Oleh: Rita Khathir
Sehubungan partisipasi saya dalam kontestasi Rektor USK 2026-2031, sebuah pertanyaan besar yang saya miliki adalah “Apakah saya layak atau mampu mengemban amanah kepemimpinan itu nantinya?”. Saya pun yakin bahwa dalam pikiran semua orang telah tergambar pertanyaan yang sama.
Melalui tulisan ini saya mencoba memantapkan jiwa melalui mekanisme evaluasi diri, dengan harapan nantinya akan mendapatkan dukungan moril berupa doa dari seluruh elemen masyarakat pada saat ini dan di masa depan.
Pertanyaan pertama, “Apakah saya eligible?” Merujuk persyaratan administrasi yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan rektor (PPR) USK 2026-2031, saya telah memenuhi persyaratan administrasi seperti umur, kepangkatan, kesehatan jasmani dan rohani, dan pengalaman manajerial. Hal inilah yang membawa nama saya masuk dalam 6 bakal calon rektor USK 2026-2031 yang ditetapkan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) USK pada tanggal 29 Oktober 2025.
Kedua, “Bagaimana dengan status saya sebagai seorang perempuan?” Status saya sebagai perempuan bukanlah hambatan dalam kontestasi kepemimpinan ini. Dalam literatur Islam, posisi perempuan selalu dimuliakan dan diberikan kesempatan yang sama dalam pendidikan, kemasyarakatan, dan bahkan dalam hal ketaqwaan. Dalam QS. Al Hujurat ayat 13 Allah SWT. berfirman:
…ان اكرمكم عندالله اتقاكم…
Artinya bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. Dalam hal ini Allah SWT. tidak membedakan manusia berbasis gender, ataupun suku bangsa dan kasta.
Allah berfirman dalam Al Quran Surah An-Nisa’ ayat 34:
…الرجال قوامون على النساء…
Ayat ini menjelaskan bahwa seorang laki-laki (suami) merupakan pemimpin kepada para perempuan (istri-istrinya). Dalil ini sering digunakan untuk mencegah kepemimpinan seorang wanita dalam masyarakat. Menurut tafsir Nahdhatul Ulama (NU) dalil ini khas menjelaskan tentang status kepemimpinan seorang suami dalam rumah tangganya. Adapun di luar rumah tangga, Islam memandang adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Oleh karena itu, saya meyakini bahwa kepemimpinan seorang perempuan dalam masyarakat adalah boleh. Bahkan, kepemimpinan perempuan juga bersifat unik untuk pencapaian keseimbangan dalam kepribadian, karena seorang pemimpin perempuan tetaplah menjadi anggota di dalam rumah tangga suaminya. Hal ini akan menjadi kontroler (pengendali) strategis bagi kepemimpinan seorang wanita untuk tidak melampaui batas menjadi pemimpin yang otoriter atau menzalimi orang lain atau masyarakat yang dipimpinnya.
Sebagai tambahan, sejarah juga membuktikan kesuksesan kepemimpinan perempuan Aceh misalnya Sultanah Tajul Alam Sri Ratu Shafiatuddin (1641-1675M) yang memerintah Aceh selama kurun waktu 34 tahun dan mencapai kejayaan. Dapat disimpulkan bahwa kejayaan suatu peradaban itu tercapai ketika ada kepemimpinan yang tepat serta adanya persatuan dan kesatuan antara semua elemen dalam masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja sama bahu membahu melaksanakan pembangunan bangsa dan negaranya.
Oleh karena itu, saya harus berani maju dalam kontestasi rektor USK 2026-2031, sebagai satu-satu nya perwakilan elemen kaum perempuan. Kehadiran saya seharusnya menjadi bukti nyata bahwa kompetensi perempuan Aceh membanggakan, bukan karena quota, dan semoga hal ini menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan lain untuk terus belajar meningkatkan kapasitas dirinya.
Ketiga, “Apakah kelebihan saya?” Kelebihan saya pada saat ini adalah berusia muda dan sehat. Rasulullah saw. pernah bersabda tentang memanfaatkan 5 kesempatan sebelum datang 5 hal. Salah duanya adalah jagalah waktu muda sebelum waktu tua, dan jagalah waktu sehat sebelum datang sakit. Oleh karena itu, saya ingin memanfaatkan kesempatan yang saya miliki saat ini yaitu berusia muda dan dalam kondisi sehat, Alhamdulillah.
Keempat, “Apakah latar belakang saya menjadi seorang rektor USK?” Kecintaan saya kepada kampus USK dan sebagai anak yang lahir di kota pelajar Darussalam merupakan motivasi terbesar dalam diri yang membawa saya pada kontestasi ini. Saya berharap dapat melanjutkan estafet kepemimpinan sebelumnya untuk kemajuan USK. Pengalaman saya menjadi dosen selama lebih kurang 23 tahun merupakan modal besar bagi pengembangan kualitas pendidikan tinggi di USK.
Pada saat ini USK sudah berstatus PTNBH dengan keunggulan dapat melaksanakan otonomi swakelola lembaga. Kelebihan ini sekaligus ancaman yang harus diwaspadai. Saya ingin membawa USK tetap fokus pada peningkatan tugas utama tridharma perguruan tinggi, meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dengan mengendalikan agar para dosen dapat fokus pada peningkatan kapasitas diri dan pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Di sisi lain perlu adanya mekanisme pengembangan unit bisnis secara profesional untuk meningkatkan pendapatan USK, di mana pemanfaatan hasil pendapatan USK ini akan diprioritas untuk peningkatkan kualitas pendidikan tinggi itu sendiri meliputi peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta kesejahteraan civitas akademik, tendik, dan masyarakat.
Sebagai orang muda saya akan fokus pada perubahan, inovasi, adaptasi dan ekplorasi dengan gaya kepemimpinan yang kolaboratif, suportif dan pemberdayaan. Keberadaan organ MWA dan Senat Akademik Universitas (SAU) akan dimaksimalkan untuk mencegah arogansi dan kelemahan perencanaan dalam kepemimpinan. Di samping itu saya akan memanfaatkan potensi Dewan Guru Besar (DGB) untuk penguatan berbagai program yang berkualitas bagi pengembangan USK. Saya akan mewujudkan kolegialisme dalam akademik atmosfer USK, di mana yang muda berada sejajar dengan yang tua dalam nuansa asih asah dan asuh yang kental.
Kelima, “Apakah inovasi saya buat USK?” Berbagai program inovasi sudah kami rancang yang secara garis besar dapat saya sampaikan sebagai perwujudan aplikasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengedepankan adaptasi terhadap budaya lokal (local wisdom). Bidang ilmu pengetahuan alam dan sosial harus mendapatkan kesempatan pengembangan yang berimbang dan bahkan peran kesenian dan kebudayaan sangat perlu diarahkan untuk mewujudkan peradaban masyarakat Aceh yang berilmu pengetahuan dan berteknologi.
Pepatah mengatakan bahwa ilmu yang tidak diamalkan ibaratnya pohon yang tidak berbuah. Oleh karena itu banyak sekali inovasi yang akan kami wujudkan untuk menjadikan USK sebagai a role model world class university 4.0. Cita-cita saya, ketika masyarakat, dunia usaha dan industri (DUDI), ataupun Pemerintah Daerah ingin mencari solusi terhadap suatu permasalahan, maka mereka akan datang kepada USK untuk bertanya. Insya Allah. []




















