SAGOETV | BANDA ACEH – Dua dekade pasca-tsunami dan penandatanganan perjanjian damai, harapan agar Aceh menjadi daerah maju masih terus bergema. Pertanyaan tentang bagaimana cara nyata memajukan Aceh pun mengemuka dalam sebuah diskusi dalam bentuk podcast yang tayang pada, Senin (12/05/ 2025).
Podcast Sagoetv menghadirkan akademisi dan aktivis kemanusiaan Fadlullah Wilmot sebagai narasumber utama. Dipandu oleh Fahmi M. Nasir dan Muhammad Zaki Jamaluddin, diskusi ini membahas pengalaman internasional dalam pemulihan pascakonflik dan bencana, serta pelajaran yang dapat diterapkan di Aceh.
Menurut Fadlullah Wilmot, Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi daerah maju, namun harus dibangun dengan prinsip partisipatif dan berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa keberhasilan Aceh dalam mengelola bantuan internasional pasca-tsunami menjadi contoh berharga yang relevan tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga dunia.
“Kami memastikan masyarakat terlibat, kami tidak membiarkan bantuan hanya didikte dari luar, dan kami membangun rumah yang tahan gempa dengan pendekatan yang sesuai budaya lokal,” ujar Wilmot.
Ia menyoroti keberhasilan Aceh karena beberapa faktor kuncinya adalah kepemimpinan yang kuat, Koordinasi antarlembaga yang efektif, Transfer keahlian dari luar ke dalam negeri, serta Partisipasi aktif masyarakat lokal.
Aceh juga menjadi titik balik bagi pendekatan bantuan internasional yang sebelumnya cenderung top-down menjadi lebih konsultatif dan partisipatif.
Dari Aceh untuk Dunia
Wilmot mengaitkan pengalaman Aceh dengan sejumlah wilayah lain yang juga menghadapi konflik dan bencana, seperti Palestina, Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan. Menurutnya, banyak pelajaran dari Aceh yang dapat menjadi referensi global, khususnya dalam konteks krisis kemanusiaan dan pemulihan pascakonflik.
Ia menekankan pentingnya membangun daya tahan masyarakat, sistem pendidikan yang inklusif, serta struktur layanan sosial seperti rumah sakit dan tempat penitipan anak yang aman. Wilmot juga mendorong penggunaan wakaf sebagai sumber pendanaan jangka panjang untuk pendidikan, kesehatan, dan kesiapsiagaan bencana.
“Kita tidak hanya dituntut membangun infrastruktur fisik, tetapi juga infrastruktur sosial yang adil dan berkelanjutan,” ujarnya.
Harapan untuk Aceh
Menyambut usia damai yang ke-20, Fadlullah Wilmot optimis bahwa Aceh masih memiliki harapan besar untuk menjadi model pembangunan pascakonflik dan pascabencana yang berhasil. Namun, ia mengingatkan pentingnya menghindari ego sektoral dan praktik korupsi yang dapat menghambat pembangunan jangka panjang.
“Yang kita butuhkan bukan diktator, tapi pemimpin yang mendengarkan rakyatnya, menanamkan nilai-nilai luhur, dan berani menegakkan kebenaran,” pungkasnya.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas global, masa depan Aceh bisa lebih cerah—menjadi daerah yang tidak hanya pulih, tetapi juga tumbuh maju dengan martabat dan kemandirian. []
Lebih lanjut simak link kami :