• Tentang Kami
Monday, October 13, 2025
SAGOE TV
No Result
View All Result
SUBSCRIBE
KIRIM TULISAN
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Internasional
    • Olahraga
  • Podcast
  • Bisnis
  • Biografi
  • Opini
  • Analisis
No Result
View All Result
Morning News
No Result
View All Result

Melihat Kalau Harapan Itu Masih Ada

SAGOE TV by SAGOE TV
March 15, 2025
in Artikel
Reading Time: 6 mins read
A A
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Muhammad Irfan Ilmy.
Mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Agama Islam UPI Bandung. Host Teman Duduk Podcast, dan Pendiri Komunitas Sayap Cita.

Nelson Mandela pernah berujar bahwa “education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”  Saya sering mendapati kutipan itu di berbagai kesempatan atau pun konten di media sosial yang ditujukan sebagai pendukung kalau pendidikan memang sepenting itu dalam kehidupan manusia. Penting sih penting, tapi apakah semua orang beruntung punya akses menjangkaunya sebagai pintu gerbang untuk memperbaiki masa depan?

BACA JUGA

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Saya pernah mengisi sesi berbagi mengenai beasiswa di salah satu SMA di Kabupaten Bandung. Di sesi tanya-jawab, ada seorang siswi yang bertanya pada saya mengenai cara untuk meyakinkan orang tuanya agar dia diizinkan kuliah. Seingat saya, entah karena alasan ekonomi, atau lantaran orang tuanya tidak melihat bahwa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya itu penting, sehingga siswa tadi bertanya pada saya soal itu.

Saya melihat ada keinginan membuncah di dirinya untuk bisa berkuliah. Saya agak malu belum bisa memberi solusi nyata ke dia dengan memberi beasiswa misalnya. Tapi, hanya baru bisa memprovokasi saja untuk bisa berkuliah.

Di banyak daerah di negeri ini saya pikir masih banyak anak-anak muda Indonesia potensial dengan kegigihan dan daya pikirnya yang kurang beruntung bisa mengecap manisnya bangku kuliah. Hingga akhirnya keinginan mereka untuk bekerja dengan titel profesi tertentu harus kandas.

Untuk sekarang, akses untuk menempuh pendidikan tinggi bisa dijangkau lebih banyak orang dengan berbagai latar belakang. Termasuk yang kesulitan dari segi ekonomi pun. Dengan catatan punya kemauan yang kuat. Kesempatan untuk berkuliah terbuka sangat lebar bagi mereka.

Ada banyak pilihan beasiswa yang bisa dicoba untuk tetap berkuliah tanpa memberatkan orang tua. Ditambah lagi kesempatan mendapat pemasukan lain dengan mengikuti perlombaan, menjadi guru les privat, kerja paruh waktu, atau jadi asisten peneliti dosen kalau memang benar-benar mumpuni di bidang tersebut. Akan tetapi, lagi-lagi ini soal kesungguhan tekad.

Penelitian menunjukkan kalau semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, makin tinggi pula kesempatannya untuk sukses di kemudian hari. Kalau salah satu indikator kesuksesan hidup adalah kemapanan ekonomi, maka, pendidikan sangat berperan di sana.

Penelitian yang dilakukan Arifin (2019, hlm. 155) menunjukkan bahwa adanya korelasi positif antara tingkat pendidikan, dalam hal ini Angka Melek Huruf (AMH) terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Riau. Di mana apabila terjadi peningkatan 1%, maka PDRB Provinsi Riau meningkat pula sebanyak 24568,81%.

Baca Juga:  Qanun LKS dalam Perspektif Kebijakan Publik Islami

Ini baru tingkat Angka Melek Huruf. Bagaimana kalau masyarakat Indonesia memiliki tingkat kekritisan yang tinggi sebagai buah dari berhasilnya proses pendidikan? Tidak hanya sukses dalam pencapaian ekonomi saja yang didapat, melainkan juga akan masyarakat terpelajar itu akan mendatangkan kemaslahatan bagi Indonesia secara luas melalui kiprahnya di berbagai bidang.

Walau tak sedikit pula yang berhasil dalam kehidupannya tanpa melalui jalur pendidikan tinggi formal. Tapi, menurut saya, bagi yang masih sulit belajar tanpa tekanan dan sistem terpadu juga tuntutan tugas dan ujian di setiap tahap pembelajaran, berkuliah masih tetap menjadi pilihan tepat.

Selain itu, di perkuliahan juga kita dilatih untuk menyelesaikan persoalan secara ilmiah dengan langkah-langkah yang sistematis. Tingkat kekritisan pun senantiasa ditumbuhkan lewat berbagai diskusi di kelas maupun berbagai panggung akademik lain seperti seminar, lokakarya, bahkan diskusi yang digelar organisasi kemahasiswaan yang sifatnya tak jarang relatif lebih santai, tapi wawasan tetap bisa terserap.

Kita Bisa Melakukan Apa?
Untuk memastikan pendidikan Indonesia maju dan bisa beranjak dari kualitas sebelumnya ke kualitas lebih baik, kita masing-masing harus merasa bertanggung jawab buat mengubahnya. Kita berperan tanpa harus menunggu jadi seseorang atau lebih jauhnya menjabat di posisi tertentu yang ada kaitannya dengan pendidikan. Terlebih Indonesia akan menghadapi bonus demografi yang puncaknya pada tahun 2030 (sudah dimulai sejak 2020 dan berakhir pada tahun 2035)[1].

Apabila tanpa ada penyiapan terbaik pada kualitas manusianya, bonus demografi berupa banyaknya penduduk usia produktif (15-65 tahun) ketimbang yang non produktif (0-14 tahun dan >65 tahun) hanya akan berubah menjadi bencana demografi. Di mana menurut Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, guru besar Ekonomi Kependudukan Universitas Indonesia, salah satu hal fatalnya yaitu jumlah pengangguran akan banyak sehingga potensial menimbulkan konflik sosial.[2] Pendidikan dalam ini menjadi wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul.

Pendidikan, kata Tan Malaka, bertujuan untuk “mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan.” Dan tak ada alasan bagi saya untuk berbeda pendapat. Untuk poin memperhalus perasaan, maka kita harus peka terhadap kesulitan kaum yang terkendala mengakses pendidikan dan membantunya sesuai yang kita mampu agar turut serta mencerdaskan mereka, serta kalau bisa, membuatnya berani melawan berbagai penindasan yang terjadi di sana-sini.

Sesuatu yang paling bisa kita kontrol adalah diri kita sendiri. Dengan demikian, berbuatlah, meski itu tak tersorot kamera para peliput berita. Aktivitas berupa mengajar adik-adik saat mengikuti pengabdian pada masyarakat, jangan dilakukan sebatas menuntaskan kewajiban sebagai panitia pelaksana kegiatan itu saja, tapi coba, resapilah peran tersebut.

Baca Juga:  Manusia dan Kerusakan Lingkungan

Anak-anak akan mengingat momen-momen manis bersama mahasiswa dari kampus di kota hingga mereka beranjak dewasa. Mereka bisa merasakan mana kakak mahasiswa yang tulus, setengah tulus, bahkan hanya pura-pura baik padanya karena tuntutan peran. Mereka tak senaif yang kita bayangkan.

Terlihat tak berpengaruh apa-apa, tapi bisa saja itu menjadi jalan pembuka impian mereka untuk minimal berjas almamater kampus kebanggaannya kelak. Impian tak kalah berharganya dengan memperoleh apa yang diimpikan. Dan kita bisa memilih menjadi seseorang yang berperan membikin mereka percaya diri untuk bermimpi.

Kalau kita punya cukup waktu untuk mendirikan sebuah kelompok belajar yang sifatnya non formal, silakan dirikan. Di dalamnya bisa diisi dengan beragam tipe kegiatan dan mengajak kenalan lain untuk turut serta berkontribusi, seperti ikut mengajar, berdonasi untuk operasional kegiatan pembelajaran atau sekadar foto-foto dan mendesain beragam konten untuk keperluan media sosial.

Sepengalaman saya mendirikan kelompok belajar serupa bersama beberapa kawan—kami menamakannya Planet Antariksa—di tahun 2016-2018, ternyata tidak terlalu rumit. Kami berkegiatan di daerah Geger Arum, dekat kampus UPI Bandung setiap Sabtu sore. Modal uang adalah nomor sekian. Nomor pertamanya adalah niat tulus untuk berbagi. Nanti akan selalu ada jalan untuk pengembangannya ke depan.

Kenapa akhirnya ini hanya bertahan 2 tahun? Kami ternyata harus menghadapi kehidupan pasca kampus sehingga koordinasi di antara pengurus lumayan keteteran. Kami kembali ke asal masing-masing dan ada juga yang bekerja di luar Bandung. Meskipun jarak kini bisa dipangkas dengan teknologi, karena kegiatan kami membutuhkan kehadiran orang-orang, ini jadi kendala tersendiri.

Selain itu, kami pun tidak melakukan proses kaderisasi yang baik sehingga keberjalanan Planet Antariksa sangat tergantung pada keberadaan kami. Ini bahan evalusi bagi saya pribadi yang ke depan ingin membikin kelompok belajar serupa.

Itu hanya contoh. Ada banyak pilihan di depan mata yang bisa dilakukan sebagai wujud bakti pada negeri, terutama di sektor pendidikan. Kita harus melakukannya atas dasar kecintaan pada negeri ini agar tak merasa terbebani ketika menjalaninya.

Sebagai kaum terdidik, kita justru harus malu kalau hidup sekadar hidup sebagaimana yang dikatakan Buya Hamka. Di mana, mereka yang hidup ala kadarnya, maka tak ada bedanya sama sekali dengan kera di hutan, karena hewan itu pun hidup juga. Maka kita harus beranjak pada hidup yang tak lupa pula untuk menghidupkan orang lain, bermanfaat bagi mereka, memberdayakan sesama.

Baca Juga:  Ihwal Ketertarikan Isaiah Berlin Terhadap Karl Marx

Harapan Itu Masih Ada
Suara-suara sumbang yang berseliweran terutama di dunia maya dengan tendensi membangun narasi bahwa Indonesia tidak lebih baik dari segi pendidikan ketimbang negara lain di luar sana sulit dihindari. Tapi, bukan sama sekali kita harus pasrah menghadapi terpaan badai kebencian yang terus dihembuskan itu. Kita justru harus bangkit dan memperbaiki kapal super besar bernama Indonesia yang bocornya banyak agar tak oleng bahkan tenggelam di dalam gelombang kebencian tadi. Negeri ini masih punya banyak mutiara terpendam yang belum diberdayakan secara optimal.

Pemerintah mesti tampil paling depan memastikan proses pendidikan di negeri ini berjalan dengan semestinya sebagaimana amanat konstitusi, yaitu pasal 31 UUD 1945 amandemen ayat (1) dan ayat (2) mengenai hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah di bidang pendidikan.

Sementara itu, pihak-pihak lainnya juga atas dasar kecintaan dan tanggung jawab selaku warga negara demi kelangsungan kaderisasi para penerus bangsa harus memberikan dukungan untuk menyukseskan agenda pemerintah dalam bidang pendidikan. Sebab negeri yang berpenduduk hampir 270 juta (tahun 2020 diproyeksikan ada di kisaran 271 juta)[3] jiwa ini butuh banyak dukungan agar mampu bangkit dari ketertinggalannya dari negara-negara lain.

Dari banyak peran para putra bangsa yang berkiprah di bidangnya dan sukses, bahkan menjadi teladan bagi orang-orang dari negara lain, agaknya kita patut menambah stok optimisme bahwa Indonesia masih punya harapan itu. Harapan untuk berjaya di kancah dunia dengan segala prestasinya di berbagai bidang hingga founding fathers benar-benar tak sia-sia mendirikan negeri ini dengan segenap pengorbanannya dari mulai harta hingga nyawa. Saya percaya Indonesia bisa, kalau kamu?[]

Referensi:
Arifin. (2019). Pengaruh Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Riau. Turats: Jurnal Penelitian dan Pengabdian, 7(2), 145–160.

Nugroho, K.B. (2016). Bonus Demografi Berpotensi Memunculkan Konflik Sosial. [Online]. Tersedia: https://tirto.id/bonus-demografi-berpotensi-memunculkan-konflik-sosial-buiE, diakses pada 25 Oktober 2020.

Widiyani, R. (2020). Berapa Jumlah Penduduk Indonesia 2020? Turun atau Naik?. [Online]. Tersedia: https://news.detik.com/berita/d-4975893/berapa-jumlah-penduduk-indonesia-2020-naik-atau-turun, diakses pada 25 Oktober 2020.

Yuswohady. (2017). Puncak Bonus Demografi 2030, Indonesia Harus Siapkan Manusia Hebat. [Online]. Tersedia: https://economy.okezone.com/read/2017/11/05/320/1808672/puncak-bonus-demografi-2030-indonesia-harus-siapkan-manusia-hebat, diakses pada 25 Oktober 2020.

 [1] Yuswohady. (2017). Puncak Bonus Demografi 2030, Indonesia Harus Siapkan Manusia Hebat. [Online]. Tersedia: https://economy.okezone.com/read/2017/11/05/320/1808672/puncak-bonus-demografi-2030-indonesia-harus-siapkan-manusia-hebat, diakses pada 25 Oktober 2020.

[2] Nugroho, K.B. (2016). Bonus Demografi Berpotensi Memunculkan Konflik Sosial. [Online]. Tersedia:https://tirto.id/bonus-demografi-berpotensi-memunculkan-konflik-sosial-buiE, diakses pada 25 Oktober 2020.

[3] Widiyani, R. (2020). Berapa Jumlah Penduduk Indonesia 2020? Turun atau Naik?. [Online]. Tersedia: https://news.detik.com/berita/d-4975893/berapa-jumlah-penduduk-indonesia-2020-naik-atau-turun, diakses pada 25 Oktober 2020.

Tags: generasi mudaPendidikan Indonesia
ShareTweetPinSend
Seedbacklink
SAGOE TV

SAGOE TV

SAGOETV.com adalah platform media digital yang memberi sudut pandang mencerahkan di Indonesia, berbasis di Banda Aceh. SAGOETV.com fokus pada berita, video, dan analisis dengan berbagai sudut pandang moderat.

Related Posts

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?
Artikel

Apakah AI Dapat Disebut sebagai Revolusi Industri 5.0?

by SAGOE TV
July 19, 2025
Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Artikel

Lonjakan Kasus DBD di Banda Aceh, Apa yang Harus Kita Lakukan?

by SAGOE TV
July 5, 2025
Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh Fakta yang Jarang Diketahui!
Artikel

Misteri Lonjakan Kasus HIV di Banda Aceh: Fakta yang Jarang Diketahui!

by SAGOE TV
July 3, 2025
Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh
Artikel

Talenta Digital dari Dayah: Harapan Baru Ekonomi Aceh

by SAGOE TV
July 1, 2025
Dua Dekade Damai Aceh
Artikel

Dua Dekade Damai Aceh

by SAGOE TV
June 27, 2025
Load More

POPULAR PEKAN INI

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem

Bicara Sherly, Maluku Utara, dan Mualem

October 9, 2025
Gubernur Aceh Lantik Pejabat Struktural Baru, Berikut Daftar Kepala SKPA dan Pesan Mualem soal Anggaran

Gubernur Aceh Lantik Pejabat Struktural Baru, Berikut Daftar Kepala SKPA dan Pesan Mualem soal Anggaran

October 10, 2025
Gubernur Aceh Lantik Fajran Zain, Abdul Manan, dan Teuku Ardiansyah sebagai Deputi BPKS

Gubernur Aceh Lantik Fajran Zain, Abdul Manan, dan Teuku Ardiansyah sebagai Deputi BPKS

October 11, 2025
Saiful Bahri Resmi Terpilih jadi Ketua Umum KONI Aceh 2025-2029

Saiful Bahri Terpilih Jadi Ketua Umum KONI Aceh 2025-2029

October 9, 2025
Ummi Arongan Meninggal Dunia, Gubernur Aceh Mualem Sampaikan Duka Mendalam dan Kenang Jasa Besarnya

Ummi Arongan Meninggal Dunia, Gubernur Aceh Mualem Sampaikan Duka Mendalam dan Kenang Jasa Besarnya

October 7, 2025
Aceh di Persimpangan Energi dan Budaya: Cerita Tentang Martabat, Pembangunan, dan Harapan Baru

Aceh di Persimpangan Energi dan Budaya: Cerita Tentang Martabat, Pembangunan, dan Harapan Baru

October 7, 2025
Wakil Ketua DPRK Musriadi Sambut HUT PAN ke-27 dengan Aksi Sosial, Olahraga, dan Lomba Karya Ilmiah

Wakil Ketua DPRK Banda Aceh Dorong Pemerintah Tuntaskan Flyover Pango Raya

October 9, 2025
Harga Tiket Persiraja vs Garudayaksa FC Resmi Dirilis, Mulai Rp30 Ribu

Pelatih Akhyar Ilyas Harap Dukungan Suporter, Persiraja Siap Tampil All Out Lawan Bekasi City

October 11, 2025
Masyarakat Aceh Kini Tak Perlu ke Luar Daerah, RSUDZA Miliki MRI 1,5 Tesla

Masyarakat Aceh Kini Tak Perlu ke Luar Daerah, RSUDZA Miliki MRI 1,5 Tesla

October 8, 2025

EDITOR'S PICK

Lantak Laju Byond Cup Dimulai Akhir Pekan Ini, Terapkan Regulasi Ketat dan Profesional

Lantak Laju Byond Cup Dimulai Akhir Pekan Ini, Terapkan Regulasi Ketat dan Profesional

June 12, 2025
Sebanyak 186 Orang Lolos Seleksi PPPK UIN Ar-Raniry Tahap Pertama

Sebanyak 186 Orang Lolos Seleksi PPPK UIN Ar-Raniry Tahap Pertama

January 3, 2025
Tempo Mendapat Kiriman Kepala Babi, Pemred Bentuk Teror terhadap Kebebasan Pers

Teror Kepala Babi ke Jurnalis Tempo Serangan Berbahaya terhadap Kemerdekaan Pers

March 20, 2025
Gubernur Mualem Ajak Pegawai Pemerintah Aceh Disiplin Kerja

Gubernur Mualem Ajak Pegawai Pemerintah Aceh Disiplin Kerja

April 8, 2025
Seedbacklink
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Iklan
  • Aset
  • Indeks Artikel

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.

No Result
View All Result
  • Artikel
  • News
  • Biografi
  • Bisnis
  • Entertainment
  • Kesehatan
  • Kuliner
  • Lifestyle
  • Politik
  • Reportase
  • Resensi
  • Penulis
  • Kirim Tulisan

© 2025 PT Sagoe Media Kreasi - DesingnedBy AfkariDigital.