desember 2004 silam.
“Apabila ada qasad atau niat dari kita untuk orang yang sudah meninggal, saat kita mengerjakan berbagai ibadah, baik itu pengajian maupun amalan lainnya, maka sebaiknya juga diiringi dengan doa untuk mereka. Insya Allah, amal ibadah dan doa kita akan tersampaikan kepada mereka,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan pentingnya menjaga ingatan kolektif terhadap peristiwa tersebut sebagai bentuk penghargaan terhadap para korban sekaligus pelajaran berharga bagi generasi masa depan.
Peringatan tersebut turut dihadiri Ketua DPRK Aceh Besar Abdul Muchti, Camat Lhoknga Mukhtar Jacob, unsur Forkopimcam Lhoknga, serta ratusan masyarakat Kemukiman Lhoknga. []