• Tentang Kami
Monday, June 30, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Kerusakan Lingkungan Siapa Peduli?

Sulaiman Tripa by Sulaiman Tripa
April 7, 2025
in Artikel
Reading Time: 3 mins read
A A
0
sulaiman tripa

Dr Sulaiman Tripa

Share on FacebookShare on Twitter

Dalam bukunya, Hukum Lingkungan di Indonesia, Takdir Rahmadi, menyebut sejumlah kondisi kritis bangsa yang terkait dengan lingkungan: penggundulan hutan secara masif, lahan kritis dimana-mana, menipisnya lapisan ozon –yang jika ditilik justru ada kontribusi negara-negara besar juga, pemanasan global, tumpahan minyak di laut, ikan mati di anak sungai karena berbagai zat kimia, dan punahnya spesies-spesies tertentu. Semua kondisi ini adalah masalah-masalah lingkungan hidup serius yang harus ditangani (Rahmadi, 2013).

Semua masalah tersebut, pada dasarnya muncul dari aktivitas manusia –posisi aktivitas sendiri sangat dipengaruhi oleh populasi manusia yang meningkat tajam dan pemerintah di dunia kerap gagap dalam melakukan pengelolaannya. Jadi jika dipertajam, ada dua bentuk perilaku yang tujuannya sama yaitu tidak melakukan pengelolaan secara baik, dan terjadinya berbagai kerusakan akibat tidak adanya pengelolaan atas populasi manusia.

BACA JUGA

Dua Dekade Damai Aceh

Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik

Saya membaca satu buku yang ditulis Emil Salim, yang judulnya Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi. Buku ini pada dasarnya kumpulan tulisannya baik artikel maupun makalah dalam berbagai kesempatan, lalu diterbitkan Penerbit Buku Kompas. Hal yang dengan tegas disampaikannya, betapa dalam dua abad terakhir, seluruh negara di dunia membangun dengan merusak bumi yang hanya satu-satunya ini. Seperti pemanfaatan tanpa batas minyak bumi dan batu bara sebagai penggerak utama pembangunan, tanpa disadari berdampak serius pada menaikkan pelepasan gas rumah kaca dari hanya 280 ppm sebelum revolusi industri (tahun 1780) menjadi 380 pada awal abad 21. Kenyataan inilah yang menjadi biang keladi terjadinya proses pemanasan global dan perubahan iklim yang kini mengancam hidup segenap penduduk bumi (Salim, 2010).

Baca Juga:  Malam Puasa 26, Menjelang Detik-detik Akhir

Dengan berbagai pengalaman khusus Emil Salim terkait lingkungan, termasuk ketika tahun 1972 dikirim Presiden Soeharto dalam Konferensi Bumi di Stockholm, apa yang diingatkan dalam buku ini menjadi satu yang penting. Istilah manusia satu bumi, menandaskan betapa ia berada dalam ancaman nyata sebagai satu-satunya tempat tinggal manusia. Memang para ahli menjajaki sejumlah planet lain yang memungkinkan sebagai tempat tinggal alternatif, yang entah kapan hal itu akan nyata.

Secara sederhana, semua potensi dan dampak bisa diperkirakan dengan baik. para ahli bisa memperhitungkan, dengan berbagai fakta kekinian, maka dalam jangka waktu sekian akan dirasakan fenomena apa lagi, bukanlah sesuatu yang berlebihan. Pasti orang-orang sudah mulai berpikir soal tempat: kemana kita akan bergeser ketika bumi ini pada saatnya hancur. Barang kali kiamat. Ketika kondisi bumi sudah melarat, ada orang yang mungkin sudah berpikir untuk menyiapkan ruang angkasa sebagai tempat singgah. Namun, tentu saja, berbiaya mahal dan belum jelas progresnya.

Keadaan bumi sedang bermasalah. Eksploitasi alam sudah demikian riskan. Pemanfaatan sumber daya, sudah melebihi dari apa yang dibutuhkan. Manusia dikendalikan oleh keinginan, bukan oleh kebutuhan. Sumber daya alam yang tersedia, dianggap sebagai potensi kesejahteraan. Masalahnya adalah pemahaman terhadap kesejahteraan secara serampangan. Ada yang menganggap sumber daya alam, secara langsung akan meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Akan tetapi sedikit yang bicara betapa potensi kehancuran dari eksploitasi sumber daya alam itu. Apalagi di hadapan penguasa dan pengusaha yang rakus, sumber daya alam justru akan menjadi sumber penderitaan yang tidak berkesudahan.

Perselingkungan penguasa dan pengusaha yang rakus, akan memosisikan orang-orang kritis terhadap pembangunan berkelanjutan sebagai musuh pembangunan. Orang yang dalam posisi ini sangat kritis, dan melihat banyak daerah tidak berhasil meningkatkan kesejahteraan dengan sumber daya alam, diposisikan sebagai musuh dalam pembangunan. Kekayaan itu hanya akan membawa keuntungan bagi mereka yang menggarap dan kartel pemodal.

Baca Juga:  Signifikasi Strategi dalam Operasi Intelijen

Entah siapa nantinya yang akan tersadarkan hitung-hitungan Komisi Pemberantasan Korupsi soal potensi korupsi dari sumber daya alam. Hal yang lebih parah, ketika sumber dana gelap ini menjadi modal dalam arena kontestasi politik para politisi busuk dan penyembah oligarki.

Semua masalah dan dampak yang muncul, menjadi alasan bagaimana hukum lingkungan itu dibangun. Saya yakin problematika ini disadari. Diakui pula kesadaran bahwa lingkungan harus mendapat perhatian semua pihak. Namun konsep pembangunan yang merusak masih saja dominan berlaku secara global.

Al-Qur’an memperingatkan betapa manusia menjadi aktor penting yang membuat kerusakan di muka bumi ini. Apa yang diingatkan dalam Salah satu pola pengrusakan adalah dengan mengeksploitasi sumber daya alam dan memosisikan semata-mata sebagai objek. Pola demikian jamak dilakukan oleh manusia-manusia modern sekarang ini. Pola demikian pula yang menyebabkan manusia semakin angkuh dan tamak. Kebutuhan akan sumber daya alam tidak pernah tercukupi. Dari hari ke hari selalu dipikirkan untuk mengeksploitasinya lebih banyak lagi.

Saya berbagai masalah ini harus secara serius dipikirkan. Secara ideal, hukum terus dibangun dan dibentuk berhadapan dengan ruang nyata berbagai kerusakan alam bertambah menganga.

Saya kira manusia Indonesia tidak boleh lambat merespons berbagai masalah yang telah disebutkan. Jangan tunggu ketika semua sudah sekarat menikmati dampak kerusakan alamnya.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

[es-te, Senin, 7 April 2025]

Tags: ArtikelDr Sulaiman Tripakerusakankerusakan lingkunganLingkungan Hidup
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
Sulaiman Tripa

Sulaiman Tripa

Sulaiman Tripa adalah analis sosial legal dan kebudayaan. Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.

Related Posts

Dua Dekade Damai Aceh
Artikel

Dua Dekade Damai Aceh

by SAGOE TV
June 27, 2025
Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik
Artikel

Meninjau Kembali Wewenang Pemerintahan Daerah dalam Bingkai Otonomi dan Efektivitas Pelayanan Publik

by SAGOE TV
June 3, 2025
Rukok Linto Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Artikel

Rukok Linto

by SAGOE TV
May 31, 2025
Sepi dan Terisolasi, Tantangan Psikososial Mendesak Bagi Lansia
Artikel

Sepi dan Terisolasi, Tantangan Psikososial Mendesak bagi Lansia

by SAGOE TV
May 30, 2025
Orang Tua Membaca Nyaring Bersama Anak, Untuk Apa
Artikel

Orang Tua Membaca Nyaring Bersama Anak, Untuk Apa?

by SAGOE TV
May 26, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Reuni Alumni Jeumala 2003 di Pantai Riting: Semangat Kekompakan Tak Pernah Luntur

Reuni Alumni Jeumala 2003 di Pantai Riting: Semangat Kekompakan Tak Pernah Luntur

June 28, 2025
Harga Mobil Terancam Naik, Pengusaha Otomotif Aceh Harap Pergub Opsen Pajak Kendaraan Diperpanjang

Harga Mobil Terancam Naik, Pengusaha Otomotif Aceh Harap Pergub Opsen Pajak Kendaraan Diperpanjang

June 25, 2025
Eks Panglima GAM Sabang Harap Tengku Jamaica Wakili Aceh di Kementerian

Eks Panglima GAM Sabang Harap Tengku Jamaica Wakili Aceh di Kementerian

June 27, 2025
Guru Besar UIN Ar-Raniry Dikukuhkan sebagai Ketua BWI Aceh, Ini Susunan Pengurusnya

Guru Besar UIN Ar-Raniry Dikukuhkan sebagai Ketua BWI Aceh, Ini Susunan Pengurusnya

June 26, 2025
Rubrik Seni Sagoe TV

Rubrik Seni Sagoe TV

June 26, 2025
5 Anggota Komisi Informasi Aceh Resmi Dilantik, Ini Nama-namanya

5 Anggota Komisi Informasi Aceh Resmi Dilantik, Ini Nama-namanya

June 24, 2025
Saat Aceh Bernyanyi: Musik, Luka, dan Harapan yang Menggema

Saat Aceh Bernyanyi: Musik, Luka, dan Harapan yang Menggema

June 26, 2025
Prof KBA Tekankan Pentingnya Rekayasa Sosial Islami Hadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital

Prof KBA Tekankan Pentingnya Rekayasa Sosial Islami Hadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital

June 23, 2025
Ngopi Bareng Tokoh GAM dan Intel, Kisah di Tengah Konflik Aceh

Ngopi Bareng Tokoh GAM dan Intel, Kisah di Tengah Konflik Aceh

June 29, 2025

EDITOR'S PICK

Pemkab Aceh Besar Gelar Duek Pakat Tokoh Pendidikan

Pemkab Aceh Besar Gelar Duek Pakat Tokoh Pendidikan

September 2, 2024
Restorasi Aceh; Menuju Kejayaan dan Kemakmuran

Restorasi Aceh; Menuju Kejayaan dan Kemakmuran

March 8, 2025
Pameran Foto “After The Wave” Resmi Dibuka, Dokumentasi Sejarah Kebangkitan Aceh

Pameran Foto “After The Wave” Resmi Dibuka, Dokumentasi Sejarah Kebangkitan Aceh

March 15, 2025
Abu Paya Pasi Isi Pengajian dan Doa Bersama di Masjid Raya Baiturrahman

Abu Paya Pasi Isi Pengajian dan Doa Bersama di Masjid Raya Baiturrahman

May 16, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.